Di sebuah taman kecil di sudut kota, Sierra dan Arka pertama kali bertemu. Dari obrolan sederhana, tumbuhlah persahabatan yang hangat. Setiap momen di taman itu menjadi kenangan, mempererat hubungan mereka seiring waktu berjalan. Namun, saat mereka beranjak remaja, Sierra mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan cemburu tak terduga muncul setiap kali Arka terlihat akrab dengan gadis lain. Akankah persahabatan mereka tetap utuh, ataukah perasaan yang tumbuh diam-diam akan mengubah segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winsmoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
7 Tahun Kemudian
Siera kini tengah sibuk mengelola bisnis kecilnya yang sedang berkembang. Setelah menyelesaikan studinya, ia memutuskan untuk membuka sebuah Studio Kreatif yang sekaligus merangkap sebagai kafe kecil. Keputusan ini lahir dari kecintaannya pada seni dan keinginannya menciptakan ruang kreatif bagi komunitas di sekitarnya.
Modal awal untuk bisnis ini ia kumpulkan sedikit demi sedikit selama masa kuliah. Pundi-pundi tersebut berasal dari hasil jerih payahnya memenangkan berbagai lomba melukis serta penjualan karya seninya, seperti lukisan dan ilustrasi yang banyak diminati. Kini, Studio Kreatif dan kafenya menjadi tempat yang tidak hanya menyenangkan untuk bersantai, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk menghargai karya seni.
Craft & Chill Hub, studio kreatif sekaligus kafe milik Siera, menjadi tempat favorit bagi mereka yang ingin menyalurkan kreativitas sambil bersantai. Tempat ini menggabungkan studio seni interaktif dengan suasana kafe yang nyaman, di mana pengunjung bisa menikmati berbagai aktivitas seperti menggambar, mewarnai, hingga meronce. Sambil berkreasi, mereka juga dapat menikmati aneka makanan dan minuman berkualitas. Dengan konsep yang unik, Craft & Chill Hub dirancang sebagai pusat kreativitas sekaligus tempat relaksasi untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
“Kak Sie, kit Paint by Number harus di-restock lagi. Stoknya sudah mulai menipis, Kak,” ujar Tiwi, salah satu staf yang bertugas di studio kreatif milik Siera, dengan nada cemas.
Siera menoleh sejenak dari daftar pesanan pelanggan yang sedang ia periksa. "Oke, Wi. Kamu tolong cek persediaan barang lain juga ya, biar sekalian kita restock semuanya," jawab Siera dengan senyum tipis namun penuh keseriusan.
Tiwi mengangguk, lalu menambahkan, “Oh iya, Kak, tadi ada pelanggan yang tanya kapan kita buka kelas melukis bareng lagi. Katanya dia mau ajak temen-temennya buat ikut.”
“Oh, serius? Wah, kalau banyak yang minat, kita bisa buka batch baru. Tapi nanti kita sesuaikan dulu sama jadwal studio. Tolong buat daftar peserta yang sudah berminat, ya. Biar aku bisa tentuin harinya,” balas Siera sambil membuka aplikasi kalender di ponselnya.
Belum selesai percakapan mereka, terdengar suara ramah dari meja kafe. “Kak Siera, ini latte art-nya cantik banget, ada workshop bikin kayak gini nggak sih?” tanya seorang pelanggan wanita sambil mengangkat gelasnya dengan antusias.
Siera tersenyum mendekat. “Terima kasih, senang kalau kamu suka! Untuk workshop latte art, sebenarnya itu ide bagus, nih. Aku coba bahas sama barista kami, siapa tahu bisa jadi salah satu program baru di sini.”
Tiwi terkekeh, lalu berbisik, “Kayaknya Craft & Chill Hub bakal makin rame, Kak.”
“Semoga aja, Wi. Yang penting kita terus kasih pengalaman terbaik buat semua yang datang,” jawab Siera penuh semangat.
Suasana Craft & Chill Hub hari itu tetap ramai, dipenuhi senyum dan kreativitas dari para pengunjung. Siera pun semakin yakin bahwa tempat ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga ruang bagi banyak orang untuk menemukan kebahagiaan dalam karya dan kebersamaan.
Craft & Chill Hub telah berdiri selama dua tahun, menjadi salah satu bukti nyata perjuangan Siera dalam mewujudkan mimpinya. Meski kini tempat itu tampak sukses dengan banyaknya pengunjung, Siera tidak pernah melupakan masa-masa sulit saat awal merintis bisnisnya.
Di tahun pertama, ia menghadapi berbagai tantangan. Meskipun mendapat dukungan penuh dari orang tuanya, perjuangan tetap tidak mudah. Kesulitan finansial sempat membuatnya berada di titik terendah. Demi mempertahankan kelangsungan bisnisnya, Siera harus mengambil keputusan berat, menjual beberapa karya seni pribadinya yang selama ini ia simpan sebagai kenangan.
Beruntung, ada seseorang yang sejak dulu menjadi penggemar setia karyanya. Sejak masa kuliah, sosok ini selalu membeli lukisan-lukisan Siera, bahkan tanpa menawar. Setiap kali Siera menawarkan karya baru, orang itu selalu memberikan apresiasi, bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi juga kata-kata motivasi yang membuat Siera tetap percaya diri.
“Lukisanmu selalu punya cerita, Siera. Jangan pernah ragu pada apa yang kamu ciptakan,” begitu kata sosok misterius itu saat membeli salah satu karya favorit Siera.
***
Di negara lain, seorang pria tengah duduk di ruangan kerjanya. Ia sedang berbincang serius dengan atasan sekaligus ayahnya. Suasana perbincangan itu cukup tegang, meski keduanya terlihat saling memahami.
“Kamu yakin, sudah mau kembali ke Indonesia?” tanya Tuan Wiratama dengan tatapan serius, seolah mengukur setiap kata yang keluar dari mulut anaknya.
“Aku sangat yakin, Pa, ini waktunya aku kembali,” jawab Arka dengan mantap untuk meyakinkan Ayahnya.
Iya, pria itu adalah Arka, yang sedang berbincang dengan ayahnya, Tuan Wiratama, di ruang kerja yang tenang namun penuh kesan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Arka memutuskan untuk pindah ke Australia bersama Papa dan Mamanya. Di sana, ia mulai belajar lebih dalam tentang dunia bisnis, bergabung dengan perusahaan keluarga mereka yang sudah berjalan lama.
Tuan Wiratama menghela napas sejenak, lalu menatap Arka dengan penuh perhatian. “Jadi, kamu sudah siap memimpin perusahaan kita di Indonesia? Aku tahu, kamu sudah belajar banyak di sini, tapi tantangan di sana akan berbeda.”
Arka mengangguk pelan, matanya menatap jauh ke depan, seolah membayangkan langkah-langkah yang akan diambil. "Aku sudah mempelajari dasar-dasar bisnis di sini, Pa. Tiga tahun yang cukup untuk mempersiapkan diri. Perusahaan di Indonesia membutuhkan perhatian dan inovasi baru. Aku ingin mengambil langkah lebih jauh," jawab Arka dengan penuh keyakinan, meskipun dalam hatinya ada keraguan yang tak bisa ia ungkapkan.
Tuan Wiratama menatap Arka lama, mencoba membaca setiap ekspresi di wajah anaknya. "Jangan lupakan bahwa memimpin perusahaan bukan hanya soal strategi dan keuntungan. Itu juga tentang bagaimana kamu membawa orang-orang di sekitarmu untuk tumbuh bersama. Keluarga kita sudah lama membangun nama baik ini. Jangan sampai kamu terjebak dalam ambisi pribadi tanpa mempertimbangkan semuanya."
Arka menatap ayahnya dengan penuh hormat. "Aku paham, Pa. Aku tidak akan melupakan itu. Aku ingin membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, bukan hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi untuk kebaikan semua orang yang terlibat di dalamnya. Aku siap, Pa."
Selama tiga tahun ini, Arka memang tidak hanya belajar teori bisnis, tetapi juga terlibat langsung dalam operasional perusahaan, memperhatikan setiap detail yang membentuk fondasi kesuksesan bisnis keluarga mereka. Pengalaman tersebut membuatnya semakin matang dan yakin bahwa ia sudah siap menghadapi tantangan yang lebih besar.
Kini, Arka merasa waktunya telah tiba untuk kembali ke Indonesia, untuk memimpin perusahaan keluarga yang ada di sana. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan, tetapi ia tahu bahwa inilah langkah yang harus diambil untuk membawa perusahaan mereka ke level yang lebih tinggi.
Di sisi lain, sebenarnya ada hal lain yang harus Arka lakukan. Meskipun ia terlihat begitu yakin dan siap mengambil alih perusahaan keluarga, ada rencana lain yang hanya ia sendiri yang mengetahui. Sebuah rencana yang lebih pribadi, yang melibatkan lebih dari sekadar bisnis dan strategi.
Rencana itu sudah ia pertimbangkan matang-matang, namun untuk saat ini, ia memilih untuk menyimpannya dalam diam. Hanya Arka yang tahu bahwa kepulangannya ke Indonesia tidak hanya terkait dengan perusahaan keluarga, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang melibatkan masa lalunya, yang harus ia selesaikan sebelum melangkah lebih jauh.