NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14, butuh kebersamaan

Hari itu, Tara terlihat sangat bersemangat. Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama Alya yang penuh keceriaan, Tara sepertinya mulai merasakan kelegaan. Ketegangan yang selama ini ada di antara dirinya dan dunia sekitar mulai luntur, meskipun sedikit. Alya merasa bahwa saat yang tepat untuk membawa Tara lebih jauh, melampaui batasan kecil yang ada, adalah dengan pergi ke taman hiburan. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, tapi tetap saja Alya harus meminta ijin sebelum mengajak Tara pergi.

Namun, saat Alya mengajukan ide ini, Aditya langsung menolak.

Alya berdiri di depan Aditya yang sedang duduk di ruang kerjanya, "Tuan Aditya, bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan akhir pekan ini? Tara sudah sangat menantikan hal itu."

Aditya menatap Alya dengan tatapan skeptis, "Aku rasa itu bukan ide yang baik. Taman hiburan terlalu ramai dan terlalu berisik. Selain itu, Tara tidak membutuhkan hal seperti itu." ucapnya, teringat terakhir kali mereka ke sana dan cukup ramai. Aditya memang tidak begitu menyukai tempat-tempat yang ramai.

Alya berusaha meyakinkan, "Tapi, tuan, tuan lihat sendiri kan kemarin betapa bahagianya Tara bisa keluar rumah dan membaur dengan orang banyak. Tara sangat ingin pergi. Saya berharap Tara bisa bermain dengan bebas, seperti anak-anak. Aku rasa ini bisa memberi dia sedikit kebahagiaan."

Aditya menghela napas dan mengalihkan pandangan, "Aku tidak yakin kamu bisa menangani Tara sendirian di tempat seperti itu."

Alya tersenyum penuh percaya diri, "Kalau begitu, bagaimana kalau tuan ikut sekalian? Bukankah Tara akan semakin senang?"

Alya tahu bahwa Aditya terlalu protektif terhadap Tara dan tidak percaya bahwa seorang pengasuh bisa menangani anaknya di luar kendali. Namun, dia tetap bertekad untuk membawa Tara menikmati hari yang menyenangkan, meskipun tanpa Aditya.

Namun, meskipun tampak tegas menolak, Aditya merasa gelisah. Tidak bisa membayangkan Tara pergi dengan Alya tanpa pengawasan darinya, ia akhirnya mengubah pikirannya.

Aditya berdiri dan menatap Alya dengan serius, "Baiklah, saya akan ikut. Saya tidak yakin jika kamu pergi sendirian dengan Tara."

Alya terkejut, lalu tersenyum lebar, "Oh, baiklah! Itu yang saya harapkan!"

"Tapi jangan berpikir ini akan mudah. Saya tidak akan terlibat terlalu banyak. Saya hanya ingin memastikan bahwa semuanya berjalan lancar." ucap Aditya dengan nada yang serius.

Alya tertawa kecil, "Tentu, saya tidak berharap Anda terlalu terlibat. Tapi senang bisa pergi bersama."

Taman hiburan menjadi arena pertempuran yang tak terduga antara Aditya, yang serius dan terstruktur, dengan Alya, yang ceria dan penuh ide untuk membuatnya keluar dari zona nyaman. Tara sudah siap untuk petualangan, dan Alya tampaknya memiliki rencana untuk menggoyang dunia Aditya, sedikit demi sedikit, dengan humor dan keceriaan.

Setibanya di taman hiburan, Tara langsung melompat dengan gembira. Dia sudah membayangkan hari ini akan penuh dengan kegembiraan. Alya dan Aditya mengikuti di belakangnya, namun Aditya tetap terlihat canggung, seolah-olah lebih suka berada di ruang kerjanya daripada berada di tengah keramaian.

Tara berlari ke arah wahana pertama, "Alya, ayah! Lihat! Ini bisa melayang tinggi! Ayo coba!"

Alya tersenyum lebar, "Ayo, Tara! Kita coba bersama-sama!"

"Aku lebih suka duduk di sini saja. Terlalu ramai dan berisik." ucap Aditya masih terlihat ragu sambil mengamati sekitar.

"Kalau begitu, Anda bisa duduk di sini sambil menunggu kami. Kami akan baik-baik saja."

Alya dan Tara segera berlari menuju wahana, sementara Aditya memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia. Meskipun enggan ikut serta, ia tetap mengawasi mereka berdua. Namun, setelah beberapa menit, Aditya merasa cemas melihat Tara begitu bersemangat tanpa pengawasan ketat.

"Apa yang aku lakukan di sini? Haruskah aku ikut bermain dengan mereka?" gumamnya membatin sambil tampak gelisah.

Namun, saat melihat Alya dan Tara tertawa bersama, Aditya akhirnya menyadari sesuatu. Meskipun ia sering memandang dunia dengan logika dan kontrol yang ketat, melihat Tara bahagia tanpa adanya rasa terbebani oleh aturan-aturan itu membuat hatinya sedikit lebih lega.

Alya memang tampak seperti orang yang tahu cara mengatasi Tara, membuatnya merasa lebih nyaman daripada ia kira. Dia teringat bahwa mungkin dia terlalu keras pada anaknya, terlalu mengutamakan disiplin, tanpa memberi ruang untuk kebahagiaan. Sesekali, Aditya merasa canggung, tetapi melihat Tara tertawa di wahana, tampaknya itu adalah momen yang tidak bisa dia lewatkan.

Aditya akhirnya berdiri dan berjalan mendekati Alya dan Tara, "Alya, Tara, tunggu!"

"Ada apa, yah?" tanya Tara.

"Ayah akan ikut."

Alya terkejut, lalu tersenyum, Tara pun sama, "Yeee, ayah ikut." teriak Tara senang.

Alya tersenyum, melihat Aditya yang mulai sedikit mencair. Meskipun ia tidak terbiasa berada di tengah keramaian, Aditya perlahan ikut merasakan keceriaan di sekitar mereka.

Alya menyodorkan tiket permainan pertamanya dengan senyum lebar, "Ayo, kita mulai dari yang ini!"

Aditya menatap wahana yang penuh warna dan berputar, "Alya, aku rasa kita bisa memilih yang lebih tenang, ya? Ini... sepertinya terlalu ekstrem." kembali ragu.

Tara mendekat dengan mata berbinar-binar, "Ayah, kamu pasti suka! Itu hanya berputar-putar sedikit, kok!"

"Oh, Ayah yang serius? Tenang saja, tuan Aditya, kamu hanya akan merasa sedikit pusing, itu biasa. Atau jangan-jangan tuan Aditya takut ya?" ucap Alya dengan nada menggoda.

Aditya menatap Alya dengan ekspresi serius, menyesuaikan kacamata, "Alya, aku tidak pernah merasa takut dengan apapun. Ini tidak akan membuatku takut."

Namun, saat mereka duduk di kursi wahana yang mulai bergerak, Aditya terlihat mulai merasakan guncangan. Tara melompat-lompat kegirangan, sementara Aditya hanya berusaha menahan diri agar tidak terlihat cemas.

"Ayah, kamu kaku sekali! Ayo ayah, lebih santai, coba tertawa sedikit!" ucap Tara sambil tertawa terbahak-bahak.

Alya berbisik dengan nakal, "Tuan Aditya, kamu tidak apa-apa, kan? Cuma sedikit berputar saja kok. Tertawa sedikit, lah?"

Aditya menjaga ekspresi seriusnya, meski wajahnya mulai memerah sedikit, "Aku tidak butuh tertawa. Hanya sedikit... ketidaknyamanan."

Wahana berhenti, dan Aditya langsung bangkit dengan langkah kaku, merasa sedikit pusing. Tara melompat kegirangan, sementara Alya hanya mengamati, mencoba menahan tawa.

"Jadi, tuan Aditya, bagaimana rasanya? Cuma 'sedikit ketidaknyamanan', kan?" tanya Alya setengah berbisik.

Aditya berusaha tetap tenang, "Tidak ada masalah. Aku hanya tidak terbiasa dengan ini. Ini... bukan permainan orang dewasa."

Tara tertawa, "Ayah, kamu seperti robot! Hahaha!"

 "Mungkin kita harus memberi Ayah pelatihan bermain. Biar enggak kaku begitu!" cukup Alya kembali menggodanya.

Tara melompat-lompat gembira, sementara Aditya hanya bisa mendengus pelan, mencoba untuk tidak kalah canggung di hadapan mereka. Lalu Alya menggandeng Tara untuk melanjutkan perjalanan menuju wahana berikutnya, yang ternyata adalah permainan ayunan besar yang bergerak sangat cepat.

 "Oke, sekarang gilirannya wahana ayunan. Tuan, juga ikutan kan!" ucap Alya dengan senyum menggoda.

Aditya terkejut, "Alya! Itu lebih cepat dari yang tadi! Aku tidak mau terjebak di sana!"

Tara mendorong ayahnya, "Ayah, kamu sudah janji! Ayo, Ayah! Alya akan menjagamu."

 "Jangan khawatir, tuan. Ini hanya akan membuatmu merasa... lebih hidup!" ucap Alya menggoda.

Alya melirik dengan nakal, sementara Aditya mencoba menahan diri, namun akhirnya mengalah juga. Mereka duduk di atas ayunan besar, dan begitu ayunan mulai bergerak, ekspresi Aditya semakin cemas.

Alya melihat ke samping dengan senyum lebar, "Tuan, aku rasa kamu mulai menikmati ini, ya? Jangan terlalu kaku, coba rileks sedikit."

Aditya menahan tubuh agar tetap tegang, "Aku sedang menjaga agar perutku tetap di tempatnya!"

Tara tertawa keras, "Ayah, kamu itu lucu! Kayak lagi di rapat penting, cuma tanpa dasi!"

 "Aduh, tuan, kamu terlalu serius! Ini permainan, bukan presentasi perusahaan!" Alya terus menggoda. Ia ingin melihat sisi lain dari seorang Aditya Wijaya.

Tara semakin bersemangat, sedangkan Aditya, meskipun tidak mengungkapkannya, mulai sedikit menikmati permainan itu. Ketegangan di wajahnya perlahan berubah menjadi senyum tipis yang sulit untuk disembunyikan.

 "Baiklah, aku mengaku. Ini sedikit menyenangkan." ucap Aditya sambil memegangi pegangan, setengah tersenyum

Alya tersenyum nakal, "Nah, akhirnya tuan mengaku juga!"

Tara berteriak kegirangan, "Ye... Ayah, Tara senang sekali hari ini."

Setelah wahana itu selesai, mereka turun dengan gelak tawa, dan Aditya, yang biasanya sangat terkendali, tampak sedikit lebih rileks. Meskipun ia tetap terlihat seperti pria yang serius, ada sedikit sinar di matanya yang menunjukkan bahwa mungkin, hanya mungkin, dia bisa menikmati hari itu.

 "Jadi, tuan, siapa yang bilang kalau kamu bukan orang yang seru?" ucap Alya menggodanya.

 "Aku tidak bilang aku tidak seru. Aku hanya lebih suka kontrol." sahut Aditya dengan nada datar, meskipun terlihat senyum tipis di wajahnya.

 "Ayah, kalau kamu terus begini, nanti bisa jadi ahli wahana!" ucap Tara becanda.

Alya pun ikut menambahkan, "Siapa tahu? Mungkin kita harus memberimu gelar baru: *CEO Taman Hiburan*!" ucapnya sambil tertawa.

Aditya menatap mereka berdua, dan meskipun ia tampak sedikit canggung, ada kehangatan di dalamnya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa sedikit lebih ringan, lebih mudah tertawa, bahkan di tengah situasi yang penuh keramaian.

Aditya menghela napas, tersenyum, "Aku rasa aku mulai paham kenapa kamu begitu suka dengan hal-hal seperti ini."

Alya tersenyum lebar, "Karena ini menyenangkan."

Aditya pun menggelengkan kepalanya cepat, "Bukan."

Alya pun mengerutkan keningnya, "Lalu?"

"Kayaknya kamu tuh sebenarnya anak kecil yang terjebak di tubuh orang dewasa." ucap Aditya kembali dengan nada serius.

"He he he he ...," Alya hanya tersenyum dengan suara yang dibuat-buat.

Mereka mencoba beberapa wahana bersama. Saat tiba giliran untuk bermain di wahana perahu yang berputar, Tara mulai tertawa keras, dan Aditya yang tampak sangat canggung akhirnya ikut tertawa meskipun sedikit takut.

Aditya berpegangan erat pada pegangan perahu, merasa sedikit pusing, "Alya, kamu benar-benar yakin ini aman?"

Alya tertawa lepas, "Ini justru salah satu yang paling aman, tuan. Hanya perlu sedikit keberanian!"

Tara tertawa terbahak-bahak, "Ayah, kamu takut! Ayo lebih cepat, lebih cepat!"

Aditya tersenyum sedikit meskipun tetap memegangi pegangan dengan erat, "Baiklah, Tara, kamu menang. Ini memang cukup seru."

Saat wahana itu berhenti dan mereka turun, Aditya merasa sedikit lebih rileks. Bahkan meskipun hari itu penuh keramaian, dia merasa lebih dekat dengan anaknya, terutama karena Alya membantu membuka sisi lain dari dirinya yang selama ini terkunci rapat.

Tara berlari menuju tempat permen kapas, "Alya, Ayah! Aku mau permen kapas! Boleh kan?"

"Boleh saja, tapi jangan berlebihan, ya." ucap Aditya menanggapi dengan setengah enggan.

Alya tersenyum nakal, "Yuk, Tara, kita beli satu untuk masing-masing!"

Hari itu memang penuh keceriaan. Alya tahu bahwa dengan cara yang sederhana, mereka bisa menciptakan kenangan manis, dan mungkin, hanya mungkin, Aditya juga akan mulai melihat bahwa kebahagiaan itu penting—baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk Tara.

Meskipun mereka tidak berbicara banyak, hari itu telah memberi mereka sesuatu yang lebih berharga: kebersamaan yang bisa mempererat hubungan mereka yang selama ini renggang.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
SRI JARWATI
Bagus banget cara merayunya /Good/
yuning
sarangheo
yuning
Alya calon ibu dari anak anak kamu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!