NovelToon NovelToon
Between Two Alpha’S

Between Two Alpha’S

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Manusia Serigala / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Two Alpha's And Mate

Pagi itu, pukul 05.00

Loreon berdiri di depan pintu kamar Valerie. Udara pagi yang dingin terasa menusuk, namun tubuhnya tetap tegak dengan ekspresi netral, meski pikirannya penuh pertanyaan. Ketukan pintu terdengar pelan, tetapi cukup jelas untuk membangunkan siapa pun di dalam. Loreon menunggu dengan sabar, tangan masih menggantung di udara setelah mengetuk, dan matanya melirik lorong sekitar.

Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Ketika pintu terbuka, tubuh Loreon menegang. Bukan Valerie yang menyambutnya, melainkan seorang pria bertubuh tegap dengan sorot mata tajam dan karisma yang membuat orang lain otomatis tunduk.

"Alpha Harison?" Loreon hampir saja kehilangan kata-kata. Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang sulit disembunyikan. Sadar dirinya berbicara dengan pemimpin tertinggi, Loreon segera menundukkan kepala, menghormati pria yang kini berdiri di hadapannya. "Anda di sini rupanya," lanjutnya, nadanya penuh sopan santun.

Harison memandang Loreon dengan ekspresi tenang, tetapi penuh wibawa. Dengan suara rendah yang penuh kekuatan, ia menjawab, "Ya, tentu saja. Apa aku tidak boleh mendatangi istriku?"

"Ah, tentu saja boleh kapan pun, Alpha," Loreon buru-buru menjawab. "Dia adalah milik Anda," lanjutnya, menunduk lebih dalam, menunjukkan kesetiaan tanpa ragu.

Harison mengangguk perlahan, ekspresinya tetap dingin. "Bagus," katanya, melangkah keluar dari ambang pintu dengan gerakan penuh keyakinan. "Tapi, ada urusan apa kau mengetuk pintu kamar istriku sepagi ini, Loreon?"

Loreon segera meluruskan tubuhnya. "Saya hanya ingin meminta izin untuk kembali ke Pack. Beta Aldrick membutuhkan bantuan saya untuk menjalankan beberapa misi di Hutan Abyss."

Mendengar nama itu, alis Harison sedikit terangkat. "Hutan Abyss? Kawasan perbatasan yang berbahaya itu?"

"Ya, Alpha," jawab Loreon. "Beberapa waktu terakhir, ada laporan tentang serangan terhadap warga werewolf yang melintasi perbatasan. Serangan itu dilakukan oleh makhluk buas yang tidak sepenuhnya werewolf. Kami menduga mereka berasal dari kelompok pengembara yang tidak tunduk pada hukum Pack. Beta Aldrick ingin menyelidiki lebih jauh dan memastikan tidak ada ancaman yang menyebar ke wilayah kita."

Harison mengusap dagunya yang ditumbuhi brewok tipis, tatapannya menyipit seolah sedang menilai situasi. "Hutan Abyss memang dikenal berbahaya, apalagi di sekitar Perbatasan Rantai Gelap. Makhluk di sana tidak tunduk pada hukum mana pun, bahkan hukum alam sekalipun," katanya perlahan, seolah mengingat sesuatu. "Apa kalian yakin mampu menangani ini?"

Loreon mengangguk tegas. "Kami akan berhati-hati, Alpha. Misi ini bukan hanya untuk melindungi perbatasan, tetapi juga memastikan hubungan damai dengan wilayah sekitar tetap terjaga."

Harison memandang Loreon lebih lama, seolah menilai kesungguhannya. "Kalau begitu, sampaikan pada Aldrick bahwa aku mendukung misinya. Tetapi, Loreon, ingat satu hal. Hutan Abyss bukan tempat untuk bersikap ceroboh. Pastikan semuanya dilakukan dengan perhitungan matang, dan jangan biarkan konflik baru muncul di perbatasan."

"Ya, Alpha. Saya akan memastikan semuanya dilakukan dengan hati-hati," jawab Loreon mantap, menunduk hormat.

Harison mengangguk ringan, tetapi sebelum kembali ke dalam kamar, ia melontarkan pandangan terakhir kepada Loreon. "Jangan membuat kesalahan, Loreon. Kesalahan di tempat seperti Hutan Abyss bisa berarti bencana."

Ketika Loreon pergi, Harison menutup pintu kamar dengan perlahan, menghela napas sebelum kembali ke ranjang. Valerie sudah menunggunya di sana, tubuhnya bersandar santai pada tumpukan bantal dengan senyum kecil di wajahnya. Ia mengamati langkah suaminya yang mendekat, matanya penuh perhatian.

"Siapa tadi, sayang?" tanya Valerie lembut, menggeser tubuhnya agar lebih nyaman.

"Siapa lagi kalau bukan Loreon," jawab Harison sambil duduk di tepi ranjang, nada suaranya terdengar kesal. "Dia sangat mengesalkan, mengganggu tidurku pagi-pagi begini."

Valerie hanya terkekeh kecil mendengar keluhan suaminya. "Dia mau kemana pagi buta seperti ini, sayang?" tanyanya tanpa mengindahkan keluhan Harison sebelumnya.

Harison mendesah dan mengusap tengkuknya, seolah mencoba menahan kekesalan. "Dia mau kembali ke Pack. Ada urusan bersama Aldrick di sana," jawabnya santai.

Valerie menatap suaminya, sedikit mengernyit. "Terus, yang menjaga aku di sini siapa? Kalau Loreon ke Pack?" tanyanya, suaranya sedikit manja.

Harison mengalihkan pandangannya padanya dengan mata menyipit, sedikit curiga. "Aku akan menugaskan Elliot untuk kemari," jawabnya singkat.

Valerie mendesah pelan, lalu menatap suaminya dengan tatapan serius. "Apa bisa Loreon saja yang di sini, sayang?" tanyanya penuh harap.

Mata Harison menyipit lebih tajam, menatap istrinya dengan tatapan menggali. "Apa selama aku tinggal di sini, kau mulai berpaling hati ke Loreon?" tanyanya, setengah menggoda, setengah serius.

Valerie tertawa kecil, memukul bahu suaminya pelan. "Gak lah, sayang. Gila aja aku selingkuh," jawabnya santai, meskipun ada sedikit rona di pipinya.

"Siapa tahu," Harison menyahut, nada menggoda mulai terdengar di suaranya. "Karena Loreon lebih tampan dari aku, kau mencampakkan aku begitu saja."

Valerie memutar matanya, lalu menatap Harison dengan tegas. "Gak lah! Kamu satu-satunya yang tetap di hatiku," ucapnya, mencoba meyakinkan suaminya.

Harison mendekatkan wajahnya, masih dengan ekspresi curiga bercampur senyum nakal. "Tapi kenapa harus Loreon?" tanyanya.

Valerie tersenyum tipis, mengangkat bahu. "Apa kau tidak merasakan sesuatu antara Loreon dan sahabatku?" tanyanya balik, nadanya penuh arti.

Harison memiringkan kepalanya, mengingat sesuatu. "Siapa? Wanita pendek dan bar-bar itu?" tanyanya dengan alis terangkat.

Valerie mengangguk dengan senyum lebar. "Ya, kau sudah bertemu dengan Elowen rupanya," jawabnya santai.

Harison mengusap dagunya, seolah mencoba memahami situasi. "Semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya di dapur," katanya. "Wajahnya... kenapa seperti itu ya?"

Valerie menatap Harison dengan dahi berkerut. "Ada apa dengan wajahnya? Apa kau menakutinya?" tanyanya cepat.

"Ck," Harison mengangkat tangannya, seperti mencoba membela diri. "Aku gak sekejam itu, sayang. Aku cuma bertanya apa dia bisa masak atau gak, terus dia gemetar gitu jawabnya," katanya, nada suaranya terdengar sedikit bingung.

Valerie tertawa terbahak, menunjuk wajah suaminya. "Dia takut sama wajahmu yang kayak gorila lepas!" godanya sambil tertawa lebih keras.

"Sayang!!!" Harison mendelik, tidak terima istrinya mengejek seperti itu.

Valerie masih terkekeh sambil memegangi perutnya, tetapi kemudian menatap Harison lebih serius. "Tapi kamu merasa gak?" tanyanya sambil menatap suaminya dalam-dalam.

"Merasa apa?" Harison menoleh, alisnya terangkat.

Valerie mengangguk pelan, seolah menjelaskan sesuatu. "Aku merasa kalau Elowen itu pasangan sejati Loreon. Benar, kan?" tanyanya penuh keyakinan.

Harison terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Nah, itu kamu tahu," jawabnya pelan. "Tapi kenapa kamu justru menjauhkan mereka?"

Valerie menatapnya tajam. "Aku tidak menjauhkan Loreon," jawab Harison serius. "Dia sendiri yang memilih untuk pergi ke Pack. Aku menugaskan Aldrick dan Delta Tristan untuk misi ini, bukan dia."

Valerie mendengus pelan, lalu memutar bola matanya. "Ck, alasan aja," gumamnya sambil menyandarkan tubuh kembali ke bantal.

Harison menghela napas panjang, mencoba meredakan suasana setelah Valerie memutar bola matanya dengan kesal. Ia tahu istrinya tidak akan melepaskan topik ini begitu saja.

"Pokoknya, kamu harus mengembalikan Loreon ke sini," tegas Valerie sambil melipat tangan di dada. "Aku gak mau tahu, atau aku gak bakal kasih jatah sama kamu."

Mata Harison langsung membelalak, wajahnya berubah memelas seketika. "Jangan gitu lah, sayang," pintanya dengan nada penuh harap.

Valerie menyipitkan matanya, tatapannya penuh tuntutan. "Makanya, turuti dulu ucapanku," balasnya tanpa sedikit pun mengurangi ketegasan.

Harison menggaruk tengkuknya, ekspresinya seperti anak kecil yang baru saja dimarahi. "Iya, sayang, iya. Aku bakal kasih perintah saat kembali ke istana," ucapnya sambil mengangkat tangan seolah menyerah.

"Tapi aku gak janji, ya," tambah Harison cepat sebelum Valerie bisa menyela. "Kamu tahu kan gimana keras kepalanya Loreon. Kalau dia gak mau, aku juga gak bisa memaksanya."

Valerie mendesah, matanya tajam menusuk Harison. "Ck, selalu ada alasan," gerutunya. "Aku gak peduli sekeras apa kepalanya, kamu Alpha di sini, jadi buat dia nurut!"

Harison tersenyum kecil, mencoba melunakkan suasana. Ia mendekat dan memegang kedua tangan Valerie dengan lembut. "Sayang, aku ngerti kamu pengen Loreon di sini buat jagain kamu," katanya pelan. "Tapi Loreon itu orang yang lebih suka ngikutin instingnya sendiri. Dia gak gampang tunduk sama siapa pun, bahkan aku."

Valerie memutar bola matanya lagi, jelas tidak puas dengan penjelasan suaminya. "Ya udah, kalau gitu aku akan panggil dia sendiri kalau perlu," ancamnya sambil beranjak dari posisi bersandar.

Harison tertawa kecil, lalu menarik Valerie agar kembali duduk di ranjang. "Tenang, tenang, aku bakal coba, ya," katanya, mencoba menenangkan. "Tapi kamu janji dulu jangan ngancam-ngancam soal 'jatah' lagi, ya?" godanya sambil tersenyum nakal.

Valerie mendengus kecil, tetapi akhirnya tersenyum tipis. "Kita lihat nanti, tergantung hasil kerja kamu," balasnya sambil memukul bahu Harison pelan, membuat pria itu tertawa kecil sebelum memeluk istrinya.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!