"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Setiap hari uang yang di miliki Zio semakin bertambah, terhitung sudah lebih dari enam kali pria itu melayani majikan cantiknya. Gairah wanita berusia 27 tahun itu tidak bisa disepelekan.
"Aku ingin kita terus seperti ini sampai perjanjian itu selesai, setidaknya aku tidak merasa sendiri sampai hari itu." ucap Arabelle tempo hari. Saat mereka melakukannya di rooftop perusahaan.
Sebenarnya Zio begitu penasaran dengan kehidupan Arabelle termasuk keluarganya, tetapi rasanya tidak sopan untuknya yang hanya berstatus sebagai gigolo sewaan mengetahui semua itu.
Meski Arabelle tidak pernah menampakan kesedihannya tapi Zio yakin sebenarnya Arabelle juga sama rapuhnya seperti wanita lain.
"Arabelle Zionathan.." gumam Zio tanpa sadar.
Tok..tok..
Lamunan Zio seketika buyar disaat pintu kamar kostnya diketuk, pria itu mengernyit bingung. Siapa yang bertamu padanya malam-malam? Seingatnya dia tidak mempunyai kenalan disini karena Zio memang jarang bersosialisasi dengan tetangga kamarnya. Bahkan saat keluar masuk Zio sampai menutup wajah dengan masker dan topi saking malasnya ia mengenal orang lain.
Takut terjadi yang tidak-tidak apalagi ini sudah hampir larut malam Zio mencoba mengintip sedikit dari jendela dan betapa terkejutnya dia saat melihat Arabelle berdiri di depan pintu kostnya.
"Belle?"
Bergegas pria itu membukakan pintu dan tampaklah wajah menyedihkan Arabelle disana, kedua matanya sembab serta penampilannya yang berantakan.
"Apa yang terjadi?" panik Zio seraya menarik Arabelle ke dalam pelukannya.
"A-aku.."
"Duduklah, aku akan mengambil minum untukmu."
"Tidak Zi, biarkan seperti ini dulu." pinta Arabelle yang memeluk Zio dengan erat.
.
"Apa kau sudah tenang?" tanya Zio dengan hati-hati.
"Pergilah Zi aku tidak ingin kau terlibat di dalam masalahku."
"Apa maksudmu Belle?"
"Xander sudah mulai curiga kepadaku, ada satu pelayan di mansion yang menjadi mata-matanya. Pelayan itu selalu melaporkan semua kegiatanku akhir-akhir ini bahkan saat terakhir kali kita bertemu."
Zio ingat jelas saat itu Arabelle baru saja bertemu dengan pengacaranya untuk memberikan beberapa bukti yang sudah Zio kumpulkan, tetapi tiba-tiba saja ban mobil Arabelle bocor saat perjalanan pulang. Karena Arabelle hanya mengingat Zio, wanita itu menghubungi Zio untuk menjemputnya.
Saat sampai di depan gerbang mansion, Arabelle tidak langsung turun karena mereka melakukan ciuman perpisahan terlebih dulu yang begitu menggebu-gebu di dalam mobil. Jika Zio tidak mengingatkannya mungkin tragedi mobil bergoyang akan terulang kembali.
Cukup lama mobil berhenti barulah Arabelle keluar dan sialnya ada salah satu pelayan yang memergokinya dan melaporkannya pada Xander.
"Lalu kenapa keadaanmu berantakan seperti ini?"
"Xander menuduhku dan aku mencari pembelaan sampai akhirnya aku tidak sengaja menguak perselingkuhannya. Dan Xander tidak ingin mengakui itu dia semakin menyalahkan aku, dia bilang aku hanya menutupi kesalahan sendiri. Dan kau tahu Zi? Karena aku mengatai selingkuhannya itu jal*ng, dia tiba-tiba menamparku." Arabelle bercerita dengan sisa-sisa air matanya.
Zio begitu emosi mendengar pria brengsek itu menyakiti majikan cantiknya. Tapi apa hak dia untuk itu, dia bukan siapa-siapa.
"Lalu kenapa kau malah memintaku untuk pergi?"
"Aku tidak bisa melindungimu setiap waktu meskipun saat ini kau sedang bekerja padaku. Aku melepasmu sebelum semuanya terlambat."
"Kau bercanda Belle? Aku sudah masuk terlalu jauh, aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Aku sudah tahu dirimu tidak sekuat itu. Kau tetap seorang wanita yang merasa rapuh."
Arabelle menatap Zio dengan tatapan yang sulit diartikan, "Sejak awal aku tidak ingin terlibat perasaan, Zi."
deg.
Zio paham maksud Arabelle. Rasanya begitu sakit tapi Zio tetap memaksa untuk tersenyum.
"Aku seperti ini semata-mata karena ingin mengabdi kepadamu, mau bagaimanapun kau adalah satu-satunya orang yang sudah memberiku kehidupan, Belle." bantah Zio.