Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32
Sore hari setelah Safira dan Sarah berbicara cukup lama, akhirnya mereka kembali berteman dekat tapi tidak dengan Devi. Sarah sudah menceritakan semua kejadian penyebab Devi dan Sarah melakukan hal itu dulu.
flashback on
"Aku minta maaf atas tindakan bodoh yang pernah kulakukan dulu terhadap mu, Fira" ucap Sarah Seraya menundukkan kepalanya dalam, sebenarnya ia merasa malu untuk menatap mata Safira. Mereka berdua kini sudah ada di meja yang cukup jauh dari pelanggan.
"Apa kau bisa menjelaskan kenapa kau sampai tega melakukan hal itu terhadapku?" tanya Safira baik-baik.
"Sebenarnya kami berdua merasa kesal terhadap mu, karena setiap kali laki-laki yang hendak berteman denganku itu hanya alasan mereka saja untuk mendekatimu, bahkan pria yang ku sukai dulu pun malah menyukaimu. Maka dari sanalah aku dan Devi Berencana untuk menyingkirkan mu dengan cara ini. karena dulu aku berharap jika laki-laki itu akan kembali menyukai ku setelah melihat mu hancur. Tapi ternyata tidak, mereka malah semakin menjauh dari kami setelah mengetahui kau sudah tidak bersama kami lagi" jawab Sarah.
Sarah menyesal sudah melakukan itu semua, hatinya tidak pernah tenang setelah kejadian itu dan ia pun sering bermimpi buruk.
Safira yang mendengar penuturan Sarah akhirnya mengerti, memang Safira akui jika dulu dirinya lebih populer dan lebih banyak disukai oleh kaum laki-laki. padahal ia tidak pernah memakai pakaian yang mencolok seperti kedua temannya itu bahkan lebih terkesan sederhana.
"Aku minta maaf jika itu membuat kalian merasa tidak nyaman berteman denganku dan aku juga tidak pernah tahu tentang laki-laki yang kalian sukai. Karena aku pikir mereka baik terhadapku itu hanya karena jika aku adalah sahabat kalian" ujar Safira meminta maaf pada Sarah.
"Kau tidak salah apa-apa Fira, kamilah yang terlalu merasa iri padamu dan tidak mempedulikan penjelasan dulu" ucap Sarah.
"Sudahlah Sarah, sebaiknya kita tidak perlu lagi membicarakan hal itu kembali, itu semua sudah menjadi masa lalu dan akan menjadi pelajaran kita di masa depan" ucap Safira akhirnya.
"Tapi, apakah kau sudah memaafkan ku?" tanya Sarah.
"Ya, aku sudah memaafkan kalian, aku sudah mengikhlaskan semua yang terjadi pada ku. Berkat kalian kini aku tidak sendiri lagi aku mempunyai tiga anak yang lucu dan pintar" jawab Safira
"Sekali lagi aku minta maaf, Fira" ucap Sarah dengan sangat sangat menyesal.
"Sudahlah tidak perlu di ingat-ingat lagi. aku senang jika kau sudah sadar dan menyesalinya" jawab Safira.
"Ya Aku sangat sangat menyesali perbuatan ku dulu" jawab Sarah.
Setelah saling memaafkan Sarah dan Safira pun mengobrol tentang banyak hal, Sarah pun menceritakan tentang perubahan Arselo sejauh ini dan tentang pernikahannya juga dengan wanita yang bernama Vivi.
"Apakah kau sudah bertemu dengan Arselo?" tanya Sarah
"Ya tadi pagi laki-laki itu datang menemui ku, kami bertemu saat aku baru saja keluar dari sekolah TK anak-anakku" jawab Safira.
"Apa yang dia katakan? Apa dia juga tahu tentang anak-anak mu?" tanya Sarah lagi.
"Bahkan semua keluarganya mengetahui tentang anak-anak ku-" jawab Safira murung, ia pun menghela nafas panjang dan mengeluarkannya pelan "Aku tidak menyadari jika dokter Arsela yang menolongku waktu itu adalah adiknya Arselo. Bahkan saat tuan Ardan dan nyonya Sita menemui anak-anak ku dulu, aku tidak menyadari jika tuan Ardan dan Arselo sedikit ada kemiripan, hanya saja warna bola mata dan rambut mereka berbeda" jawab Safira.
"Maksud mu, dulu kamu tinggal di pedesaan yang letaknya di perbatasan itu?" tanya Sarah yang mengetahui tempat Arsela bertugas dulu.
Safira pun menganggukkan kepalanya tanda membenarkan pertanyaan yang Sarah ucapkan.
"Sejak kapan kamu tinggal di daerah itu? karena yang aku tahu tempat itu sangatlah jauh dan membutuhkan waktu hampir seharian untuk sampai ke tempat itu" tanya Sarah.
"Sejak aku tahu jika aku sedang mengandung, aku pergi ke sana dengan seseorang yang sampai saat ini masih setia menolongku dan juga membantuku menjaga anak-anak, bahkan keluarganya pun sangat menyayangi semua anakku. Mereka memperlakukan kami layaknya keluarga mereka sendiri, aku sangat beruntung mengenal keluarganya" ucap Safira tersenyum hangat, tiba-tiba saja dia memikirkan Abizar.
"Berarti sejak kejadian itu kamu langsung pergi dari apartemen yang disewakan Arselo waktu itu?" tanya Sarah lagi, Sarah pun menarik nafasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan, air matanya turun kembali. Entah kenapa mendengar cerita tentang kehidupan Safira dia merasa bersalah dan sangat bersedih.
"Sarah sudahlah jangan merasa bersalah terus seperti ini, aku kan sudah mengikhlaskan semuanya jadi kamu tidak perlu untuk terus menerus menangis seperti itu" ucap Safira menenangkan Sarah.
Sarah pun meminum minumannya untuk meredakan tangisannya, setelah Sarah merasa tenang kembali Safira meminta izin untuk undur diri terlebih dahulu karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya kembali dan segera menjemput si kembar tiga dari sekolahan mereka, ia sudah berjanji akan menjemput anak-anaknya itu untuk pulang bersama.
"Baiklah, tapi bolehkah aku bertemu dengan anak-anakmu lain kali?" tanya Sarah antusias sebelum ia pergi dari restoran itu.
"Tentu saja lain kali aku akan membawa mereka bertemu denganmu" jawab Safira.
Setelah kepergian Sarah Safira pun masuk kembali ke dalam ruangannya dan segera menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda tadi.
Sore hari Safira dan anak-anak beserta Anisa pulang ke rumah mereka, ternyata di sana Sudah ada ni Eti, bu Resti dan pak Bambang tidak ketinggalan Caca juga sudah berada di sana.
"Assalamualaikum semuanya" ucap Safira dan anak-anak bersamaan.
Anak-anak sangat gembira bertemu dengan bu Resti dan pak Bambang mereka saling berpelukan untuk melepas rindu.
Setelah bersalaman Mereka pun masuk ke rumah Safira bersama-sama, Safira segera menghampiri mereka dan bersalaman, ni Eti memeluk Safira dengan hangat, dia merasa sangat merindukan Safira seperti sama hanya dia merindukan Caca, ni Eti sudah menganggap Safira seperti cucunya sendiri.
"Dayyan sangat merindukan Nin" ucap Dayyan yang berada di pangkuan bu Resti.
"Nin juga rindu kamu abang" ucap bu Resti seraya mengusap sayang kepala Dayyan.
"Rai, kangen gak sama aunty?" tanya Caca pada Raiyan yang ada di pangkuan Pak Bambang, sedangkan Qirani sendiri tengah berada di pangkuan ni Eti.
"Rai kangen sama sama Aki, gak kangen sama Aunty kan kita sering ketemu" jawab Raiyan dengan lucunya.
Semua orang yang berada di sana pun tertawa bersama mendengar jawaban anak itu, sedangkan Caca memasang wajah sedih yang membuat Qirani ikut menertawakannya.
"Biar Qiran aja yang kangen aunty ya" ucap Qirani turun dari pangkuan ni Eti dan duduk di sebelah Caca seraya memeluknya.
"Akkhhhh, Qiran memang the best nya aunty" ucap Caca membalas pelukan Qirani.
Waktu sore itu mereka habiskan untuk bercengkrama hingga malam, orang tua Caca juga ikut makan malam di sana, dan Abizar hanya datang saat ia akan menjemput orang tuanya dan Caca, sedangkan ni Eti sudah mulai tinggal bersama Safira.