Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Andi masih terduduk di pusara makam Risma yang baru saja dikebumikan, Andi seolah tak sanggup meninggalkan Risma sendirian.
Anton dan Aris memeluk Andi seraya menatap kuburan sang ibu , Aris yang masih berusia 5 tahun belum terlalu mengerti , yang ia tahu ibunya sedang tidur dibawah tanah.
"mama pasti takut , mama kan takut gelap" celetuk Aris ,membuat Andi dan Anton terpukul mendengar nya.
"dibawah sana ada cahaya terang banget,jadi mama gak bakal takut, apalagi kalo Aris rajin doain mama" ucap Andi berusaha tegar dan menghibur anak nya walaupun dirinya lah yang butuh dihibur.
Andi tak ingin kedua anak nya semakin bersedih , Andi bangkit dari duduk nya dan menuntun kedua anak nya untuk pulang, Andi Soraya melirik kebelakang seolah melihat istrinya tersenyum melambaikan tangan.
"Annisa ,papa udah janji buat jaga anak kita dengan baik"
Andi menggelengkan kepalanya menghilangkan halusinasi yang mulai muncul , Andi menaiki mobil nya dan melaju pergi meninggalkan TPU .
..
"oeeeekkk ... oeeek.. " terdengar suara tangis bayi perempuan yang kehausan dan sangat membutuhkan kasih sayang ibu nya.
Bayi perempuan yang diberi nama Annisa itu kini dirawat oleh sang nenek dan pengasuh sewaan Andi bernama buk Mirah yang ditugaskan untuk merawat Annisa sekaligus menjadi asisten rumah tangga di kediaman Andi, sebelum nya Andi sama sekali tak mau menyewa jasa ART karena mendiang Risma yang rajin mengurus rumah,dan tak mau ada orang lain dirumah nya selain keluarga saja ,namun setelah kepergian Risma ditambah kehadiran Annisa, Andi tak mau ibu nya kerepotan mengurus rumah sendirian.
Aris dan Anton yang baru pulang dari kuburan segera menghampiri si bungsu dengan ceria.
Andi hanya melirik sekilas anak bungsunya yang tengah meminum susu formula itu, Andi berlalu pergi menuju kamarnya, saat Andi membuka pintu kamar, Sekilas terbayang istrinya yang sedang berbaring sambil membaca buku kegemaran nya, Andi melihat lemari baju dan aksesoris istrinya,memegang satu persatu barang - barang yang biasa istri nya gunakan sehari - hari.
"Andai saja Annisa tak pernah dilahirkan ,mungkin istriku masih hidup sampai sekarang ,kenapa ! kenapa istriku yang harus pergi ! "
Andi terbuai dalam emosi nya,ia secara tak sadar menyalahkan kelahiran Annisa yang merenggut nyawa Risma , Andi sama sekali belum menerima kenyataan ini dengan lapang dada , belum ikhlas Andi kehilangan Risma.
..
..
..
Satu tahun telah berlalu,Annisa sudah mulai belajar berjalan walau masih sering terjatuh,selama setahun ini ,Annisa dilimpahi kasih sayang dari sang nenek,juga kedua kakak nya, bahkan buk Mirah yang merupakan pengasuh nya ,juga sangat menyayangi Annisa.
"Annisa yang sedang memakan biskuit, menghampiri Andi yang tengah sibuk dengan berkas - berkas pekerjaan "
Bruuk..
Annisa menumpahkan gelas berisi kopi membuat berkas pekerjaan Andi menjadi rusak tersiram air kopi.
"Annisa ! apa yang kamu lakukan? berkas papa jadi rusak gara - gara kamu" Andi membentak Annisa ,anak satu tahun itu hanya diam memandang ayah nya dan mulai menangis,sang nenek yang mendengar tangisan Annisa segera menghampiri.
"Apa - apaan kamu ini Andi ? ,dia baru satu tahun ! " marah sang ibu "udah buk ,bawa anak ini dari hadapan ku dan jangan ganggu aku kerja ! " pinta Andi pada ibunya.
"Andi ! , selama satu tahun Annisa belum pernah kamu gendong sekalipun ,dia anak kamu Andi tolong kasih dia perhatian " nasihat sang ibu yang jengkel dengan Andi karena sejak Annisa lahir , sampai saat ini, Andi belum pernah sekali pun merawat Annisa, bahkan Andi tak pernah mau menyentuh Annisa.
"buk, dia udah bikin istri saya pergi selamanya, jadi jauhkan dia dari hadapan Andi, dan ibuk urus dia kalau bosen bawa ke panti asuhan aja ! " Andi berlalu pergi setelah mengucapkan kata yang cukup kasar pada ibu nya, Andi sudah beberapa kali mencoba mengeluarkan Annisa dari rumah nya,namun buk Sari dan buk Mirah berhasil mencegah itu.
"Ya Allah, semoga anak ku segera disadarkan secepat nya" ibu Andi berdoa, ia tak tahan dengan Andi yang masih menyalahkan Annisa akan takdir mendiang istrinya.
..
waktu terus berlalu dengan cepatnya ,hari ini tepat 6 tahun kepergian Risma , sekaligus ulang tahun ke 6 Annisa ,selesai berziarah kubur ,keluarga Andi merayakan ulang tahun Annisa dihadiri teman - teman nya dan kerabat dekat.
Si sulung Anton yang kini sudah berusia 18 tahun dan baru saja lulus SMA ditemani Aris yang duduk di bangku SMP menggotong kotak besar, hadiah untuk adik kesayangan mereka,walau pun papa mereka tak pernah peduli kepada Annisa, namun Anton dan Aris sangat menyayangi Annisa ,mereka menjaga Annisa dengan baik dan selalu bermain dengan Annisa.
"tadaaaaa! happy birthday my little princess" Anton menggendong Annisa dan menciumi adik cantik nya itu, memberikan hadiah yang ternyata sebuah boneka teddy bear besar.
"sekarang saat nya potong kue yah ! " ucap nenek Annisa.
"papa mana nek?" Annisa yang memang sudah beranjak besar mulai menanyakan ayah nya, setiap tahun nya , Andi sama sekali tak pernah ikut merayakan ulang tahun Annisa ,atau pun memberi hadiah pada anak bungsu nya itu, Andi hanya akan berpartisipasi dalam ulang tahun Anton atau Aris.
"Ica tunggu bentar disini yah, nenek coba panggil ayah dulu" ucap sang nenek berlalu pergi menuju ruangan Andi, Annisa sudah lama dipanggil 'Ica' sebagai nama panggilan nya.
"Andi " panggil sang ibu lembut.
"kenapa buk?" jawab Andi yang tengah asyik menonton tv di kamar nya.
"kamu gak keluar? diluar pesta seru loh , Ica udah gede ,dia udah nanyain kamu tadi"
Namun Andi tak merespon , "ayolah Andi, Ica butuh sosok ayah dia udah ditinggalin sosok ibu,seditaknya dia masih punya ayah kan? ayo keluar sebentar aja " bujuk sang ibu
"buk , lanjutin pesta nya saja bisa kan ? atau aku suruh mereka semua pergi dan mengakhiri pesta gak guna itu ! " Andi yang sudah tak nyaman dengan permintaan ibu nya berteriak dengan tegas,dan mengancam akan membubarkan pesta ulang tahun Annisa jika buk Sari masih terus membujuk Andi untuk bergabung dalam pesta.
sang ibu hanya menggelengkan kepalanya dan segera pergi meninggalkan kamar Andi.
"papa mana nek?" tanya Annisa yang belum juga melihat kehadiran papa nya.
Anton yang sedih dengan adik nya ini segera berbalik untuk memakai kumis palsu yang Anton buat dari selotip hitam.
"ini papa hohoho" ucap Anton membuat Annisa seketika tertawa dan melupakan papanya, Annisa kemudian bermain bersama kakak - kakak dan teman - teman nya yang hadir ke pesta ini.
Ibu Andi tersenyum lega melihat cucu laki - laki nya yang menyayangi Annisa, ia bersyukur setidak nya Annisa memiliki dua kakak yang sangat menyayangi nya.
..
"Ica besok udah mulai sekolah sd , Ica udah gede sekarang dan tambah cantik juga"
buk Mirah yang sudah merawat Annisa sejak bayi kini tengah menyiapkan baju dan juga peralatan sekolah untuk Annisa besok
"buk Mirah , Ica pengen di anterin papa besok ke sekolah " buk Mirah yang mendengar permintaan Annisa cukup bingung untuk menjawab, ia tahu Andi tak akan mungkin mau mengantar Annisa sekolah.
"papa besok harus kerja, jadi Ica sama buk Mirah yah, dianter sama nenek juga loh " bujuk bu Mirah yang dilema harus menjawab apa lagi , Annisa hanya tertunduk sedih , Annisa tak mengerti kenapa papa nya tak pernah mau bermain dengan nya ,bahkan Annisa tak bisa bertatap lama dengan sosok ayah nya itu ,jika Annisa datang menghampiri, ayah nya akan mencari alasan untuk pergi.
"papa gasuka yah sama Ica buk ? papa benci Ica yah buk? "
mata anak itu mulai berkaca - kaca,sadar ayah nya tak menyukai nya.
"temen - temen Ica semua selalu sama papa atau mama nya ,kenapa Ica cuma di anter nenek atau buk Mirah kemana - mana ? Ica juga pengen di antar papa ! " Annisa mulai mengeluarkan tangisan nya, Andi yang sedang berada tak jauh dari kamar Annisa segera menghampiri ruangan itu ,bu Mirah yang melihat itu merasa senang berharap Andi akan menenangkan Annisa.
"Annisa ! kamu tuh udah gede jangan manja gitu dong , kamu itu terlalu berisik ! kakak - kakak kamu lagi belajar" bentak Andi seketika membuat Annisa berhenti menangis.
"buk Mirah , tolong urus Annisa dengan baik jangan terlalu di manja ! " perintah Andi seraya pergi meninggalkan kamar Annisa.
Annisa terdiam , anak itu takut ayah nya marah lagi,buk Mirah memeluk Annisa dan mencoba menidurkan nya berharap Annisa segera terlelap dan melupakan bentakan Andi.
"Anton , kamu ambil jurusan pertanian kuliah nanti , agar kamu bisa mengembangkan potensi perkebunan kita jadi lebih baik ,kamu lihat sendiri kan, papa udah mulai tua sudah waktunya kamu ikut serta dalam bisnis keluarga " Andi menasehati si sulung yang kini tengah asyik bermain game.
"iya pa , Anton udah pikirin itu kok " jawab Anton santai
"oh iya pa ,besok hari pertama Annisa masuk sekolah dasar ,gak kerasa si cantik itu udah gede aja yah pa" Anton menghentikan aktivitas bermain game nya ,dan mencoba mengobrol dengan sang ayah.
Namun Andi tak menggubris ia hanya berdehem dan fokus membaca koran nya.
"gimana kalo kita anter dia besok pa ? " tanya Anton , Andi melirik anak sulung nya itu.
"besok papa kerja pagi - pagi ,ada klien dari luar kota ,kamu aja lah yang pergi " Andi berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Anton.
Anton yang sudah mulai dewasa itu bingung dengan sikap ayah nya ini ,entah apa yang harus Anton lakukan agar Andi bisa menerima Annisa seperti seharus nya,sudah banyak cara yang Anton dan Aris lakukan namun hasil nya nihil, Andi tak pernah sekali pun mau mendengar kan mereka.
ke esokan pagi nya , Annisa sudah bersiap untuk pergi sekolah , Annisa cukup antusias di hari pertama nya ini, buk Mirah dan sang nenek sudah sibuk dari subuh tadi menyiapkan segala sesuatu agar tak ada yang tertinggal.
"aihh adik nya kakak yang cantik ini udah mau sekolah aja " Anton menghampiri Annisa yang sedang mencoba memakai sepatu nya sendiri.
"wah Ica udah bisa pake sepatu sendiri ! hebat " puji Aris yang juga sudah siap berangkat sekolah.
"yuk kak Anton anterin pake mobil kak Anton" ajak Anton pada Annisa yang masih duduk di teras depan rumah nya.
"gak mau , Ica mau di anter ayah ! " tegas Annisa pada kakak nya itu, buk Mirah dan nenek segera membujuk Annisa agar mau berangkat sekolah tanpa di antar Andi.
"Ica cantik ,ayah harus kerja jadi gak bisa nganterin, Ica sama nenek yah " nenek merentangkan tangan nya mencoba mengajak Annisa kedalam gendongan nya.
"gak mau ! Ica mau sama papa ! " Annisa sudah tak bisa di bujuk lagi , Annisa mulai menangis dengan kencang nya , Andi yang sudah bersiap pergi bekerja keluar rumah, ia hanya menggelengkan kepalanya dan melangkah pergi melewati Annisa begitu saja.
Andi membuka pintu mobil nya namun sang ibu menghampiri dan mencegah nya pergi, "Andi tolong nak,tolong ibu, lihat tuh malu sama tetangga ,sekali ini saja antar Annisa sekolah ! "
Andi mendengus tanda malas , ia melihat ke sekitar rumah nya memang banyak tetangga yang melihat Annisa menangis dan berbisik menggosip. " cepat bawa masuk anak itu ke mobil " ucap Andi seraya membuka pintu mobil nya.
Ibu Andi tersenyum bahagia,buk Mirah yang mendengar itu pun ikut senang dan segera membawa Annisa memasuki mobil Andi.
"papa ,! Aris ikut papa juga" Aris berlari menyusul Annisa memasuki mobil ayah nya itu, tanpa banyak bicara Andi segera menginjak gas dan melaju dengan cepat.
Anton tersenyum melihat adegan itu ,kali pertama ayah nya bisa di bujuk.
"Papa sudah bilang kamu jadi anak jangan manja ! malu - malu in papa saja kamu " Andi yang tak bisa menahan emosi nya memarahi Annisa di perjalanan, Andi menyanggupi untuk mengantar Annisa hanya karena takut jadi bahan omongan buruk para tetangganya.
"sudah Andi, namanya juga anak - anak" ibu nya mencoba menenangkan Andi , Andi hanya terdiam.
mobil Andi berhenti tepat di depan gerbang sekolah SD yang akan menjadi sekolah Annisa,
"yuk kita udah sampai" ucap buk Mirah pada Annisa ,buk Mirah merapikan rambut panjang Annisa yang sedikit berantakan,setelah mereka bertiga turun , Andi melajukan mobil nya tanpa basa - basi lagi,meninggalkan ketiganya dan berlalu menuju sekolah Aris.
"Subhanallah Andi !" ibu Andi hanya mengelus dada dengan kelakuan Andi yang benar - benar belum bisa memberikan kasih sayang pada Annisa.
..
"kakak ! Ica pulang" Annisa yang baru tiba dirumah setelah bersekolah,berlari mencari keberadaan Anton untuk menunjukan hasil belajar nya hari ini.
Anton dengan terburu - buru menyambut Annisa dan kemudian menggendong nya
"aduh adik nya kakak yang cantik ,gimana seneng sekolah umm ?" Annisa mengangguk dan memberikan kertas kepada Anton , Anton membaca tulisan di kertas itu , Annisa berhasil menuliskan nama nya dengan ejaan yang benar.
"ih Ica pinter banget sih ! yuk sekarang kak Anton masakin sosis special untuk Annisa" Anton membawa Annisa ke ruang makan.
"Alhamdulillah yah buk Sari , kakak - kakak nya sangat sayang sama Ica ,beda sama bapak nya" ucap buk Mirah yang melihat Anton dan Annisa.
"huss jangan ngomong gitu ! Andi juga sayang sama Annisa, dia cuman butuh waktu buat itu" jawab ibu Andi mencoba selalu berpikir positif.
"butuh waktu sampe kapan atuh buk , ini udah enam tahun ! " buk Mirah memang sudah lama kesal dengan sikap Andi yang seolah tak peduli apapapun tentang Annisa.
"Kita berdoa saja yang terbaik buat Annisa "
buk Mirah menangguk mendengar ucapan buk Sari ,buk Mirah hanya bisa berharap suatu saat nanti, Annisa bisa meluluhkan hati ayah - nya .
..
Seiring berjalan nya waktu, Annisa tumbuh menjadi remaja berparas cantik mewarisi kecantikan mendiang Risma, Annisa juga di berkahi kecerdasan yang luar biasa , kini Annisa sudah duduk di bangku kelas 3 Smp, di kamarnya berjajar piala dan piagam penghargaan, Annisa sudah langganan memenangkan kompetisi matematika dan juga kompetisi akademik lain nya, Annisa tumbuh menjadi remaja yang sedikit pendiam dan tak terlalu suka akan keramaian, karena Annisa yang sudah matang pikiran nya sudah mengerti dengan sikap ayah nya , Annisa sudah mulai membaca situasi bahwa ayah nya sudah membenci nya sejak ia dilahirkan,namun Annisa bertekad ia akan terus mendekati sang ayah hingga ayah nya bisa memperlakukan nya seperti bagaimana ayah nya memperlakukan kedua kakak nya.
Sang kakak, Anton saat ini membantu Andi berbisnis , Anton sudah memiliki berhektar - hektar perkebunan nya sendiri,namun tetap dalam pengawasan dan bantuan dari Andi, sementara Aris sudah mulai kuliah, berbeda dengan kakak nya , Aris sama sekali tak tertarik dengan bisnis keluarga, Aris lebih memilih masuk ke fakultas kedokteran, Aris ingin mewujudkan cita - citanya untuk menjadi dokter.
Buk Sari yang sudah lansia,saat ini sudah sering sakit - sakitan dan tak bisa keluar rumah,buk Sari keluar rumah hanya di waktu jadwal pengobatan nya saja di rumah sakit, buk Mirah masih setia bekerja di keluarga Andi ,buk Mirah sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
"nenek lihat , Aris dapet nilai bagus dari dosen " Aris menunjukan hasil kuis nya dikampus
"Ica juga ! tadi Ica dapet nilai tertinggi nih lihat" Annisa tak mau kalah dan segera menunjukkan nilai nya.
"aduh iya - iya ,cucu nenek Aris dan Ica memang anak - anak yang pintar " respon sang nenek dan mencium Aris juga Ica.
"Assalamualaikum papa pulang" Andi yang baru saja tiba menyapa keluarganya
"Waalaikumsalam papa ! liat ini" Aris dan Ica berlari menghampiri ayah mereka.
Andi dengan tersenyum mengambil kertas ujian Aris "wah anak papa pasti bakal jadi dokter yang hebat !" puji Andi pada Aris
"papa ! liat punya Ica juga" Ica menyodorkan kertas ujian nya, Andi hanya melirik kertas itu sekilas tanpa mengambil nya.
"bagus Ica " ucap Andi singkat seperti biasanya, Andi memang merespon Annisa ,namun hanya respon singkat dan cuek.
"Aris , nanti kalo Aris udah jadi dokter, Aris harus jadi dokter yang handal yah" Andi merangkul Aris dan berjalan mengajak Aris mengobrol meninggalkan sibungsu yang tengah menatap tajam ke arah ayah nya itu.
"heuuuh dasar pilih kasih!" dengus Annisa kesal seraya menggebrakkan kakinya dan melempar kertas ujian nya.
"Ica ! " buk Mirah yang sedari tadi berada di situ menemani buk Sari mencoba menyusul Annisa.
"sudah Mirah, biarin Ica melampiaskan emosi nya , dia lagi masa pubertas emosi nya masih labil" buk Sari mencegah buk Mirah yang khawatir dengan Annisa.
"Assalamualaikum "
Salam seorang laki - laki yang memang sudah tak asing.
"Waalaikumsalam" jawab buk Sari dan buk Mirah
"Anton , Mirna , kalian dari mana aja " sapa buk Sari menyambut Anton dan pacarnya Mirna yang berkunjung, Mirna sudah sering datang ke kediaman keluarga Andi dan sudah mendapat restu dari Andi juga semua anggota keluarga.
"Kayak nya Anton seneng banget sumringah gitu wajah nya" goda buk Mirah.
"Nenek ,buk Mirah, Anton sama Mirna ada yang mau di sampaikan sebelum kita ngomong ke papa" ucap Anton semangat
"apa itu sayang?" tanya nenek nya penasaran
"Anton dan Mirna mau minta restu nenek dan buk Mirah untuk menikah.."