Arsya di paksa pulang ke rumah untuk mengasuh sang kakak,dan setelah sang kakak tiada Arsya di paksa menjadi pengganti,karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
yang pada awalnya Arsya terpaksa pada akhirnya Arsya terbiasa hingga tanpa sadar Arsya menjadikan sang kakak setengah dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
salah faham
"Mama ngapain kesini?"tanya Aslan terlihat gugup.
"jenguk teman kamu yang lagi sakit,mana orangnya?"jawab Mona dan dengan begitu santai masuk kedalam apartemen Aslan.
"kenapa kamu mau nganterin Mama kesini?"tanya Aslan pada Brian.
"aku juga penasaran kali!,teman yang mana bang?"tanya Brian seraya mencoba menghindari Aslan yang terlihat tidak nyaman.
"Mama cari apa?"
"dimana kamu menyembunyikan nya?"tanya Mona sambil berjalan ke arah kamar.
"Ma!"panggil Aslan.
"cuman teman Ma,bukan pacar Aslan, sekarang lagi tidur dia karena ngak enak badan!"jelas Aslan tidak ingin berbohong.
tanpa menunggu persetujuan Aslan Mona sudah membuka pintu kamar Aslan,tapi tidak ada siapapun disana.
Pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat menjadi pusat perhatian Mona, Aslan yang juga tidak mendapati Arsya di tempat tidur terlihat panik dan langsung mendahului Mona untuk melihat kedalam kamar mandi,dan benar saja Arsya kembali memuntahkan isi perutnya.
"ngak kuat lagi!"ucap Arsya saat menyadari Aslan memijat tengkuknya.
"ke rumah sakit sekarang ya!"
"ngak sanggup naik mobil tambah pusing!"jawab Arsya dengan suara yang sudah sangat parau.
Mona yang sudah masuk kedalam kamar mandi dibuat syok saat melihat keadaan Arsya"dia kenapa?"tanya Mona panik.
"Ma gimana ini, dia ngak mau kerumah sakit ngak bisa naik mobil katanya!"Aslan sudah sangat panik sekarang dia tidak tau harus apa.
"telpon dokter kesini! Brian tolong telpon dokter Faris suruh kesini cepetan!"teriak Mona.
"angkat! Bawa ke kasur jangan sampe demam!"perintah Mona.
Arsya menahan tangan Aslan yang hendak mengangkat nya"masih pengen muntah!"ucap Arsya dan kembali memuntahkan isi perutnya.
"Ma!"panggil Aslan meminta bantuan.
.
.
.
"bagaimana keadaan nya Faris?"tanya Mona penasaran.
"asam lambungnya naik Tante,dan kemungkinan udah keseringan jarang makan!"
"hanya itu,tidak ada yang lain?"tanya Mona memastikan dugaan nya tadi.
"iya Tante hanya lambung,kau tidak memberinya makan Aslan ya?"Aslan yang menjadi tersangka tidak bisa berkata apa-apa.
"saya pamit Tante! kalau infus nya sudah habis langsung di lepas dan suruh Aslan membeli obat ini untuknya!".
Selepas kepergian Faris Mona ikut merebahkan tubuhnya di samping Aslan yang sudah menutup matanya.
"Mama pikir udah ngisi!"gumam Mona tapi masih bisa di dengar jelas oleh Aslan.
"ngisi apaan maksud Mama?"tanya Aslan spontan.
"cucu Mama lah!"
"cucu! Loe hamilin dia bang?"tanya Brian yang baru kembali dari nganterin Faris keluar.
"ngak lah,pacar juga bukan!"jelas Aslan apa adanya.
"awas aja kalau loe beneran buat dia hamil tanpa ada status,gue tonjok loe!"ancam Brian emosi.
Aslan merasa aneh dengan sikap Brian yang berani mengancam nya hanya untuk Arsya"kenapa loe, cemburu?"tanya Aslan penasaran.
"iya! kalau temen gue loe apa-apain,beneran abis loe!".
"temen! Maksudnya?"
"namanya Kay kan! Dia temen gue!"jelas Brian.
"dan kenapa dia bisa sama loe?"lanjut nya penasaran.
"ceritanya panjang! lain kali gue ceritain,capek gue belum tidur dari semalem!"Aslan merebahkan badannya di atas sofa dan mencoba untuk tertidur.
"kita ngak pulang Ma?"
"Mama mau disini dulu, kasian teman Abang mu ngak ada yang jagain!".
.
.
.
"Tante!"gumam Arsya terlihat panik saat melihat Mona tertidur di sebelah nya.
"udah bangun,kaget liat Mama ya?,tadi aku yang suruh Mama tidur disini karena kalau di suruh pulang juga ngak mau!"
"eum aku jadi ngak enak sama Tante!"
"ngak papa! Udah enakan?"tanya Aslan dan dijawab dengan anggukan oleh Arsya.
"tadi Mama masak bubur,aku ambilin dulu ya sekalian minum obat!".
Sepeninggalan Aslan Arsya juga ikut bangun dan keluar mengikuti Aslan.
"kenapa keluar?"
"ngak enak makan di kamar,nanti Tante kebangun!"
Arsya merasa sangat tidak enak dengan Aslan karena sudah merawat nya dari semalem,apalagi dengan kedatangan Mama Aslan.
"maaf ngerepotin!"lanjut Arsya.
"ngak papa Arsya,sana duduk di sofa!"perintah Aslan dan dengan begitu patuh Arsya mendarat kan punggung nya di sofa.
"makan yang banyak,bubur buatan Mama sangat enak!"lanjut Aslan memberikan semangkok bubur kepada Arsya.
"makasih!"
Arsya menyantap bubur dengan begitu lahap, benar-benar begitu enak dan tanpa sadar Arsya sudah mengosongkan mangkuknya.
"mau lagi?"
"iya!"jawab Arsya terlihat malu.
"udah mendingan perutnya?"tanya Mona menghampiri Arsya.
Arsya dibuat kikuk dengan kemunculan Mona"udah Tante, terimakasih karena sudah ngerawat saya!"ucap Arsya merasa sangat bersyukur karena ada orang sebaik mereka yang begitu perhatian kepadanya.
"syukurlah! Lain kali makan yang teratur jangan sampe kambuh lagi,sakit itu ngak enak!"
"udah makan?"tanya Mona.
"udah nambah lagi malah!"jawab Aslan kembali memberikan bubur kepada Arsya dan Arsya hanya bisa memberikan senyuman manisnya kepada Mona karena begitu malu.
.
.
.
"kenapa loe?"
Rian terlihat termenung dan tidak sadar dengan pertanyaan Brian.
"eh loe kenapa sih?"tanya Brian lagi sembari memukul bahu Rian.
"ngak ada apa-apa kok!"jawab Rian tersadar.
"loe ngak bisa berbohong Rian,gue tau loe pasti lagi ada masalah kan?"
"kalau loe ngak mau cerita ngak papa sih!"lanjut Brian tak ingin memaksa.
"kakak gue pergi dari rumah!".
"kakak yang mana?"tanya Brian penasaran karena yang dia tau kakak Rian sudah meninggal.
"kak Arsya,gue ngak pernah cerita sama loe, karena memang gue sendiri baru tau!".
Brian dengan begitu serius mendengar semua masalah Rian dari sang kakak dan juga keadaan rumahnya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Pa! bawa pulang Senja Pa!"
"aku mau ketemu Senja! Dia pasti tidak bisa makan di luar sana!"
Sekarang Anna sudah terlihat seperti orang depresi dan Andra dibuat kewalahan menghadapi nya,tapi bagaimana pun juga Anna adalah istrinya,jadi walaupun Anna begitu, Andra masih begitu baik menjaganya.
"nanti akan Papa cariin, sekarang Mama istirahat dengan baik, biar nanti kalau Senja pulang Mama udah sehat!"
Andra merasa ini adalah karma bagi keluarga nya, karena tanpa merasa tidak bersalah sedikitpun dulu mereka meninggal kan Arsya,dan sekarang mereka di tinggal kan oleh anak yang begitu disayangi.
Bagaimana kecewa nya Arsya dulu Andra sudah sedikit tau, apalagi setelah melihat sikap Anna yang ditinggal pergi oleh Senja, padahal sudah 3 tahun berlalu,tapi Anna masih belum merelakan.
Dan seperti nya itu belum sebanding dengan penderitaan yang Arsya rasakan,bukan hanya setahun tapi Arsya sudah hampir 20 tahu merasakan penderitaan,ditinggal, tidak di anggap bahkan disuruh jadi pengganti,dengan begitu tega nya mereka mengambil hidup Arsya hanya untuk Senja yang sudah tiada.