Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tafsir Mimpi
Bintang mulai membenarkan duduknya, hendak mendengarkan dengan seksama apa yang akan Bu Fastaqima ucapkan.
Bu Fastaqima pun mulai berkata, "Sebenarnya Aku tidak begitu mahir menafsirkan mimpi.... Tapi dulu pernah baca, jadi kalau dari ceritamu itu, menurutku.... " sambil tampak berpikir.
"Ada beberapa mimpi dalam mimpimu, yang mengandung beberapa tafsiran yang pertama. Kamu mimpi sekolah lagi, artinya ada tantangan yang akan kamu hadapi. Entah itu tantangan apapun, bisa tantangan ujian dalam hidup nyata.
yang kedua, kamu bermimpi bahwa kamu persiapan untuk mengalami perubahan, baik itu perubahan apapun dalam hidup, tubuh kamu telah siap.
yang ketiga, menandakan bahwa kamu akan mendapatkan karunia dari Allah baik berupa ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.
Dan yang terakhir kamu mimpinya masih kecil, padahal sekarang kamu sudah besar. Itu artinya kamu merindukan masa lalu."
Bu Fastaqima menyudahi tafsiran mimpi Bintang dengan menepuk pundak Bintang, dan melanjutkan kata-katanya, "Seperti aku punya saran bagus dari tafsir Mimpimu itu untuk membuat mimpi mu jadi nyata adanya." ucap Bu Fastaqima. Sambil tersenyum yang seolah meyakinkan Bintang.
Bintang pun menatap seksama Bu Fastaqima, saat itu juga dia merasa Bu Fastaqima seolah tahu segalanya tentang kehidupannya. Karena setiap perkataan Bu Fastaqima, selalu benar. Dan seolah menjadi nyata adanya. Sesuai pengalamannya yang dulu, saat menjadi muridnya. Setiap Bintang mendengar dan menuruti perkataan Bu Fastaqima, pasti hal baik yang akan terjadi padanya.
...****************...
Senja telah datang, Bintang kini telah ada di kamarnya, ini adalah hari Minggu. Jadi Bintang bersantai ria di dalam kamarnya. Tak terburu-buru kemanapun. Dia tiduran sambil berbantalkan kedua tangan.
Dia berpikir, akan melakukan apa yang dikatakan Bu Fastaqima atau tidak? Karena di dalam keluarganya belum pernah ada yang melakukan apa yang dikatakan Bu Fastaqima.
Dia pun galau, malas rasanya dia hendak keluar kamar. Namun tak lama kemudian panggilan alam pun terdengar,
"Bintang!!! Bintaaang!" Mamaknya berteriak memanggil namanya.
Panggilan dengan nada teriakan yang khas oleh seorang Mamaknya Bintang, dimana saat dia mondok sering dia merindukan suara sang Mamak.
Saat Bintang sadar akan panggilan itu, dia pun segera beranjak dari tempat tidur dan menghampiri sang Mamak. "Iya Mak..." jawab Bintang.
"Coba bantu Mamak bawa barang-barang ini ke pasar. Hari Minggu kan, jadi bantu Mamak." ucap Mamaknya.
Bintang pun menurut, dan saat dia lihatin sang Mamak, dia berpikir waktu nya sudah pas untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Mak aku mau ngomong." ucapnya.
"Apa."
"Tapi Mamak gak boleh menolak,"
"Iya apa dulu" ucap Mamaknya dengan nada ditekan dan kini menatap wajah anak bungsunya itu.
"Aku mau kuliah Mak."
"Hah?! kuliah?" terkejut bukan main Mamaknya.
Belum selesai Bintang membuat kesepakatan dengan Mamaknya, malah sudah di ceramahi duluan.
"Kuliah?! Kamu tahu berapa biaya orang kuliah itu? Mahal!!!" ucap Mamaknya. Bukan hanya itu, Mamaknya juga ceramah panjang lebar.
"Kita ini Bintang, dari keluarga menengah kebawah, artinya kita udah gak boleh bermimpi ke bangku perkuliahan gitu. Bukan hanya gak bisa tapi gak boleh!
Buat makan aja kita susah, kamu tahu sendiri itu. Mamakmu ini dari dulu sudah biayai kamu dan mbak mu dari ayahmu meninggal, Mamakmu ini berkerja keras sendiri!"
"Tenang aja Mak, nanti aku akan kerja sampingan juga selain kerja di perusahaan percetakan." ucap Bintang kemudian, mencoba menenangkan hati Mamaknya.
"Aku tahu Mak, kita dari dulu udah susah. Tapi aku janji Mak, aku akan bantu semampuku. Dan gaji yang aku dapat dari perusahaan percetakan itu gak akan aku kurangi kok dengan niatku untuk melanjutkan pendidikan ku ini." Bintang masih merayu.
"Lalu gimana caranya kamu kerja sampingan kalau kamu sambil kuliah gitu?!" Mamaknya masih mencari celah agar Bintang menyerah.
"Insyaallah nanti aku akan atur waktunya Mak, pokoknya Mak....aku cuma pengen restu Mamak aja.... doakan aku biar bisa tambah sukses Mak, soalnya cita-cita ku masih belum tercapai." Kini Bintang sangat tulus mengatakan nya, sampai dia mengatakan insyaallah. Pertama kali sang Mamak mendengar anaknya begitu religi dalam berkata.
Mamaknya pun terdiam, dan tak lama kemudian mengusap kepala Bintang sambil berkata, "Ya Allah nak... Mamak ini gak pernah bisa ngasih apa-apa.... Yang Mamak bisa kasih ya restu Mamak aja.... Yaudah kalau begitu kamu boleh kuliah, pokoknya kamu bisa ngatur waktu antara kerja, nyari ilmu, dan istirahat. Karena kamu masih muda, kesehatan hal yang penting, ngerti nak." sangat tulus Mamaknya mengatakan semua itu.
Senja itu pun seolah menghadirkan aura baru di rumah itu, aura kedamaian. Karena Mamaknya merasa Bintangnya kini telah dewasa. Mamaknya terus saja menatapi Bintang yang kini sedang membantunya mengangkut barang-barang nya ke pasar, yang akan dipakai buat berjualan di pasar malam.
Saat Bintang mengangkut barang-barang Mamaknya, di pasar dia tiba-tiba disapa oleh seseorang.
"Bintang..."
Seketika Bintang pun menoleh, di lihatnya perempuan berjilbab, cantik, anggun, dan Bintang merasa tak asing dengan perempuan itu.
"Apa kabar Bintang? Udah lama banget kita gak ketemu ya." ucap perempuan itu lagi.
"Kamu ....." Bintang masih sambil mengingat-ingat siapa gerangan perempuan dihadapannya itu.
"Ini aku Bintang...masak kamu lupa wajahku juga rasanya gak berubah deh. Aku Permata." ucap Pertama akhirnya, dia memberitahukan siapa dia.
"Oalah kamu...." kok tambah cantik aja Permata ini Bintang malah bergumam sendiri dalam hatinya.
.
.
.
.
Nanti ya lanjutannya 🥰