NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mama Nisa

Malam itu awan gelap menutupi sinar Bulan, gelap tanpa adanya sinar yang bisa menerangi sudut-sudut ruangan di hatinya. Menjelang dini hari ia baru bisa tidur, hingga akhirnya baru bisa bangun selepas subuh. Kepalanya terasa pusing, matanya bengkak dan sembab.

“Arghhhh gimana mau ke kantor dengan mata seperti ini” pikir Bulan sambil bercermin.

Setengah jam ia habiskan untuk mengompres mata menggunakan es, kalau bisa sebetulnya hari ini tidak ingin berangka kerja, tapi harus melaporkan progres pekerjaan untuk digabungkan dengan pekerjaan Anjar dan diberikan review analisa bersama.

Akhirnya ia berangkat lebih siang dari biasanya, sesekali datang terlambat tidak masalah, yang penting datang dan menyelesaikan pekerjaan. Saat masuk ke dalam ruangan ternyata semua orang sudah datang, kecuali Kevin.

“Woaaaaahh tumben Rembulan kesiangan, matahari sudah keluar tapi Bulan masih ada di langit” Anjar mentertawakan Bulan yang tampak kikuk datang terlambat.

“Maaf Mba Icha,… saya agak kurang enak badan” Bulan menunduk sambil tersenyum kecut. Marissa yang sedang sibuk dengan dokumen nampak tidak terlalu mempedulikan kedatangannya yang lebih siang, hanya mengangguk tanpa memperhatikan lebih jauh.

“Ini bahan punya aku, mau digabungin kapan?” Bulan mendekat ke meja kerja Anjar, memberikan flask disk sambil bertanya pelan menatap Anjar

“Kenapa kamu sakit?” Anjar memperhatikan muka Bulan dengan lekat, yang ditanya hanya mengangguk lemah.

“Ya udah aku kerjain dulu sendiri, nanti kamu tinggal tambahin reviewnya” Anjar terus memandang Bulan dengan tajam.

“Ada apa?” tanyanya serius. Bulan mengangkat alisnya heran

“Ada apa kenapa?” tanya Bulan balik.

“Aku yang tanya kamu kenapa?” Anjar keukeuh bertanya

“Emangnya kenapa?” Bulan tersenyum jahil, selama ini biasanya dia yang suka kena keisengan Anjar, mumpung dia lagi kepo mendingan digodain.

“Issshh… kamu tuh suka ngeselin” Anjar melotot kesal.

“Ngeselin gimana?” goda Bulan kembali, ternyata kalau di kantor suasana lebih menyenangkan daripada sendiri.

“Ah udah sana” Anjar melengos merasa perhatiannya dicuekin.

“Hehehehe Abi baperan ih…” Bulan mencoba menggoda lagi, teringat saat kemarin menjadi Umi dan Abi.

“Diem ah… udah kadung ilfill gw” Bulan semakin merasa terhibur saat melihat Anjar yang tampak kesal. Ternyata semenyenangkan itu mengganggu orang lain.

“Aku gak apa-apa Anjay, don't worry… lagi melewati ujian kedewasaan” Bulan menarik nafas, Anjar meliriknya dan melambaikan tangannya mengusir Bulan pergi dari mejanya. Bulan tersenyum, anak ini ternyata punya sisi yang unik kalau sudah masuk ke hati lebih baperan.

Duduk di mejanya mencoba fokus pada pekerjaan kembali, tapi kembali godaan muncul untuk menariknya kembali ke masalah yang sama. Pesan masuk dari Kevin.

“Terima kasih atas bantuannya kemarin, Elma sudah membaik.” tiba-tiba saja Kevin mengirimkan pesan kabar tentang Elma, sebetulnya Bulan tadi ingin menanyakan hal tersebut tapi ia khawatir dianggap terlalu perhatian berlebihan.

“Apakah tidak ada masalah dengan tunanganmu? Maaf kalau membuat kalian jadi gak nyaman” ucapan Pak Kevin selalu sopan pikir Bulan

“Alhamdulillah kalau sudah baik Pak, Kak Inneke sudah datang?”

“Gak apa-apa Pak. Hidup di dunia kan tempatnya cobaan dan ujian” balas Bulan.

“Dia ambil pesawat siang ini jam 13 sampai ke RS sekitar jam 3 kayanya”

Bulan menggelengkan kepala, luar biasa dedikasi kakak kelasnya itu pada pekerjaan. Pak Kevin tampak memberikan kebebasan untuk berkarir pada istrinya, pikir Bulan. Memikirkan hubungan antara Kevin dan Inneke membuat Bulan tercekat, mereka adalah orang yang telah membuat Juno menderita.

Kalau sampai Elma itu anak di luar nikah, artinya Inneke selingkuh dengan Pak Kevin, pantas saja kalau Kak Juno sangat membencinya. Bulan masih ingat bagaimana tatapan marah Juno saat melihatnya ditarik oleh Kevin.

Mungkin kalau ia tidak bekerja dengan Kevin hubungan asmaranya dengan Juno tidak serumit ini. Tapi yang sekarang Bulan pahami adalah selama ini perasaan dan pikiran Juno tidak pernah tertuju padanya. Kalaupun ia bekerja di tempat yang tidak ada hubungannya dengan Kevin dan Inneke, sikap Juno akan sama, tidak pernah menganggapnya sebagai bagian penting dari hidupnya.

Ada untungnya sebetulnya ketidaksengajaan atau takdir lingkaran setan pertemanan dunia tak selebar daun kelor. Dimana ia satu kantor dengan Kevin dan Marissa, sehingga pada akhirnya  bertemu dengan orang yang  memiliki keterkaitan cerita. Kalau tidak mungkin ia akan terus menjadi perempuan bodoh dengan angan-angan melambung tinggi tanpa tahu kapan akan terjatuh. Lebih baik menjatuhkan diri sekarang mumpung masih belum terlalu  tinggi. Sakit memang tapi tidak akan bikin mati.

Bulan memandang cincin di jarinya, semalam ia tidak berpikir untuk melepaskan cincin itu. Pikirannya terlalu penuh oleh luapan emosi yang  terpendam  selama ini di alam bawah sadarnya.

Semua perempuan ternyata membutuhkan perhatian dan romantisme dari lawan jenis, ia selalu berpikir kalau Juno memang seperti itu karakternya pendiam dan tidak romantis. Tapi ternyata memang untuk membina suatu hubungan itu perlu take and give, karena terus memberi tanpa pernah menerima menguras sisi kebahagian yang semestinya semakin bertambah saat bersama pasangan.

Dilepaskannya cincin yang terpasang di jari manis kirinya, cincin yang dipasangkan oleh Tante Nisa pada saat datang ke rumah untuk meminangnya bagi anak laki-lakinya. Bulan memandang cincin itu dengan sedih, hari ini ia harus mengembalikan cincin ini kepada Tante Nisa pikirnya.

“Kenapa dicopot” tiba-tiba suara Mba Icha terdengar di belakangnya, terlalu fokus memikirkan cincin pertunangan membuat Bulan tidak sadar akan keberadaaan seniornya.

“Eh… ada apa mba?” Bulan tersenyum lemah. Marissa memandang Bulan dengan lekat, muka kuyu, mata yang sembab dan mencopot cincin pertunangan akan bermuara pada satu kesimpulan… masalah asmara.

“Ada apa?” tanya Marissa kembali. Bulan menggeleng dan menunduk, ia menarik nafas dan memandang Marissa dengan sendu.

“Mbak.. aku boleh gak minta ijin untuk pulang. Ada urusan yang mau aku selesaikan” ucap Bulan pelan. Marissa memandang Bulan dengan prihatin.

“Progres kerjaan kamu udah dikasih ke Anjar kan tadi?” Bulan mengangguk.

“Aku bawa sebagian lagi kerjaan untuk dikerjakan di rumah, kondisi aku lagi gak sehat kayanya Mbak” Bulan tersenyum mencoba memperlihatkan optimisme, tapi yang terlihat lebih ke seringai sedih.

“Ya sudah istirahat saja, jangan dipaksakan. Tapi nanti kalau ada yang perlu dibantu kerjaannya Anjar kamu progres via email aja” Marissa mengangguk memberikan persetujuan bagi Bulan untuk pulang.

“Bin.. mau dianter?” tanya Anjar dengan khawatir.

“Gak usah, aku pake mobil online aja. Kasian Mbak Icha kalau kamu juga pergi. Pak Kevin katanya baru bisa ninggalin Elma kalau Kak Inneke datang nanti sore” mendengar ucapan Bulan, Marissa mendengus kesal.

“Ampun deh si Inne bikin gw gemes, nyari apa sih dia” Marissa menggelengkan kepalanya kesal. Bulan buru-buru memasukan berkas dokumen pekerjaan yang masih perlu ia perbaiki, lebih baik ia pulang supaya kondisi emosinya stabil.

Waktu baru menunjukan 10.45 artinya belum terlalu siang kalau ia pergi ke rumah Afi untuk bertemu dengan Tante Nisa. Digenggamnya cincin tunangan yang disimpan di saku blazer. Ia tidak mungkin melanjutkan pertunangan dengan Juno, terlalu banyak perasaan sedih, ketidakpercayaan dan keraguan dalam hubungan ini. Bahkan untuk hanya sekedar hubungan pertemanan pun tidak cukup apalagi untuk pernikahan.

Ia tidak menanyakan pada Afi apakah Mama nya ada di rumah atau tidak, yang terpenting saat dilihat kalau mobil Juno tidak ada itu sudah cukup. Ia tidak ingin bertemu laki-laki itu dalam waktu dekat.

Dipijitnya bel dua kali sambil menarik nafas, mestinya tadi dia mampir dulu untuk membeli buah tangan, tapi pikirannya terlalu kalut. Terdengar kunci pintu di buka, Bulan mencoba menegarkan dirinya.

“Bulaaan…. Owh ya allah … mimpi apa Mama bisa ketemu kamu” Tante Nisa langsung memeluk Bulan dengan erat. Semenjak acara pertunangan Bulan memang belum bertemu lagi dengannya.

“Maaf Tante, Bulan sudah lama gak main kesini” Bulan tersenyum malu, semestinya ia sering datang ke rumah ini, seperti saat ia masih menyandang status sebagai teman Afi bukan sebagai tunangan Juno.

“Lohh kok masih manggil Tante… kan udah mau jadi Mamanya Bulan” Tante Nisa menarik Bulan masuk, ucapan Tante Nisa membuat Bulan menjadi sedih, air matanya kembali menggenang di pelupuk mata.

“Maaf Tante…” bisik Bulan perlahan dengan perasaan sedih. Padahal ia berjanji untuk tidak lagi menangis. Tapi melihat kehangatan sikap Tante Nisa membuatnya kembali terpukul kalau semua harapannya untuk memiliki ibu yang baik seperti Tante Nisa akan terkubur.

“Ehhh kenapa kok malah nangis… ada apaaa?” Tante Nisa tampak menjadi panik.

“Ehh ini kan jam kantor, Bulan gak ngantor memangnya?” dipandangnya Bulan dengan lekat yang masih saja menunduk. Bulan mengusap air mata yang mengalir di pipinya, dan menarik nafas. Ia harus memperlihatkan ketegaran jangan sampai membuat Tante Nisa sedih.

“Tante sehat?” Bulan berusaha mengalihkan perhatian dan tersenyum dengan gembira.

“Ada apa Bulan?” Tante Nisa ternyata tidak semudah itu untuk dialihkan perhatiannya.

“Bulan sayang banget sama Tante Nisa, makasih yaa udah sayang sama Bulan selama ini, sejak Bulan kuliah sampai sekarang kerja” Bulan tersenyum sambil trus berusaha menahan air mata, tapi apa daya menetes terus tanpa bisa dihentikan.

“Bulan minta maaf, kalau sikap Bulan nanti membuat Tante sedih, gak ada niatan Bulan sama sekali untuk seperti ini…. Heffft….” Bulan mengusap air mata dan hidungnya. Tante Nisa menatap lekat dengan tatapan bingung.

“Bulan datang kesini untuk mengembalikan barang yang dulu Tante titipkan sebagai lambang kepercayaan Tante sama Bulan”

“Mohon maaf kalau Bulan ternyata tidak bisa menjaga kepercayaan yang diberikan Tante” Bulan merogoh saku blazernya dan memberikan cincin pertunangan ke tangan Tante Nisa.

“Kak Juno dan Bulan ternyata masih belum bisa memahami dan bisa sejalan untuk bisa melanjutkan hubungan ke jenjang lebih tinggi lagi”

“Bulan meminta maaf, sebetulnya Bulan sudah berusaha tapi gak bisa” diusapnya airmata yang terus mengalir dan akhirnya ia menangis tersedu di pangkuan Tante Nisa yang hanya diam dan mengusap rambutnya dengan perlahan.

“Maafin Bulan tapi Bulan gak bisa meneruskan..,aaarghaaaa….” tangisan Bulan yang terasa sangat memilukan membuat Tante Nisa ikut menangis sedih.

“Gak apa-apa… jangan merasa bersalah. Tante yang salah… terlalu memaksakan hubungan ini pada kalian, padahal kalian belum saling mengenal”

“Maafkan Juno yaa sayang…. Tante tahu sikap Juno selama ini pada Bulan… bukan salah Bulan… sudah jangan menangis cantik” Tante Nisa mengangkat wajah Bulan dan mengusap airmata di pipinya. Dipeluknya Bulan dengan penuh rasa sayang, bertahun-tahun gadis ini menjadi sahabat anaknya Afi membuatnya bisa mengenal bagaimana karakter Bulan.

“Jodoh itu rahasia Allah, perjalanan hidup kamu masih panjang. Kamu harus menemukan laki-laki yang baik yang bisa kamu terima segala kelebihan dan kekurangannya. Sebagaimana halnya laki-laki itu bisa menerima kelebihan dan kekurangan Bulan”

“Perjalanan hidup rumah tangga Tante harus menjadi cerminan untuk kalian, ternyata rasa cinta itu tidak cukup untuk membangun rumah tangga yang langgeng dan bahagia, ada komunikasi kepercayaan dan saling mendukung menjadi hal yang penting dalam rumahtangga” Tante Nisa mengusap-usap punggung Bulan.

Bulan menganggukan wajahnya di pundak Tante Nisa, impiannya adalah memiliki ibu mertua sebaik Tante Nisa mudah-mudahan bisa terkabul di masa depan.

“Tante punya permintaan sama Bulan boleh?” Tante Nisa menakup muka Bulan dengan kedua tangannya.

“Walaupun Bulan tidak melanjutkan pertunangan dengan Juno, maukah Bulan memanggil Tante dengan panggilan Mama?” Tante Nisa tersenyum lembut.

Bulan mengangguk lemah, salah satu hal yang mendorongnya menerima lamaran Juno adalah memiliki ibu seperti Tante Nisa.

“Boleh?” tanya Bulan dengan penuh harap.

“Tentu saja boleh sayang, Bulan sudah menjadi anak Mama sejak 7 tahun yang lalu… coba sekarang Mama mau dengar Bulan manggilnya Mama” Tante Nisa tersenyum menggoda.

“Ngomong apa yah… jadi bingung kalau dipikirin” Bulan menunduk malu.

“Bulan mau makan siang sama Mama kan?” tanya Tante Nisa.

“Mau… M..Ma” Bulan tersenyum malu…

“Ihhh kamu tuh anak Mama yang cantik… senengnya Mama punya anak perempuan dua sekarang” dipeluknya Bulan dengan sepenuh hati,

“Makasih Mama” Bulan menarik nafas dengan lega, penerimaan dan kebaikan Tante Nisa tidak akan dia lupakan… Eh salah Mama Nisa tidak akan dia lupakan.

1
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
shrook..... antara sedih sm lucu
dyul
duh😭😭😭😭
dyul
alah maneh beny gangguin org belah duren🤣🤣🤣🤣
larasati
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
😭😭😭😭
Cucu Supriatin
ntah yg ke berapa x ny baca ulang

..GK bosen2...
Herawati
Luar biasa
Herawati
Lumayan
Dwi Nuryani
luar biasa
Widayati Y
seruuu
Nani Widia
baca episode ini sama bulan putus pasti nanggis padahal dah baca beberapa kali/Sob//Sob//Sob/
Yani Yani
nguing nguing 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!