"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Ceritanya Panjang
..."Every moment with you feels like a fairytale come true." ~Celia...
"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya?" tanya Elvan.
Elvan menatap ke arah Celia. Elvan menjadi penasaran karena perubahan sikap Celia. Saat pertama datang, Celia begitu ceria dan penuh semangat, tapi sekarang dia justru terlihat begitu menyedihkan. Elvan tidak pernah berpikir kalau dia juga salah satu penyebabnya.
Lily menoleh ke arah Tristan, Tristan menggeleng. Dia tidak ingin menceritakan apapun tentang Celia. Biarlah Elvan yang mencari tahunya sendiri, entah dari siapa, yang penting bukan dari dirinya dan Lily.
"Dia tidak apa-apa, dia pasti baik-baik saja," jawab Lily. Lily menatap Celia dengan wajah sendu.
Lily tidak mungkin menceritakan pada Elvan, jika yang menyebabkan Celia seperti itu adalah dirinya dan Elvan. Lily tahu Celia ingin tetap tinggal disini bersama Elvan. Tapi Lily juga tidak bisa melepaskan Celia begitu saja. Celia adalah sumber penghasilan bagi Lily, jika Celia berhenti dari profesinya, maka Lily juga akan kehilangan pekerjaannya.
"Kamu pulang saja, biar aku yang menjaganya," ucap Lily kepada Elvan.
Elvan tidak merespon perkataan Lily, dia masih menatap Celia dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
Tristan bisa melihat ekspresi Elvan yang sepertinya enggan meninggalkan Celia.
"Besok kita akan kembali ke Jakarta, jika ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan padanya, tinggal lah disini sampai besok. Nanti Lily bisa tidur di kamarku," ucap Tristan sambil melirik Lily.
Lily memutar bola matanya, "Tidak boleh, bagaimana mungkin kamu membiarkan Celia bersama laki-laki ini. Bagaimana kalau dia melakukan sesuatu pada Celia," protes Lily sambil menunjuk Elvan.
"Elvan, panggil aku Elvan. Satu lagi, aku tidak akan melakukan apapun pada Celia. Jadi jangan berpikiran macam-macam," ucap Elvan sambil menyingkirkan jari telunjuk Lily.
Lily mengalihkan tatapannya pada Tristan "Kamu yakin akan membiarkannya tinggal bersama Celia disini?" tanya Lily dengan wajah serius.
"Ya, aku yakin, dia pasti bisa menjaga Celia. Aku lihat dia juga peduli dengan Celia." jawab Tristan. Tristan menatap Lily dengan wajah serius. Lily akhirnya mengalah, tidak ada gunanya juga berdebat dengan Tristan. Sebelum meninggalkan kamarnya, Lily menatap Elvan dengan tatapan tajam. Tristan yang melihat itu segera menggandeng lengan Lily, dan berjalan keluar.
Setelah Tristan dan Lily keluar, Elvan duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur. Dia menatap Celia sebentar, lalu menunduk, membelai rambut dan mencium pipi Celia dengan lembut, lalu berbaring di sampingnya. Elvan memiringkan tubuhnya, dan menarik tubuh Celia ke dalam pelukannya, memeluk Celia dengan erat lalu memejamkan matanya.
Keesokan harinya, Celia merasakan sesuatu melingkar di pinggangnya, ia meraba-raba, lalu membuka matanya secara perlahan. Celia terkesiap begitu melihat lengan kekar menempel di pinggangnya. Celia reflek menoleh kebelakang dan hampir saja berteriak.
"Ssstttt...." Elvan segera meletakkan jari telunjuknya di atas bibir, supaya Celia tidak bersuara.
Celia mengedarkan pandangannya, ini benar kamar Lily, lalu dimana Lily? Bagaimana Elvan bisa ada disini? Apakah Tristan tahu? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepalanya.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Elvan sambil mengecup puncak kepala Celia.
Celia membalikkan tubuhnya, dan menatap lekat wajah Elvan, lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Aku tidak memikirkan apa-apa. Tapi ini seperti mimpi. Bagaimana kamu bisa ada disini? Ini benar kamarnya Lily, kan?"
Elvan menyentil dahi Celia, "Kamu lupa? Bukankah semalam kamu yang minta untuk di antar kesini?"
"Tapi aku tidak memintamu untuk tidur disini. Bagaimana ceritanya?" tanya Celia.
"Ceritanya panjang, apakah kamu benar-benar tidak ingat?"
Celia tidak menjawab pertanyaan Elvan, dia memikirkan sesuatu.
"Aku tidak ingat, aku hanya ingat saat Lily menamparmu di club," ujar Celia sambil terkekeh.
Elvan memalingkan wajahnya, dan menutup matanya. Celia tertawa pelan, dan beranjak mendekatkan wajahnya ke wajah Elvan, lalu menangkup kedua pipi Elvan.
"Terimakasih" Celia mengecup sekilas bibir Elvan.
"Aku tahu kau mengkhawatirkanku," ucap Celia sambil menatap lekat wajah Elvan.
Elvan tersenyum lalu segera menarik tubuh Celia ke pelukannya, dan memeluknya dengan erat. "I miss you," bisik Elvan.
"I miss you too," lirih Celia sambil merebah manja di dada Elvan. Elvan menciumi puncak kepala Celia.
"Baby, you make me feel sleepy," ucap Celia sambil memejamkan matanya.
"You can't sleep. Bukankah kamu akan kembali ke Jakarta hari ini, jam berapa pesawatmu? Ini sudah jam sepuluh lewat, atau kamu mau tetap disini?" tanya Elvan sambil mengusap kepala Celia.
"Sebentar saja, biarkan aku tidur beberapa menit lagi," ucap Celia sambil merebahkan kepalanya didada bidang Elvan.
Elvan menepuk-nepuk punggung Celia.
"Pelukanmu sangat nyaman. Apa pelukan ayah dan ibu rasanya juga seperti ini?“ tanya Celia sambil mengangkat kepalanya.
Elvan tidak menjawab, dia hanya menatap Celia.
"Aku hanya ingin tahu, karena ayah dan ibuku tidak pernah memelukku," lirih Celia.
"Tidurlah, aku akan memelukmu sampai kamu terlelap," ucap Elvan. Elvan mengeratkan pelukannya.
Celia menyembunyikan kepalanya didada Elvan, lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Tangan Celia mulai nakal, dia mulai meraba-raba dada bidang Elvan. Elvan hanya tersenyum dan mengusap-usap punggung Celia. Elvan membiarkan Celia melakukan apa yang dia inginkan.
Celia menaikkan kaos yang Elvan kenakan, dan tangannya perlahan masuk, dan mengelus-elus perut sixpack milik Elvan.
"No, don't do that baby," ucap Elvan untuk menghentikan pergerakan tangan Celia.
Celia menyembulkan kepalanya, dan menatap Elvan dengan puppy eyes.
"No," Elvan menggelengkan kepalanya. Lalu melirik penunjuk waktu yang ada di pergelangan tangannya.
"Ayo bangun, kamu harus bersiap-siap," ucap Elvan sambil menepuk-nepuk pipi Celia.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”