Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Bersaing Denganmu!
“Kamu ... dasar wanita tidak tahu sopan santun. Apa kedua orang tua mu tidak pernah—”
“Ibu ...” Suara panggilan itu membuat keduanya menoleh seketika. Erica berjalan mendekat dan berdiri tepat di samping Naomi. “Ibu, jangan bicara seperti itu. Bagaimana pun juga, Naomi adalah istri Adrian.”
“Jangan membelanya, Erica!” ujarnya tak suka. “Lihatlah, apa dia pantas menjadi bagian dari keluarga Marx?”
Seulas senyum terukir di bibir Erica. “Bu, Adrian memilihnya, tentu saja Naomi layak.”
Seolah tak terima, Ibu Iriana membuang pandangan ke arah lain sambil berdecih, dengan kedua siku yang dilipat di depan dada.
“Lagi pula Adrian bisa marah kalau tahu Ibu memperlakukan istrinya seperti ini.”
“Ibu benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Adrian. Kalau harus menikah kenapa harus dengan gadis sepertinya? Benar-benar membuat ibu muak!” Tanpa berlama-lama, wanita itu melangkah pergi dengan wajah yang sangat kesal.
Naomi mengusap dada pelan ketika ibu mertua telah menghilang dalam pandangannya. Wanita itu benar-benar seperti monster besar yang siap menerkamnya kapan saja.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku pagi ini, Nona Erica.”
“Jangan panggil Nona,” ucapnya ramah. “Oh ya, berapa usiamu?”
Jika ia boleh menebak, Erica menduga Naomi masih terbilang remaja. Dilihat dari wajahnya yang masih sangat muda.
“Dua puluh tahun,” jawabnya singkat.
“Wah, kamu masih sangat muda. Aku lebih tua tujuh tahun darimu. Jadi kamu boleh memanggilku kakak.”
Mendengar ucapan Erica, Naomi seperti mendapat oase di gurun pasir. Setidaknya salah satu keluarga Marx bersikap baik terhadapnya. “Terima kasih, Kak. Aku jadi tidak enak.”
“Tidak apa-apa. Kamu adalah istrinya Adrian. Itu artinya kamu adalah anggota keluarga ini. Jadi jangan pedulikan ucapan Ibu.”
Kalau saja kamu tahu bahwa aku hanyalah mainan untuknya, mungkin kamu tidak akan memperlakukanku sebaik ini.
.
.
“Oh ya, Naomi ... boleh aku tanya sesuatu?” tanya Erica setelah suasana lebih tenang. Kini mereka kembali duduk di kursi taman. Menikmati segarnya udara pagi.
“Mau tanya apa, Kak?”
“Sebenarnya seperti apa hubunganmu dengan Adrian? Maaf aku sempat sedikit ragu, karena Adrian baru saja berpisah dengan Haylea, dan setahuku Adrian sangat mencintai Haylea.”
Ya, Naomi pun tak menampik. Ia bisa menilai sendiri bahwa Adrian sangat mencintai Haylea. Saat mabuk, Adrian tak henti-hentinya menyebut nama mantan kekasihnya itu.
Aku rasa tidak ada salahnya kalau aku jujur pada Nona Erica.
“Sebenarnya aku terpaksa menikah dengan Tuan Adrian. Kak Erica benar, dia sangat mencintai Nona Haylea. Tuan Adrian hanya menjadikanku pelampiasan.”
Erica tampak cukup terkejut mendengar ucapan Naomi. “Apa maksudmu? Bagaimana mungkin dia menikahimu kalau tidak mencintaimu?”
Mendadak bola mata Naomi tergenang cairan bening. Tetapi tentu saja, ia berusaha menahan agar tak seorang pun melihatnya lemah.
“Ceritanya agak rumit. Sebenarnya aku tidak punya hubungan lebih dari sekedar status dengan Tuan Adrian. Kami menikah karena kesepakatan.”
Erica terdiam beberapa saat. Seolah sedang mengurai benang kusut di otaknya. “Jadi kamu dan Adrian tidak saling mencintai?”
Naomi mengangguk penuh keyakinan.
"Emh, maafkan aku, Naomi. Aku tidak tahu kalau ternyata hubungan kamu dan Adrian seperti ini."
"Tidak apa-apa, Kak. Aku sudah terbiasa hidup dalam hal yang tidak pasti."
Erica kembali mengusap bahu Naomi.
"Kalau begitu aku tidak akan sungkan denganmu. Aku lega kalau tenyata hubungan kalian tidak seperti yang kupikirkan.”
Kerutan tipis terukir di kening Naomi. Ia belum memahami sepenuhnya arah pembicaraan Erica. “Maksudnya lega kenapa?”
Wanita cantik itu terdiam sejenak sambil menarik napas dalam. Sebelum akhirnya berkata, “Aku mencintai Adrian sejak lama.”
Naomi tersentak dan refleks menatap Erica. Kalimat yang diucapkan Erica beberapa detik lalu membuatnya kehilangan kata-kata.
“Kamu tidak salah dengar, Naomi. Aku mencintai Adrian.” Ia menggenggam jemari Naomi. “Aku hanya kecewa, karena kupikir setelah lepas dari Haylea, aku ada kesempatan untuk dekat dengannya. Tapi ternyata kamu duluan yang memilikinya. Tapi, karena kamu bilang tidak memiliki hubungan yang lebih dari sekedar status, jadi aku putuskan untuk bersaing denganmu.”
“Bersaing?”
“Aku akan menggunakan cara apapun untuk mendapatkan Adrian. Apa kamu mau membantuku?”
Naomi tak tahu harus menjawab apa. Juga tak tahu harus menangis atau tertawa. Erica yang dipikirnya dapat ia jadikan teman justru sedang mengibarkan bendera perang.
.
.
.