Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Mommy
Cia membuka kedua matanya dengan perlahan melihat wajah cantik seseorang terpampang jelas penuh senyuman menatap wajahnya.
"Mo-mommy Ma-manda? I-ini Mo-mommy Manda, 'kan? Ci-cia nggak salah lihat?"
Tubuh Cia bergetar hebat. Baru pertama kali dia bertemu secara tatap muka bersama Manda yang selama ini hanya ada di dalam bingkai foto di rumahnya.
"Cia kenapa ke sini, hem? Bukankah bersama Daddy jauh lebih baik?" tanya Manda sangat lembut sambil mengelus pelan pipi gembul milik sang anak.
"Da-daddy memang baik, Mom, tapi Daddy terlalu egois. Daddy hanya peduli sama dirinya sendiri. Daddy tidak sayang sama Cia. Daddy jahat, Mom. Cia benci Daddy!"
Luapan amarah serta kekesalan Cia disertai air mata yang bercucuran membuat Manda hanya tersenyum lebar. Dia memeluk sang anak begitu erat, mengusap punggung untuk menenangkan kestabilan mental anak kecil yang sangat labil.
"Mommy tahu kok, Cia itu sebenarnya sayang banget sama Daddy. Cia nggak mau lihat Daddy sedih. Ini hanya perasaan kesel Cia saja karena Daddy tidak bisa memenuhi permintaan Cia untuk bersama Mommy Misca."
Kesedihan Cia langsung terhenti, melepaskan pelukan secara perlahan sambil menatap wajah cantik Manda yang tidak sedikit pun memudarkan senyuman indahnya.
Pantas Devano begitu mencintai Manda, ternyata pembawaannya memang begitu santai dan pastinya tidak membuat pria itu bosan untuk terus memandang wajah indah sang istri.
"Mo-mommy tahu?" tanya Cia. Matanya terlihat takut jika Manda akan memarahinya.
"Mommy kan, selalu ada di sini," ucap Manda memegang dada Cia, di mana letak hati itu berada, "Jadi, apa pun yang kamu dan Daddy lakukan pasti Mommy tahu."
"Be-benarkah? Mo-mommy tahu semuanya?" tanya Cia sekali lagi supaya meyakinkan jika Manda tidak akan marah.
"Iya, Sayangku. Mommy juga tahu, Cia dan sahabat Cia sedang menyusun rencana buat Daddy sama Mommy Misca hidup bersama, 'kan?"
Cia mengangguk ragu. Dia takut sekali menyinggung perasaan Manda, secara wanita itu pastinya sangat mencintai Devano.
"Tidak perlu takut, Mommy tidak marah kok, itu wajar saja. Sudah lama Cia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, jadi Cia berhak memintanya pada Daddy. Namun, satu yang harus Cia tahu. Cia tidak boleh memaksakan kehendak apa pun yang diingikan untuk selalu terwujud. Mungkin Cia bisa menyatukan Daddy sama Mommy Misca supaya Cia bahagia. Masalahnya, apakah Cia juga memikirkan tentang perasaan Mommy Misca, hem?"
Gadis kecil itu terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala tanpa bersuara. Manda menjadi gemas, mencubit kecil pipi Cia tanpa membuatnya mengeluh kesakitan.
"Nah, itu masalahnya. Berarti Cia dan Daddy sama-sama egois, dong? Terus kalau misalkan Mommy Misca tidak bahagia hidup sama Daddy bagaimana? Apa Cia mau melihat setiap hari Mommy Misca hanya bisa menangis, bukan tersenyum? Tidak mungkin, 'kan?"
"Untuk itu Mommy kasih tahu sama Cia, ya. Cia boleh kok, meminta sesuatu apa pun itu pasti Daddy bisa mengabulkannya. Hanya saja untuk saling mencintai itu tidak, bisa dipaksakan, Sayang. Sama halnya saat Daddy mau Mommy kembali, apakah bisa? Tidak!"
"Mommy paham kok, bagaimana perasaan Cia dan Daddy seperti apa. Namun, Mommy hanya ingin yang terbaik buat kalian semua. Mommy tidak masalah bila Daddy mau menikah lagi, Mommy malah bahagia sekali. Apalagi Mommy Misca baik banget sama Cia, cuma satu yang buat Mommy sedih."
Kedua tangan Cia beralih memegang pipi Manda sambil mengangkatnya, membuat wajah mereka saling berhadapan menatap satu sama lain. Tersirat kerinduan yang termat mendapat di balik bola mata mereka. Hanya saja tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
"Maafkan Cia, Mom. Cia sudah membuat Mommy sedih. Harusnya Cia jadi anak yang baik supaya Mommy bahagia, Mommy bangga, juga senang. Tapi, Cia malah buat Mommy sedih seperti ini. Maafkan, Cia."
"Tidak apa-apa, Sayang. Mommy sedih bukan karena Cia, melainkan Mommy sedih akibat Daddy tidak bisa memulai hidup yang baru. Bayang-bayang Mommy selalu menyakiti Daddy, sampai akhirnya Cia tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Maafkan, Mommy, Sayang. Kepergian Mommy sudah menorehkan luka untuk kebahagiaan kalian semua. Mommy minta maaf."
"Mommy tidak salah, Mommy tidak boleh sedih. Mommy harus bahagia. Cia sayang Mommy. Cia sayang hiks ...."
Keduanya kembali berpelukan, menangis bersama demi menumpahkan kerinduan yang selama ini terpendam. Tanpa sadar air mata Cia mengalir membuat Devano dan Misca yang melihatnya merasa khawatir.
Sudah seharian ini Cia tidak sadarkan diri, padahal di alam bawah sadarnya dia sedang melepas rindu dengan Manda yang tidak pernah muncul di dalam mimpi.
Setelah beberapa saat selesai menangis, terdengar suara Devano dan Misca yang terus memanggil nama Cia. Manda tersenyum, lalu berdiri menatap Cia.
"Sudah waktunya kita kembali, Sayang! Mommy pergi dulu ya, Cia baik-baik di sana sama Daddy. Ingat pesan, Mommy. Jangan lagi memaksakan apa pun jika Cia tidak ingin menyakiti di antara mereka. Mommy tahu Cia anak baik, pasti Cia paham apa yang Mommy katakan ini."
"Bahagialah bersama daddymu, Sayang. Jaga diri kalian baik-baik. Mommy harus pergi. Mommy sayang Cia dan Daddy. Tolong sampaikan ke Daddy untuk kembali melanjutkan hidupnya, walaupun tanpa Mommy. Semoga kalian pasti bisa, semangat!"
Manda berlari meninggalkan Cia sambil melambaikan tangan. Di mana cahaya yang mengikuti tubuhnya pun mulai menjauh, sehingga gadis kecil yang tak ingin kehilangannya pun ikut mengejar sambil menangis.
"Mommy jangan pergi! Mommy jangan tinggalin Cia! Mommy!"
Cia terbangun dari tidurnya membuat Devani dan Misca yang sedang menjenguk merasa terkejut, begitu juga suster yang sudah memanggil dokter karena beberapa saat lalu gadis kecil tersebut mengigau memanggil nama Manda.
Beruntungnya itu hanyalah pertemuan singkat di alam bawah sadar Cia. Semua akibat panas yang tinggi menahan rasa rindu yang sudah lama terpendam.
Devano langsung memeluk Cia sambil mencium wajahnya yang masih pucat. Gadis kecil itu terlihat bingung karena berada di rumah sakit.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Sayang. Daddy takut banget Cia pergi. Jangan tinggalin Daddy. Maafkan Daddy, Cia. Daddy salah sudah keras sama kamu. Maafkan Daddy!"
Mata Cia melirik ke arah Misca yang tersenyum haru melihat keadaannya sudah membaik, lalu memanggilnya dengan sangat lembut, "Mo-mommy Misca ...."
Devano melepaskan pelukan Cia, menoleh ke arah Misca yang mendekat memegang tangan mungil itu sambil berkata, "Ada apa, Sayang? Kenapa, hem? Apa yang sakit? Bilang saja biar---"
Cia menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca menatap Misca. Kata-kata Manda membuat gadis tersebut menjadi sadar, bila semuanya tidak harus seperti apa yang diinginkannya.
"Ci-cia minta maaf ya, Mom. Cia selalu memaksa Mommy untuk menjadi istrinya Daddy. Cia tahu cinta itu tidak bisa dipaksakan. Mommy Manda bilang, katanya Cia nggak boleh jadi anak yang egois kaya Daddy. Cia harus memikirkan perasaan Mommy Misca juga. Cia enggak mau Mommy Misca sedih nantinya hidup sama Daddy, jadi Cia putuskan Mommy Misca cukup jadi Mommy Cia aja. Mommy nggak usah nikah sama Daddy gapapa, asalkan Mommy sayang terus sama Cia, ya. Mommy mau, 'kan?"
Misca tersenyum lebar. Dia terharu sekali dengan ucapan anak kecil yang terlihat lebih dewasa dari Devano. Anggukan kepala diberikan membuat kedua wanita cantik saling berpelukan.
Rasa sayang di antara mereka terucap jelas saling mengungkapkan tanpa adanya rasa gengsi. Berbeda sama Devano yang terkejut akan keputusan Cia yang bertolak belakang sama keputusannya.
"Tidak! Kami harus tetap menikah sesuai janji Daddy yang akan menikahi Mommy Misca setelah Cia sembuh!" tegas Devano yang merasa kesal karena Cia malah menghalangi jalannya.
Pelukan terlepas. Cia menatap serius ke arah Devano. Satu kalimat yang dilontarkan mampu memberikan serangan jantung kepada Devano juga Misca.
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"