6 tahun mendapat perhatian lebih dari orang yang disukai membuat Kaila Mahya Kharisma menganggap jika Devan Aryana memiliki rasa yang sama dengannya. Namun, kenyataannya berbeda. Lelaki itu malah mencintai adiknya, yakni Lea.
Tak ingin mengulang kejadian ibu juga tantenya, Lala memilih untuk mundur dengan rasa sakit juga sedih yang dia simpan sendirian. Ketika kejujurannya ditolak, Lala tak bisa memaksa juga tak ingin egois. Melepaskan adalah jalan paling benar.
Akankah di masa transisi hati Lala akan menemukan orang baru? Atau malah orang lama yang tetap menjadi pemenangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Orang Lama
"SARENA!!"
Suara Barito dengan penuh penekanan terdengar begitu keras. Alfa, dokter Dewa juga Lala menoleh ke arah belakang. Sakala Sasmika, teman band mereka yang tak lain seorang CEO sudah berjalan menerobos masuk. Brian mulai mencoba membuka matanya karena suara yang menggelegar.
Brian terkejut bukan main ketika tubuhnya ditindih oleh seorang perempuan bernama Sarena Sasmika. Dia mendorong tubuh Sarena dengan sekuat tenaga hingga dia terjatuh ke lantai. Mata Brian mulai menangkap seorang perempuan yang berdiri di antara sahabatnya.
"Brian, kenapa kamu jahat sama aku?"
Kalimat Sarema tak Brian dengar sama sekali. Dia segera bangkit dari sana untuk menghampiri Lala yang masih membeku di tempatnya.
"Bri--"
Sarena yang hendak mengejar Brian, dicekal oleh Sakala dengan sekuat tenaga.
"Aku cinta dia, Kak. Aku juga yakin. Dia masih cinta aku."
Genggaman tangan Brian pada Lala terasa hampa setelah mendengar ucapan Sarena. Lala hanya seperti patung bernapas, mengikuti langkah Brian tanpa suara. Dia yang berniat ingin berlibur malah ditampar kenyataan seperti ini. Rasanya sakit. Terlebih perempuan itu sangat cantik.
"Kamu tunggu di sini, ya. Aku mau mandi dulu."
Mereka sudah berada di ruangan lain. Masih berada di dalam studio. Setelah Brian ke kamar mandi, senyum tipis terukir di wajah Lala.
"Mandi? Dia habis melakukan apa?"
Pikiran jelek terus berkelana. Lala pun memutuskan untuk pergi dari sana tanpa pamit. Dia ingin mendinginkan isi kepalanya yang dipenuhi pikiran buruk.
Seperti de javu beberapa bulan yang lalu. Berjalan tanpa arah dengan menanggung sedih. Sekuat tenaga Lala menahan air mata yang sudah tak tertahan.
Di King Studio's Brian dikejutkan sudah tak adanya keberadaan Lala. Brian segera mengecek GPS yang sengaja dipasang di ponsel milik Lala. Segera dia keluar mengejar kekasihnya. Wajah paniknya tak bisa berdusta.
"Masbri, mau ke--"
Brian berlalu begitu saja dengan langkah yang sangat lebar tanpa menghiraukan dokter Dewa. Dokter Dewa juga Alfa segera mengejar Brian. Sakala melempar kunci mobilnya untuk dua temannya itu kendarai.
Mobil Brian berhenti di sebuah kafe. Di mana dia meyakini jika Lala ada di sana. Ya, benar. Brian sudah melihat perempuan yang menunduk dalam dengan kopi di atas meja.
Pelukan dari arah belakang dengan Aroma parfum yang sudah sangat familiar membuat air mata Lala menetes begitu saja.
"Sayang, aku bisa jelasin."
Lala masih bergeming. Tak ada satu katapun yang terucap dan Brian meyakini jika Lala tengah menahan sesak di dada. Brian mulai duduk di samping Lala. Meminta Lala untuk menatapnya. Manik mata mereka berdua bertemu. Sorot mata penuh kesedihan dapat Brian lihat dengan jelas.
"Aku tidak akan pernah mengkhianati kamu, Sayang."
Lagi dan lagi Lala tak merespon. Brian meyakini ada hal lain selain kejadian di studio tadi.
"Sayang, tolong bicara sama aku."
"Aku ingin sendiri dulu."
Sebuah kalimat yang membuat mulut Brian terkatup rapat. Mata Lala sudah mulai berair.
"Apakah aku masih sanggup menjalani hubungan bersama orang yang hatinya masih berada di masa lalu."
"Sakit. Jika, aku hanya dijadikan pelarian."
Dugaan Brian benar. Ada yang mempengaruhi pikiran Lala. Namun, Brian tak lantas membela diri. Dia malah tak menolak keinginan Lala untuk sendiri dulu. Menjelaskan pada perempuan yang tengah emosi tinggi dijamin tak akan berhasil. Emosinya malah akan meletup-letup.
"Aku akan terus menunggu kamu sampai waktu kamu untuk sendiri benar-benar selesai," balasnya dengan tangan yang sudah menggenggam erat tangan Lala.
"Aku sangat rindu kamu. Dan aku sangat menyayangi kamu," ucapnya begitu serius.
Mata Lala berair mendengar kalimat tersebut. Sebelum pergi Brian memberikan kecupan di kening, tapi tak ada penolakan dari Lala. Ingin rasanya dia berhambur memeluk tubuh lelaki yang sangat amat dia rindukan. Tapi, dia harus menahannya sekarang.
Senyum penuh kepedihan terukir teramat kecil. Brian sama sekali tak memohon, bahkan dengan mudahnya menyetujui keinginan Lala.
"Ternyata benar," gumamnya, dan kembali menundukkan kepala.
"Orang lama masih menjadi pemenangnya."
.
Alfa dan dokter Dewa segera menghampiri Brian ketika lelaki sudah keluar dari kafe.
"Mas--"
"Biarkan dia sendiri dulu."
Membiarkan Lala sendiri bukan berarti meninggalkan perempuan itu. Brian tetap berada di dalam mobil. Mengawasi serta menjaga Lala dengan sedikit berjarak. Menjelang malam, Lala baru keluar dari kafe dengan wajah yang sangat sembab. Alfa yang tengah bersama Brian mulai menatap calon kakak iparnya yang terus menatap ke arah Lala.
"Enggak kita ikuti?" Brian diam saja.
Lima belas menit setelah kepergian Lala. Brian menyalakan mesin mobil dan menuju tempat yang ditunjukkan lokasi ponsel Lala. Sebuah hotel di mana akan menjadi tempat tinggal Lala untuk sementara.
Brian sudah mendapatkan kamar di mana Lala berada. Dia juga meminta kamar tepat di samping kamar Lala. Awalnya pihak hotel tidak memperbolehkan. Hal yang tak pernah Brian lakukan, akhirnya dia lakukan demi untuk sang kekasih. Dia membisikkan sesuatu dan tanpa berlama pihak hotel memberikan apa yang Brian mau.
Sudah jam satu malam Brian tak jua dapat tidur. Dia menyerahkan sebuah kartu kamar Lala kepada Alfa.
"Tolong pasang ini di tempat tersembunyi di dekat tempat tidur."
Camera yang begitu kecil yang sudah tersambung pada ponsel Brian. Alfa tahu Brian begitu mengkhawatirkan Lala. Apa yang Brian perintahkan akan Alfa lakukan.
"Enggak perlu jelasin apa-apa ke gua, Al. Gua tahu lu akan membela Brian."
Alfa masih teringat akan pesan balasan dari Lala. Dia sedih melihat Lala seperti ini, tapi dia juga bukan orang yang tepat untuk menjelaskannya.
Setelah camera terpasang, Alfa kembali lagi ke kamar yang dia huni bersama Brian. Sampai pagi datang, Brian tetap duduk di sofa dengan pandangan mata tak lepas dari layar ponsel. Tidur Lala sangat tak nyenyak. Berkali-kali dia terbangun.
"Aku ingin memeluk kamu, tapi aku juga gak ingin buat kamu pergi karena kehadiran aku di sisi kamu."
.
"Kamu pacarnya Brian?"
"Yakin? Dicintai sungguhan sama dia?"
"Denger deh lagu ini. Itu ciptaan Brian sendiri, bukti betapa dia belum bisa move on dari aku. Bahkan lagu ini booming banget dan membuat nama band-nya terkenal."
🎵
Cara aku berbicara denganmu dulu
Ekspresi yang aku buat denganmu
Cinta yang meluap-luap
Itu masih ada
Jalanan yang menjadi sepi
Lelucon yang tidak lagi menyenangkan
Cinta yang telah memudar
Aku masih di sini
"Masih Yakin bisa mengalahkan orang lama?"
Lala teringat pesan berantai dari Sarena, yang mengaku mantan Brian. Matanya terpejam ketika kembali mendengarkan lagu dari band adiknya. Part itupun dinyanyikan langsung oleh Brian dengan feel yang begitu terasa sakitnya.
"Sekarang, apa masih ada cinta untuknya, Mas?"
"Masihkah kamu berada di tempat itu? Dan menjadikan aku hanya sebagai tempat persinggahan sementara."
Lala menunduk dalam. Air matanya mulai menetes. Lala sedang dilanda rasa takut. Takut disakiti lagi ketika dia sudah benar-benar mencintai.
...*** BERSAMBUNG ***...
Kalau masih penasaran, komen yang banyak. Entar up banyak-banyak
dan ngidam nya tu slalu ngehabisin uang bnyak....
lanjut lgi ya Thor
semangat.....
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
kalo tuan yg di repotin siap2 bangrut😂😂😂😂😂
sehat selalu buat author