> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Menggenggam Harapan
Bab 30: Menggenggam Harapan
"Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 6)
---
Sebuah Panggilan yang Mengubah Segalanya
Hari itu, Fahri sedang duduk di serambi pesantren, memandangi langit yang cerah. Pikiran-pikirannya terfokus pada langkah-langkah selanjutnya dalam hidupnya. Setelah menerima surat dari Aisyah, perasaannya memang lebih tenang, namun ia tetap merasa ada bagian dalam dirinya yang belum utuh. Entah kenapa, meski ia sudah berubah, meski ia sudah merasa damai, hati kecilnya masih merindukan sesuatu.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Suara pesan masuk membuatnya terkejut. Fahri melihat layar, dan ternyata itu adalah pesan dari Rudi, teman lamanya di jalanan yang dulu pernah menyarankan Fahri untuk ikut bergabung dalam dunia kejahatan. Rudi kini telah berhubungan dengannya kembali, mengabarkan sesuatu yang cukup mengejutkan.
"Fahri, saya butuh bantuanmu. Ada urusan yang harus diselesaikan, dan hanya kamu yang bisa bantu. Ini bukan urusan yang bisa aku tangani sendiri. Aku tahu, kamu sudah jadi orang yang berbeda, tapi ini penting. Aku akan tunggu jawabanmu."
Fahri terdiam lama membaca pesan itu. Kenangan akan masa lalunya muncul kembali dalam pikirannya. Rudi, teman yang pernah bersama-sama menjalani hidup keras di jalanan, kini kembali menghubunginya. Sebuah pertanyaan besar muncul dalam dirinya: Haruskah ia kembali membantu Rudi? Atau akankah itu mengganggu perjalanan spiritualnya yang sudah ia pilih?
Namun, ia tahu bahwa memilih untuk mengabaikan Rudi sama saja dengan mengabaikan masa lalunya sendiri. Rudi adalah bagian dari hidupnya, dan meskipun ia telah berubah, itu bukan berarti ia bisa meninggalkan teman-teman lama begitu saja. Namun, ia juga sadar bahwa keputusannya kali ini bisa menguji seberapa kuat tekadnya untuk tetap berada di jalan yang benar.
---
Refleksi Diri dan Doa yang Menguatkan
Fahri bergegas menuju masjid pesantren, mencari ketenangan dengan berdoa. Ia tahu, keputusan ini tidak bisa diambil dengan tergesa-gesa. Setelah beberapa lama duduk dan merenung, ia membuka Al-Qur'an dan membaca beberapa ayat. Ia merasa seperti mendapat jawaban dari dalam dirinya.
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
(QS. At-Talaq: 2-3)
Fahri merasa seolah Allah sedang berbicara langsung kepadanya. Ia tahu bahwa pertolongan yang ia cari, bukan hanya dalam membantu teman lama seperti Rudi, tetapi dalam memilih jalan yang benar. Ia harus tetap teguh pada keyakinannya untuk tetap berjalan di jalan-Nya, meskipun godaan dan tantangan datang dari segala arah.
---
Bertemu dengan Rudi
Keputusan telah diambil. Fahri memutuskan untuk menemui Rudi, bukan untuk kembali ke jalan lama, tetapi untuk memberikan bantuan yang benar. Ia ingin menunjukkan bahwa perubahan dalam hidupnya adalah nyata, dan ia akan membantu Rudi dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
Di sebuah warung kopi yang tenang, Fahri bertemu dengan Rudi. Temannya itu terlihat gelisah, dan ada sesuatu yang berbeda dari cara berbicaranya.
"Fahri, aku tahu aku sudah banyak salah. Aku menyesal," kata Rudi dengan wajah penuh kesedihan. "Tapi ada masalah besar, dan aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku tahu kamu sudah berubah, dan aku ingin ikut berubah juga. Aku tidak bisa keluar dari masalah ini sendirian."
Fahri menatapnya, dan hatinya dipenuhi dengan rasa iba. "Rudi, aku akan membantumu, tetapi kita harus melakukannya dengan cara yang benar. Aku sudah memilih untuk berjalan di jalan yang benar. Aku tidak akan kembali ke masa lalu kita."
Rudi mengangguk dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku paham, Fahri. Aku ingin berubah, tapi aku butuh bimbingan. Aku tidak tahu harus mulai dari mana."
Fahri tersenyum lembut. "Kita mulai dengan niat yang tulus. Jangan khawatir, aku akan membimbingmu. Tetapi ingat, jalan ini tidak mudah. Tetapi jika kamu tulus, Allah akan memberikan jalan."
---
Perubahan yang Dimulai dengan Niat
Hari-hari berikutnya di pesantren, Fahri mulai menemani Rudi dalam proses perubahan dirinya. Mereka sering berbicara tentang kehidupan, agama, dan cara-cara untuk memperbaiki diri. Rudi mulai mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di pesantren, meskipun ia masih merasa canggung.
Fahri tidak pernah memaksanya, tetapi ia terus memberinya dukungan dan semangat. Setiap malam, mereka berdua berdoa bersama, memohon agar Allah memberikan petunjuk dan kekuatan untuk mengatasi segala kesulitan yang mereka hadapi. Meski Rudi belum sepenuhnya berubah, Fahri yakin bahwa Allah akan memberinya jalan.
Satu malam, ketika mereka berdua duduk di depan masjid, Rudi menatap Fahri dengan mata penuh harapan. "Fahri, aku merasa ada sesuatu yang berubah dalam hidupku. Aku merasa lebih tenang sekarang, lebih dekat dengan Tuhan. Mungkin aku sudah terlambat, tapi aku ingin terus berusaha."
Fahri menepuk bahunya dengan penuh kasih. "Tidak ada kata terlambat, Rudi. Yang penting adalah niat dan usaha kita untuk berubah. Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang berusaha."
---
Di tengah perjalanan panjangnya, Fahri mulai menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang mencari ketenangan untuk diri sendiri, tetapi juga tentang membantu orang lain untuk menemukan jalan mereka. Ketika seseorang ingin berubah, ia harus diberi kesempatan, dan dengan bimbingan yang benar, perubahan itu mungkin terjadi. Fahri tahu bahwa meskipun perjalanannya penuh dengan ujian, ia akan terus berjalan dengan penuh harapan, karena Allah selalu memberikan jalan keluar bagi mereka yang bertakwa.