Secreet Mission With You

#21

“Namanya Baldi Morgan.” Darren mengawali ceritanya, mungkin ini juga akan menjadi momentum bagi Darren mengulang kembali sejarah pahit pergaulanya di masa lalu. Tapi jika ia diam, dan tak angkat bicara maka kejahatan akan terus ada. 

Ini bukan semata-mata soal rupiah, atau dendam masa lalunya pada Baldi yang yang pernah menjebaknya dengan kepemilikan obat terlarang. Tapi murni demi masa depan yang lebih baik. 

Darren membuka laptop lamanya, di sana masih tersimpan beberapa foto lama dirinya bersama Baldi dan teman-teman mereka yang lain. Sebagian foto mereka berlatar ruangan di dalam night club milik Baldi saat itu, karena disanalah basecamp mereka. Namun tak jarang mereka pun nongkrong di beberapa cafe kekinian yang sudah di booking secara private, karena keberadaan Darren. 

Bukan hanya Dhera yang mendekat, tapi Marco, Bastian dan juga Rara pun melakukan hal yang sama. Mereka ingin melihat lebih jelas seperti apa wajah Mr. B kala masih muda.

“Dia cucu dari mantan aktor senior tanah air, Rocky Morgan,” sambung Darren. “Kali pertama masuk lembaga pemasyarakatan, karena kasus yang saat itu heboh.”

“Heboh?” tanya Marco. 

“Saat itu kalian masih SMU, dan Dia … “ Darren menunjuk Danesh, “baru memulai pendidikan di Akademi Kepolisian.” 

“Aku dan Baldi pernah berkawan akrab, tapi suatu hari, perbuatan isengnya … “Darren menghentikan kalimatnya, kembali menoleh pada Danesh. “Haruskah aku ceritakan semua?” 

“Skip saja, dan langsung ke bagian intinya,” jawab Danesh. “Lagipula, jika bukan karena Baldi, mana mungkin Ryuga yang lucu bisa terlahir ke dunia.” Danesh menggumam. 

Darren menatap sebal wajah Danesh yang menyeringai. “Baiklah, skip saja, Intinya karena keisengannya membuatku melakukan hal yang fatal. Tapi tak hanya itu, ia juga sengaja meletakkan obat terlarang di bagasi mobilku. Hingga membuatku terkurung di penjara selama beberapa bulan.”

“Aaahh … kasus itu, iya aku ingat, heboh sekali saat itu.” Dhera menimpali cerita Darren, bahkan teman-teman sekelasnya, tak pernah bosan membicarakan Darren. “Tapi, kalau aku tak salah ingat, bukankah Baldi juga mendekam di penjara setelah itu?” 

Saat itu, Darren tengah berada di puncak karirnya sebagai aktor, tapi tiba-tiba terjerat kasus obat terlarang. 

“Tepat sekali, Aku menduga, Dia juga mulai berkenalan dengan para bandar selama berada di lapas. Dan terus berlanjut hingga kini.”

“Waahh … jika sudah selama itu, berapa total kekayaan Baldi saat ini?” gumam Rara. Karena saat ini Baldi dikenal sebagai sosok pengusaha sukses, yang mengembangkan usaha yang sudah dirintis keluarganya. Namun siapa yang menyangka jika dibalik layar, ia juga menjalankan bisnis gelap. 

“Total kekayaan sementara, 200 Milyar rupiah, belum termasuk aset tanah serta harta bergerak yang dimiliki kedua istrinya.” Danesh menjawab pertanyaan Rara. “belum termasuk uang yang ia terima dari G.E.R Foundation setiap bulan.”

“Jangan lupa, si maniak itu juga punya beberapa wanita simpanan, yang pastinya memiliki beberapa aset milik Baldi,” imbuh Darren. 

“What!?” Pekik Marco dan Bastian. “Sebenarnya, manusia macam apa dia?” umpat Marco kesal, ia mondar mandir keliling ruangan, hingga menghembuskan nafasnya berkali-kali untuk menghilangkan kekesalannya. 

Darren tersenyum santai, melihat kekesalan Marco. “Selain kini bergaya hidup hedon, Dia juga penganut free s^ex sejak muda. Dan bagi para wanita yang tergiur uang, hal itu tak mereka permasalahkan.” 

“Menurutmu, dimana Mr. B menyimpan uang hasil bisnis gelapnya?” tanya Dhera, pada Darren. 

Pertanyaan yang sulit, Darren hanyalah seseorang yang kebetulan pernah mengenal Baldi. Jika ditanya dimana pria itu menyembunyikan uangnya, tentu Darren sendiri tak memiliki jawaban. “Kalau itu? Jujur saja aku tak tahu jawabannya. Tapi jika Kalian butuh bantuanku, dengan senang hati aku akan membantu.” 

•••

Dini hari ketika Darren kembali tiba di penthousenya, ia mengernyit heran ketika melihat sang istri masih terjaga. 

“Kenapa belum tidur, Yank?” tanyanya pada sang istri. 

Aya tersenyum, kedua telapak tangannya masih sibuk meratakan lotion ke seluruh permukaan kulitnya. “Baru selesai uji coba resep. Karena tadi pas Kamu pergi, kantukku menghilang.”

Darren meraih pinggang Aya, hingga wanita itu duduk dipangkuannya. “Jangan terlalu lelah, nanti Kamu sakit,” bisik Darren. Ia mulai mengendus leher dan tengkuk istrinya, mengendus aroma sabun mandi Aya sangat Darren sukai, padahal sabun tersebut harganya tidaklah mahal. “Kalau Kamu sakit, bagaimana dengan Aku dan Ryu?” 

“Nggak juga, setiap hari aku tidur tepat waktu, kan?” 

Darren menghentikan kegiatannya, ia mencubit gemas hidung Aya. “Nakal, suka membantah kalau dibilangin sama suami,” tegur Darren. 

“Iya, Pak Suami, baiklah, hamba akan menurut.” Aya melingkarkan kedua lengannya ke leher Darren. 

“Pintar sekali kalau begini, Istrinya siapa sih?” tanya Darren gemas. 

Aya tergelak, “Kok tertawa? Apa yang lucu?” 

Lagi-lagi Aya tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. “Lalu Kamu, apa yang Kalian bicarakan, hingga dini hari begini baru pulang ke rumah?” 

“Banyak hal,” jawab Darren singkat. 

“Contohnya?” tanya Aya lagi. 

“Mereka sedang memburu Baldi,” jawab Darren. 

“Oh, iya? Aku pikir Dia sudah bertaubat.”

Darren menggeleng lemah, “Mustahil jika kita berharap, manusia seperti dia bertaubat, yang ada malah bertambah parah.” 

“Sekarang, dia jadi pengedar kelas kakap, sekaligus buronan kepolisian internasional.”

Aya tercengang, “Benarkah, ooohh Aku tak bisa bayangkan, semoga Danesh dan teman-temannya bisa segera menangkap Baldi dan komplotannya.”

“Disitulah letak masalahnya, Sayang. Baldi jadi semakin sulit ditangkap, karena ia sudah dilindungi sebuah organisasi gelap yang sejak lama memproduksi dan mengedarkan obat terlarang.” 

“Ya, sesulit apapun itu, tak ada yang tak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak, bukan??” 

“Hmmm … amin, tidur yuk, aku ngantuk.” 

•••

Kegiatan di Kampus kembali berjalan seperti biasa, kisah meninggalnya Gyn seolah hanya bagian dari cerita yang telah berlalu. Karena kehidupan kembali berjalan seperti sedia kala. 

Kini bahkan kampus kembali semarak, karena akan segera menyambut kedatangan perwakilan dari G.E.R Foundation, karena sang CEO tidak berada di tempat. Siapa Dia? Pihak G.E.R Foundation belum bisa memberi kepastian. 

Kini bukan hanya Danesh saja yang menyamar sebagai mahasiswa, namun Marco dan Bastian pun melakukan hal yang sama. Mereka bahkan merubah penampilannya menjadi ala-ala anak muda gaul masa kini. 

“Senangnya menjadi anak muda,” gumam Marco. 

“Cuma casing saja, tak usah terlalu bangga,” timpal Danesh. 

“Setuju, Kapt. Aslinya Dia sudah setua manusia purba,” cetus Rara. 

Membuat Dhera dan Bastian tak kuasa menahan tawa. 

Kini mereka berlima terhubung dengan earphone yang ada di telinga masing-masing, jadi selama masih berada di area kampus, mereka bisa terus berbincang-bincang. 

Hanya Rara saja, yang tetap bertahan di mobil memantau keadaan teman-temannya. 

“Kalian semua, benar-benar teman yang kejam,” geram Bastian, menanggapi candaan Danesh dan Rara, membuat Marco bahagia, karena Bastian mau menghiburnya. “Setidaknya kalian harus sedikit memujinya, apa salahnya jika mengatakan dia lucu dan tampan seperti Rowan Atkinson.”🤭

“Yak!!! Fix kalian semua manusia DURHAKA!!” 

Marco memaki kesal, bukannya menghibur, larena Bastian justru membuat Marco semakin dongkol.