NovelToon NovelToon
Ditawan Hot CEO

Ditawan Hot CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / CEO / One Night Stand
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cecee Sarah

Nadia, seorang gadis desa, diperkosa oleh seorang pria misterius saat hendak membeli lilin. Hancur oleh kejadian itu, ia memutuskan untuk merantau ke kota dan mencoba melupakan trauma tersebut.



Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia dituduh mencuri oleh seorang CEO terkenal dan ditawan di rumahnya. Tanpa disangka, CEO itu ternyata adalah pria yang memperkosanya dulu. Terobsesi dengan Karin, sang CEO tidak berniat melepaskannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cecee Sarah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empat Belas

Begitu pertanyaan itu meluncur, Nadia langsung merasa sedikit menyesal. Apa tidak salah bertanya seperti itu?

Benar saja, saat ia mendongak, pandangannya bertemu dengan tatapan Samuel yang tiba-tiba berubah dingin. Matanya seakan menelisik, dan wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya.

Terkejut, Nadia buru-buru mengalihkan pandangannya, merasa sedikit canggung. "Maaf, aku tak bermaksud mengusik. Aku hanya... khawatir padamu. Tapi tidak apa-apa jika kau tak ingin membicarakannya."

Dia mencoba mengabaikan perasaan aneh itu dengan memandang keluar jendela, menikmati pemandangan yang berlalu cepat. Padang rumput dan bukit yang menghijau berganti dengan pepohonan lebat, menciptakan lanskap yang memanjakan mata.

Samuel sedikit terdiam mendengar kata-kata Nadia yang bernada perhatian. Dia tahu mungkin rasa ingin tahu yang mendasari pertanyaan itu, bukan kekhawatiran tulus. Tapi, entah mengapa, suasana hatinya jadi sedikit lebih baik. Mungkin, karena hampir tak pernah ada yang menanyakan keadaannya dengan perhatian semacam itu.

Perjalanan menuju pusat kota dilanjutkan dalam hening. Samuel tampak sibuk membaca majalah di tangannya, sementara Nadia terus memandangi jendela, menghafal setiap belokan dan bangunan yang mereka lalui. Kali ini, tanpa penutup mata seperti saat dia pertama kali tiba di vila itu, Nadia menyadari bahwa vila Samuel berada di lereng bukit yang dikelilingi pemandangan luar biasa.

Di sisi lain, vila itu memiliki pemandangan laut yang biru dan terbentang luas di kejauhan. Tempat yang begitu tenang dan indah, tetapi sekaligus terpencil, jauh dari keramaian kota. Perjalanan menuju kota memakan waktu lebih dari setengah jam, melewati jalan yang berliku dan jarang dilalui kendaraan lain.

Akhirnya, mobil berhenti di pusat Kota, di mana keramaian dan gedung pencakar langit memenuhi pandangan. Begitu pintu mobil dibuka oleh sang pengemudi, Nadia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara yang lebih segar dan suara hiruk-pikuk kota yang telah lama dirindukannya. Terisolasi di vila selama beberapa hari membuatnya seperti burung yang baru saja lepas dari sangkar.

Samuel melangkah keluar dengan elegan, dan Nadia mengikuti di sampingnya. Mereka memasuki salah satu mal terbesar di jantung kota, sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi dengan arsitektur modern yang memukau. Nadia menelan ludah, merasa sedikit gentar saat melihat nama-nama merek internasional yang terpampang di toko-toko di sekelilingnya. Semuanya berkilauan dengan label harga yang hanya bisa diimpikan oleh orang-orang biasa.

Sebelum mereka sampai ke pintu masuk, Nadia tiba-tiba menarik lengan Samuel dengan sedikit gugup. Samuel berhenti dan menatapnya dengan alis terangkat, seolah bertanya tanpa kata.

"Samuel," ucap Nadia sambil melirik ke arah gedung mewah itu, "Bagaimana kalau kita pergi ke mal lain saja?"

Samuel memiringkan kepalanya, menatapnya dengan ekspresi heran. "Kenapa?" tanyanya singkat.

Nadia menundukkan kepala, merasa sedikit malu. "Aku... aku tak bisa membeli apa pun di sini."

Meskipun Samuel sebelumnya mengambil tasnya, dia yakin pria itu tak akan memintanya membayar hari ini. Namun, dia tahu betul sifat Samuel—uang yang dihabiskan untuk membelikannya pakaian mewah pasti akan dihitung. Dalam bayangan Nadia, hutang itu akan membuatnya semakin terjebak di dalam genggaman pria itu, bahkan mungkin selamanya terikat.

Mendengar keraguan Nadia, Samuel mendesah pendek dan menatapnya dengan tatapan penuh kekesalan. "Kau serius ingin aku berjalan-jalan di pusat perbelanjaan murah yang penuh sesak?"

Samuel, dengan gayanya yang perfeksionis dan selalu menghargai privasi, jelas tak akan menikmati tempat-tempat ramai yang penuh dengan orang asing. Pria itu punya standar tinggi yang berbeda, terbiasa dengan kenyamanan dan kemewahan.

Melihat Nadia masih diam ragu, Samuel akhirnya meraih pergelangan tangannya dan menariknya masuk ke dalam gedung. Mereka melewati deretan toko berkelas dengan penjaga toko yang menunduk hormat saat Samuel melintas.

Ketika mereka hampir mencapai sebuah butik pakaian, Nadia kembali berseru dengan nada cemas, "Samuel, kau yakin kita belanja di sini?"

Dia ingin memastikan tidak ada beban tambahan. Terkurung di vila sudah cukup membuatnya merasa terikat. Jika harus menanggung utang untuk pakaian-pakaian ini, dia tahu dia mungkin tak akan pernah bebas.

Samuel akhirnya menyadari kekhawatiran Nadia. Dengan nada meremehkan, dia menjawab dingin, "Aku yang akan membayar semuanya."

Nadia tertegun. Rasanya hampir mustahil baginya untuk memahami alasan pria ini. Tak ada hubungan keluarga antara mereka, bahkan mereka berada di pihak yang berbeda. Mendengar Samuel menawarkan membelikan pakaian mewah untuknya, pikirannya langsung melayang ke arah yang ganjil—apakah ini berarti... dia dianggap seperti simpanan?

1
Herlianti Amrah
Lumayan
Herlianti Amrah
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!