"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua belas
Sehari berlalu saat pertemuan tidak sengajanya dengan Trissa. Siang, pukul sebelas. Helena tiba-tiba kedatangan tamu tidak di undangnya, siapa lagi kalau bukan si wanita ular itu- Trissa.
Helena dengan senyum palsunya, menyambut kehadiran Trissa yang tengah duduk menunggunya di sofa ruang tamu.
"Trissa." panggil Helena, menyambut Trissa saat dirinya sudah tiba di ruang tamu. Padahal Helena tadi tengah menyantai di kamarnya, sedang berselancar di sosial medianya.
"Helena! Lama kita tidak bertemu, karena kesibukan ku di luar negeri selama dua minggu ini. Kabar mu bagaimana? Aku kaget dengan pertemuan mendadak kita kemarin di restoran. " Trissa bangun dari duduknya, menarik tangan Helena untuk duduk di sampingnya. Banyak hal yang harus di tanyai pada wanita itu, karena liburannya di luar negeri, Trissa tidak mengetahui bagaimana keadaan hubungan pernikahan Helena, yang niatnya akan dia rusak itu.
"Perkataan kamu kemarin, beneran? Hubungan kamu dengan Damian sekarang membaik? " tanya Trissa menggebu-gebu, ada nada mendesak yang Helena dengar.
Helena tersenyum malu-malu, sambil menyelipkan rambutnya kebelakang telinga. Sengaja agar membuat Trissa semakin kesal, melihat gelagat Helena yang terlihat seperti tengah bahagia.
"Ya, seperti yang kamu lihat dan mendengar ucapan ku kemarin. Damian sekarang mulai melihat ku, bahkan dia meminta ku untuk mengantarkan bekal makan siangnya ke kantor. " ujar Helena dengan nada begitu bahagia, dia memegang tangan Trissa disebelahnya yang tengah terkepal erat. "Ini semua karena saran kamu, Trissa. Kalau bukan bantuan kamu, Damian mungkin tidak akan melirik ku sama sekali, makasih atas saran yang selama ini kamu berikan padaku, aku senang sekali. "
"Saranku berhasil? " pekik Trissa, kelepasan berteriak, saking kagetnya.
"Ya." Helena dengan wajah pura-pura polosnya, mengangguk.
"Sial." gumam Trissa dalam hati, padahal semua saran yang dia berikan pada Helena selama ini, bertujuan agar Damian semakin benci dan muak kepada Helena.
Dan sekarang? Kenapa bisa begini! Bukannya selama ini, Damian terlihat kesal dan muak melihat tingkah Helena yang semuanya atas perintah Trissa.
"Aku turut bahagia mendengarnya. " ujar Trissa dengan senyum masam, tidak niat untuk memberikan selamat atas keberhasilan Helena yang akhirnya bisa berdekatan dengan Damian.
Helena di sebelahnya, tersenyum miring yang tidak dilihat Trissa. Cukup senang dan merasa menang, karena akhirnya membuat Trissa menahan kesal, wajahnya pasti sudah merah padam, hanya tidak terlihat dengan bedak tebal itu.
"Ahh, kalau begitu aku pamit pergi dulu, Helena. Aku baru ingat ternyata ada urusan mendadak yang harus aku lakukan. " Trissa tiba-tiba saja berdiri. Mengagetkan Helena dari lamunannya, dia pun juga ikutan berdiri.
"Eh, kenapa cepat sekali? Aku bahkan belum menyajikan jamuan untuk kamu. " ujar Helena dengan wajah sedih, yang tentunya hanya kepura-puraan. Dia bahkan sangat senang kalau wanita ular ini cepat-cepat pergi dari sini.
"Lain kali saja, Helena. Aku berjanji akan datang menemui kamu lagi. " ujar Trissa sambil menepuk pelan bahu Helena, "Yasudah, aku pergi dulu. Babay. "
Helena melambaikan tangannya menyambut lambain kepergian Trissa, hingga wanita itu masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan perkarangan rumah.
"Apanya yang lain kali, kalau bisa wanita ular itu tidak usah datang lagi ke sini, merusak pemandangan dan mataku saja. " cibirnya, mengelap tangannya yang tadi sempat bersentuhan dengan Trissa. Dia tidak mau tertular penyakit 'licik' dari wanita ular itu.
"Loh, bu? Bu Trissa nya kemana? Bibi baru aja bawakan cemilan dan minuman. " Bi Ayu datang dengan nampan berisikan cemilan cookies dan minuman sirup jeruk, dia tadi yang menyambut kedatangan Trissa dan balik ke dapur setelah memanggil Helena dari kamar untuk menyiapkan jamuannya pada teman majikannya itu.
Walau dalam hatinya, Bi Ayu menyimpan ketidaksukaannya pada teman Helena itu, selama ini Bi Ayu bukan tidak tau kalau Trissa sering kali memberikan saran yang menurutnya 'aneh' pada Helena, yang katanya bertujuan untuk memikat Damian.
Bi Ayu walau sudah tua, umurnya sudah menginjak kepala empat. Bi Ayu tau kalau semua saran Trissa berikan pada Helena adalah kesalahan, kesalahan- karena semua perbuatan Helena pada Damian bukannya membuat Damian senang dan terkesan, suami Helena itu malah menatap jijik dan muak pada Helena.
"Udah pulang orangnya, Bi. Cemilannya biar kita makan berdua saja sambil nonton film. Lain kali kalau wanita ular itu datang, Bi Ayu tidak usah capek-capek membuat jamuan untuknya. "
"Wanita ular? Apa bu Helena, sakit? " tanya Bi Ayu bingung, tidak biasanya Helena bersikap seperti ini kepada orang yang selalu Helena anggap teman dekat.
"Saya tidak sakit, Bi. Emangnya kenapa? Bibi terlihat seperti kaget begitu. " Helena menepuk sofa di sebelahnya, meminta Bi Ayu untuk duduk. Dan di turuti wanita baya itu.
"Bibi kaget saja, bukannya ibu selama ini terlihat begitu senang dan menghormati, bu Trissa? Tapi sekarang ibu seperti tidak senang akan kedatangan, bu Trissa. " jelas Bi Ayu, dia ikut mengambil cemilan cookies yang di simpannya diatas meja kaca di depan mereka.
"Ya, saya baru tau, Bi. Ternyata wanita itu tidak terlihat baik seperti dugaan saya selama ini, saya mulai sadar sekarang. "
"Bibi senang mendengarnya. Selama ini, bibi tidak begitu senang dengan ibu yang berteman bu Trissa, dan mengikuti saran-saran tidak masuk akal dari wanita itu. Dia menipu ibu selama ini. "
"Bi Ayu sadar akan kelakuan, Trissa. Selama ini?" tanya Helena memastikan, dan di balas anggukan dari Bi Ayu sebagai jawaban.
Helena termenung, Damian dan Bi Ayu ternyata sadar akan kelakuan aneh dan licik Trissa selama ini, kenapa dikehidupan sebelumnya. Helena tidak menyadarinya? Padahal semua saran yang diberikan Trissa padanya, terdengar aneh dan tidak masuk akal. Ahh, mungkin karena dulunya Helena sangat naif dan larut akan kecintaannya pada Damian, hingga dengan bodohnya mengikuti semua saran Trissa tanpa pikir panjang.
"Jangan dekat-dekat lagi dengan, bu Trissa. Bu. Firasat bibi menyatakan bahwa wanita itu ada niat terselubung." Bi Ayu berucap dengan hati-hati, takut menyinggung Helena. Walau dia tau, Helena sekarang sudah tidak begitu menyukai Trissa lagi sebagai temannya.
Helena lagi-lagi termenung. Ucapan Bi Ayu memang tepat sasaran, di kehidupan sebelumnya, Trissa memang memiliki niatan terselubung mendekatinya dan memberikan segala macam saran untuk memikat Damian. Wanita licik menyukai, Damian. Berniat untuk menyingkirkannya dan mengganti perannya sebagai istri Damian.
'Tring'
Helena sadar dari lamunannya saat ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk, Helena mengambil ponselnya didalam saku baju dikenakannya. Nama Trissa muncul di notif pesan masuk, dia membuka room pesan itu- penasaran pesan macam apa yang di kirimkan Trissa padanya, padahal wanita itu baru terhitung dua menit pamit pergi.
"Helena, aku baru ingat dan lupa memberitahukan kamu, aku lihat bagaimana riasan wajahmu kemarin di restoran, dan itu terlihat sangat buruk dan jelek. Damian pasti tidak menyukainya, nanti aku akan mengajari kamu bagaimana ber- make up dengan baik dan cantik. "
Ahh, wanita ular itu. Kembali ingin berulah lagi, mengomentari riasan make up nya yang Helena rasa sudah bagus di wajahnya. Damian pun tidak mengomentari atau menghina buruk make up nya.
Wanita itu pasti iri, dibandingkan dengan make up Trissa gunakan sehari-hari. Make up Helena terlihat lebih bagus untuk di pandang, dan apa tadi? Wanita itu ingin mengajarinya bagaimana ber- make up dengan baik? Hahaha, wajahnya saja terlihat seperti penyihir, malah dengan percaya diri ingin mengajarinya ber- make up.
••••••••••
"Arghhh, si*lan!" Trissa, wanita itu terlihat mengamuk memaki Helena dengan wajah merah padam.
Dirinya berada di kamar, urusan mendadak di katakannya tadi hanya bualan saja. Dia tampak terbakar mendengar ucapan Helena yang mengatakan bahwa Damian mau melirik wanita lemah itu. Trissa marah, bukan ini rencananya.
"Wanita bodoh itu, beraninya menunjukkan wajah malunya saat mengatakan bahwa Damian mulai meliriknya sekarang. Dasar j*lang, menjijikkan! " Trissa membanting semua barang-barang di meja riasannya, make up dan berbagai macam skincarenya terlihat pecah dan berhamburan dibawah lantai.
"Awas saja kamu, Helena. Akan aku hancurkan hidup kamu, akan ku buat Damian kembali menatap penuh muak dan acuh pada kamu lagi, segera ku beri perhitungan pada wanita rend*han seperti kamu, tunggu saja! " ujarnya penuh keyakinan dan dendam, menatap pantulan wajahnya dengan tangan terkepal erat, menyalurkan kemarahan.
•
•
•
Maaf baru up, setelah menghilang beberapa hari ini. aku lagi ada kesibukan sendiri, jadi lupa untuk lanjut nulis cerita Helena dan up di Novel Toon.
jangan lupa vote, komen, dan bintang limanya. selamat membaca semuanya, dan selamat malam minggu....
semangat 💪💪💪