NovelToon NovelToon
Aku Hanya Wanita Biasa

Aku Hanya Wanita Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Wanita Karir / Careerlit
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Wedang Jahe

“Mau kamu bawa semua?” Tanya Ibu Azmi saat melihat banyaknya kado yang dibuka.

“Tidak, Bu. Biarkan saja disini. Nanti Azmi susun di lemari. Kalau ada barang yang ibu perlukan, pakai saja.” Jawab Azmi yang masih membuka kado bersama Egi yang bertugas mencatat nama pemberi kado dan isi.

Catatan itu nanti bisa ia gunakan sebagai patokan barang apa yang layak untuk memberikan kado kepada pemberi.

“Aman saja.”

2 jam lamanya Azmi membuka kado bersama Egi. Sekitar pukul 5 sore, Priyo datang menjemputnya. Keinginan Priyo untuk langsung membawa Azmi pulang, harus ia urungkan karena kedua mertuanya mengajaknya untuk makan malam bersama.

Makan malam terlihat berbeda karena Ayah Azmi dan Priyo membahas pekerjaan. Sampai selesai makan, mereka masih saja mengobrol sampai Azmi yang menunggunya mengantuk. Priyo yang melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam, bermaksud berpamitan tetapi Ibu Azmi memintanya untuk menginap karena Azmi tertidur dikamarnya.

“Tapi besok saya sudah masuk kerja, Pak, Bu.”

“Tidak apa. Habis subuh pulang, masih sempat.”

Mau tak mau, Priyo mengalah. Ia pamit masuk kedalam kamar. Kamar Azmi, kamar yang hanya sekilas ia lihat saat hari pernikahan. Kini dirinya baru memperhatikan secara detail. Tempat tidur lesehan, lemari pakaian 2 pintu menyambung meja rias, meja belajar untuk lesehan, rak berisi buku dan koleksi boneka. Tertata rapi dan terlihat luas walaupun ukurannya tak jauh berbeda dengan kamar yang ada dirumahnya.

Azmi masih berpakaian lengkap meringkuk di tempat tidur. Priyo membenarkan posisi Azmi dan tidur di sampingnya. Dilihatnya wajah Azmi. Satu kesan yang tersirat adalah manis. Azmi memiliki kulit sawo matang, dengan bibir sedikit tebal, hidung sedang tidak pesek dan bulu mata yang lentik. Lipstik yang digunakannya tidak mencolok, melainkan pas.

“Kenapa aku masih belum bisa menggaulimu? Padahal kamu terlihat menggoda.” Gumam Priyo yang melihat postur tubuh Azmi.

Postur tubuh dengan bentuk pinggang yang lebar, sedikit berisi terlihat montok.

“Mungkin dengan kita menyamakan prinsip, lama-lama kita akan bisa memenuhi pernikahan ini sepenuhnya.” Priyo ikut memejamkan matanya setelah mengusap pipi Azmi dengan lembut.

Keesokan harinya, mereka bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan segera kembali ke rumah. Sampai dirumah, mereka segera melaksanakan sholat subuh. Sembari menunggu suaminya selesai mandi, Azmi membuatkan sarapan berupa roti bakar dengan isian sayur, sosis goreng dan telur ceplok. Ia juga membuat kopi untuk Priyo.

“Aku tidak sempat sarapan, bawa bekal saja.”

Azmi mengangguk dan segera mencari kotak bekal yang bisa digunakan. Selain itu ia juga memasukkan kopi kedalam vacuum flask dan memasukkannya kedalam tas kerja suaminya.

“Aku berangkat, dulu. Jangan keluar rumah tanpa seizin ku!”

“Iya, Mas. Hati-hati di jalan!”

“Ya, kunci pintunya!”

Priyo meninggalkan rumah dengan berjalan kaki karena ia tinggal keluar gang untuk sampai di tempat penjemputan bis. Azmi mengunci pintunya sesuai perintah Priyo dan mulai membersihkan rumah. Ia juga sarapan roti yang sama dengan yang ia bawakan suaminya. Setelah semua pekerjaan selesai, Azmi mulai membuka salah satu aplikasi untuk belajar memasak. Banyak pilihan masakan untuk pemula disana. Salah satunya adalah pertumisan, goreng-gorengan dan ayam ungkep.

Azmi sudah membeli beberapa bahan kemarin, kadi ia mulai mempraktikkan apa yang dilihatnya dengan mengikuti semua instruksi. Tetapi karena ia tidak memperhatikan besar api, tumisan bawangnya cepat gosong membuatnya panik.

“Aww!”

Niat hati ingin mematikan kompor, tetapi ia malah memegang wajan panas. Segera Azmi mematikan kompor dengan tangan kiri dan mendinginkan tangannya dengan air keran wastafel.

“Sakit sekali!” Keluh Azmi yang merasakan jari telunjuk dan tengahnya nyeri.

Azmi mencoba mencari kotak P3K, tetapi ia tidak menemukannya. Ia hanya bisa menggunakan pasta gigi untuk meredakan rasa panas di jarinya. Setelah merasa lebih baik, Azmi membersihkan wajan yang berisi bawang gosong dan memulai kembali latihan memasaknya.

“Api dikecilkan, eh koc mati!” Azmi bermonolog.

“Kecilkan sedikit. Apa segini sudah pas? Coba dulu.”

Kembali Azmi mencoba memuat tulis kacang panjang. Jika di percobaan pertama gosong, di percobaan kedua rasanya sangat asin. Sepertinya takaran garan dan kaldunya terlalu banyak. Di percobaannya yang ketiga, barulah Azmi bisa mendapatkan rasa yang sesuai di lidahnya. Azmi lanjut membuat tempe mendoan. Untuk ini, Azmi lolos dalam sekali coba. Menu itulah yang ia makan untuk makan siang.

Di sore hari, untuk menyambut suaminya yang pulang pukul 7, Azmi membuat tumis yang telah ia praktekkan dan tempe goreng tepung, ia juga membuat telur dadar dengan daun bawang yang sudah biasa ia buat.

“Kamu masak sendiri?” Tanya Priyo saat mencoba masakan Azmi.

“Iya, Mas. Bagaimana? Apa tidak enak?”

“Lumayan. Tapi lain kali matangkan lagi kacangnya. Ini masih setengah matang.”

“Iya, Mas.” Azmi tersenyum.

Jika diperhatikan, ada yang berbeda dari istrinya. Azmi sudah berani mengenakan dress selutut di rumah. Ia tidak mempermasalahkannya karena hanya ia yang bisa melihatnya. Itu artinya Azmi sudah berani terbuka kepadanya. Setelah makan, mereka melaksanakan sholat isya’ berjamaah.

Priyo yang membawa pulang pekerjaannya kembali berkutat dengan laptop, membiarkan Azmi bingung harus melakukan apa. Azmi akhirnya memutuskan untuk tidur. Ia sudah terbiasa tidur lebih cepat 10 hari ini. Apalagi besok ia juga sudah mulai bekerja.

“Mi..” Priyo membangunkan Azmi.

“Iya, Mas.” Jawab Azmi dengan suara parau.

“Bisa minta tolong buatkan wedang jahe? Perutku rasanya tak nyaman.”

“Baik, Mas.”

Priyo duduk bersandar di tempat tidur. Sementara itu Azmi yang masih setengah mengantuk mencuci mukanya dan melihat jam di ponsel yang menunjukkan pukul 11.30 malam. Berbekal video, Azmi membuat wedang jahe. Sayangnya tidak ada gula merah, sehingga ia menggunakan gula pasir.

“Ini, Mas. Pelan-pelan, masih panas.” Azmi menyerahkan cangkir berlepek dan sendok teh.

“Terima kasih.”

Azmi menunggu sampai Priyo selesai, baru menerima cangkir kosong dan membawanya ke belakang. Saat ia kembali, suaminya sudah terlelap. Perlahan Azmi memutar kipas agar mengarah ke dinding, lalu membenarkan selimut Priyo, baru Azmi melanjutkan tidurnya. Tetapi saat ia baru saja akan merebahkan tubuh, Priyo menarik tubuhnya sehingga kehilangan keseimbangan hingga menabrak tubuh suaminya.

“Mas..”

“Mas..”

Tidak ada jawaban, yang ada nafas teratur terdengar di telinganya. Azmi mencoba lepas, tetapi tidak bisa. Ia pasrah dan memejamkan matanya. Lagipula Priyo adalah suaminya yang sudah halal untuknya. Tanpa tahu, jika sebenarnya Priyo terbangun saat Azmi memasangkan selimut untuknya. Priyo tersenyum dengan kepolosan istrinya.

1
indy
sabar y azmi
indy
lanjut
indy
lanjut kakak
indy
semoga di tempat baru azmi bisa lebih sibuk sehingga dapat melupakan kenangan buruk
indy
semoga azmi nanti sukses
indy
selamat ya azmi
Meymei: Terima kasih kak (Azmi)
total 1 replies
indy
cepat move on azmi
indy
kasihan Azmi
indy
Ternyata priyo gak bisa mendaki, bukan karena prinsip
Sulfia Nuriawati
suami aneh, mw saling mengenal tp cm azmi yg ada usaha, lah priyo blm apa² cm tw marah aja, serem sm yg kyk gt sifatnya bs² anemia🤭🤭🤭
Meymei: Hehehe sabar ya kak..
total 1 replies
indy
sabar ya Azmi...
Meymei: Aq sabar kak (Azmi)
total 1 replies
indy
semoga azmi kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Siap kak 😊
total 1 replies
indy
priyo sat set, semoga dia orang baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
telaten sekali azmi
Rian Moontero: kusuka ceritanya kak Mey👍👍
semangaaat🤩🤩🤸🤸
Meymei: Hihihi 🤭
total 2 replies
indy
semangat azmi
Meymei: Siap kak! (Azmi)
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
Dewi Masitoh
hadir kak😊
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!