Wonderful Angela

"Mah, mama baik-baik saja?" tanya Angela dengan wajah gusarnya.

Begitu mendapat kabar tentang insiden yang menimpa sang mama dari Junior, bergegas gadis cantik itu pulang ke rumah untuk memastikan kondisi sang mama.

"Angela, maafin mama nak. hiks." ucap Emily dengan air mata yang berderai.

"Mah, kenapa mama nekat melakukan hal konyol seperti ini? Kalau dukun palsu itu sampai mencelakai mama gimana?" cemas Angela sembari memastikan kondisi sang mama baik-baik saja.

"Mama minta maaf sayang. Tolong jangan beritahu hal ini pada siapapun ya, terutama papa. Mama tidak mau membuat papa cemas." cicit Emily dengan kepala yang tertunduk. Emily tidak mau sang suami sampai berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Ibu dua anak itu merasa malu karna telah percaya pada dukun palsu, padahal ia berasal dari keluarga terpandang dan berpendidikan.

"Baiklah. Aku janji tidak akan memberitahu papa. Tapi mama juga harus janji tidak akan melakukan hal konyol seperti ini lagi." pinta Angela.

"Mama janji." balas Emily sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

"Lalu apa yang akan kita lakukan pada pria itu mah?" tanya Angela sembari menunjuk ke arah dukun palsu yang masih pingsan.

"Kita buang saja dia ke hutan Angela! Biar dia jadi makanan hewan buas di sana! Mama benci melihat muka orang itu." kesal Emily dengan rahangnya yang mengeras. Wanita cantik itu merasa jijik ketika mengingat pria itu telah menyentuh beberapa bagian tubuhnya.

"Mama seperti penjahat berdarah dingin saja." gumam Angela sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Brukk!!!

Dengan dibantu beberapa orang penjaga keamanan di rumahnya, Angela berhasil melempar tubuh dukun palsu itu di tengah hutan. Tak lupa Angela memberikan sejumlah uang, sebagai uang tutup mulut.

"Apa tidak papa kalau kita meninggalkan dia di sini sendirian mah? Kalau dia di makan srigala atau harimau bagaimana?" tanya Angela.

"Bagus, justru itu yang mama harapkan." balas Emily dengan wajah ketusnya.

"Jangan pikirkan pria itu Angela, ayo kita pulang saja." Emily menarik tangan Angela dengan paksa. Menjauh dari dukun palsu itu yang masih terkulai di atas tanah.

"Oh astaga..." batin Angela, tak menyangka wanita berhati lembut itu bisa berubah jadi kejam juga.

"Sampaikan rasa terima kasih mama pada Junior, karna dia telah menolong mama." lirih Emily setelah mereka berada di dalam mobil.

Junior yang juga ada di mobil itu bersama mereka langsung menjawab, walau hanya Angela saja yang bisa mendengarnya.

"Junior bilang, sama-sama. Dia senang bisa membantu mama." Angela menyampaikan apa yang dikatakan Junior.

"Sampaikan juga permohonan maaf mama pada Junior." ucap Emily lagi.

"Junior bilang, dia tidak marah sama mama walaupun mama sudah berusaha untuk mengusir dia." Angela kembali menyampaikan apa yang di katakan Junior.

"Terima kasih. Mama janji tidak akan mengusir Junior lagi, mama juga tidak akan memaksamu untuk menikah lagi. Mama akan menyerahkan semua keputusan di tanganmu." lirih Emily dengan kepala yang tertunduk.

"Mama..." lirih Angela pula. Rasa bersalah merasuki hati gadis cantik itu. Karna ingin melihat dia menikahlah, sang mama yang baik hati sampai berbuat nekat seperti ini.

***

Setelah mengantarkan mama Emily kembali ke rumah, Angela langsung kembali ke rumah sakit karna pasien-pasiennya sudah menunggu di sana.

"Dokter, akhirnya anda kembali juga. Pasien-pasien anda sudah lama menunggu, mereka tidak mau ditangani oleh pasien yang lain." beritahu suster Lola sembari menunjuk para pasien yang sedang menunggu Angela dengan sabar, sebagian besar dari mereka adalah lelaki muda yang sengaja datang ke rumah sakit ini, hanya agar bisa bertemu dengan Angela.

"Arayan?" dan diantara pada pasien itu, ada satu yang menyita perhatian Angela. Yaitu Arayan.

"Kita langsung mulai saja prakteknya suster, aku tidak mau membuat mereka menunggu lebih lama lagi." ucap Angela.

"Baik dokter." patuh Lola.

"Pak Andika, silahkan masuk." Suster lola langsung memanggil pasien tersebut sesuai dengan no antrian. Beberapa waktu berlalu, hingga tiba giliran Arayan yang dipanggil.

"Permisi dokter." ucap Arayan dengan sopan. Arayan datang untuk kontrol rutin setelah ia keluar dari rumah sakit, memastikan kalau kondisinya baik-baik saja sebelum ia kembali ke kota asalnya.

"Silahkan duduk." titah Angela dengan wajah datarnya. Sebenarnya Angela malas bertemu dengan Arayan setelah tahu pria itu sudah memiliki kekasih.

"Kondisi anda sudah benar-benar pulih, anda tidak perlu melakukan kontrol lagi mulai dari sekarang." ucap Angela setelah melakukan serangkaian pemeriksaan pada Arayan.

"Terima kasih dokter, kalau tidak ada anda pasti saya tidak akan tertolong." ucap Arayan dengan lembut. Pria itu baru menyadari seberapa parah kondisinya setelah melihat rekaman CCTV saat ia terjatuh dari gedung lantai 7 beberapa waktu yang lalu.

"Sama-sama. Itu adalah kewajiban saya sebagai seorang dokter." balas Angela masih dengan wajah datarnya.

"Apa anda marah dokter? Tolong maafkan sikap saya tempo hari. Saya begitu terkejut ketika anda tiba-tiba memeluk saya. Jadi Reflek saya bersikap seperti itu." sesal Arayan.

"Tidak papa, saya yang salah." balas Angela, mendadak pembicaraan diantara mereka jadi terasa canggung.

"Anda begitu mirip dengan seseorang yang saya kenal, saya pikir anda adalah dia. Harusnya saya memastikan terlebih dahulu sebelum memeluk anda." sesal Angela pula saat menyadari kecerobohannya.

"Untungnya pacar anda tidak melihat, kalau dia sampai melihat pasti akan terjadi salah paham." lanjut dokter cantik itu lagi.

"Pacar? Pacar yang mana?" tanya Arayan dengan dahi yang mengkerut. Setelah putus dengan kekasih terakhirnya tiga tahun yang lalu, pria itu tidak pernah memiliki kekasih lagi dan lebih memilih fokus pada kariernya.

"Wanita yang datang bersama anda kemarin." Angela mengingatkan.

"Oh, Miriam? Dia itu hanya sekretarisku dokter, bukan pacarku." Beritahu Arayan.

"Benarkah?" tanya Angela dengan mata berbinar.

"Berarti aku masih memiliki kesempatan dong?" batin Angela.

Bersambung.