Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Keputusan.
Tak sedikit pun Bang Ringgo terlepas dari rasa bersalahnya pada Niken. Kini ia menggendong baby Shiena dengan sayang.
"Biar saya yang gendong, Pak..!!" Kata Larasati merasa tidak enak karena Bang Ringgo sudah menyelamatkan dirinya juga bayinya.
"Kamu istirahat lah, jangan banyak pikiran..!! Sehatkan dulu badanmu..!!" Ujar Bang Ringgo.
Sungguh saat ini Bang Ringgo menyembunyikan segala yang ia rasakan, tentang rasa sakit di hatinya, semua sesalnya terlebih 'dosanya' pada Niken.
'Semoga kamu baik-baik saja disana, dek..!! Maaf.. saya memang laki-laki paling b*****t di dunia ini. Saya tidak bisa menjadi pelindungmu lagi. Bukan karena tidak sayang, bukan..!! Hidup ini penuh dengan teka-teki. Bayi ini tidak bersalah, entah kenapa saya merasa sakit melihat banyak pihak menolak hadirnya. Saya yakin, kamu bisa hidup tanpa saya. Tapi bayi ini, belum tentu bisa hidup tanpa saya. Biar Tuhan yang menghitung setiap langkah yang saya perbuat. Semoga kamu bahagia, sayang..!!'
...
Malam itu Niken kembali ke rumah Papa Ahlam bersama dengan Bang Ribas. Papa Ahlam seakan kehabisan kata melihat Niken 'terombang-ambing' di jalanan. Rasa malu, sakit hati, marah dan sedih berkumpul menjadi satu.
"Lupakan Ringgo..!!"
"Tapi.. Niken sudah mau pengajuan nikah dengan Bang Ringgo." Kata Niken yang belum paham apapun tentang permasalahan yang terjadi.
"BATALKAN..!!!" Bentak Papa Ahlam karena begitu sakit hati dengan nasib putrinya.
Niken menunduk dan terdiam seperti biasa. Putri kecil yang selalu menurut apa kata Papanya.
"Pernikahan kalian batal. Kau bisa membawanya pergi..!!" Perintah Papa Ahlam pada Bang Ribas.
"Mohon maaf, ijin.. Pak..!! Tanpa mengurangi rasa hormat, membawa dek Niken bukan hal sulit bagi saya. Hanya saja, kita hidup dalam negeri yang memiliki aturan. Lebih baik di tanyakan dulu apakah dek Niken bersedia ikut dengan saya..!!" Jawab Bang Ribas.
Niken terdiam, ia merasa posisinya benar-benar salah dan terjepit meskipun dirinya sama sekali tidak paham akan situasi namun sepengetahuan dirinya, Bang Ribas bukanlah orang yang sembarangan dalam mengambil keputusan dan tergolong manusia yang taktis.
Sejenak berpikir, ia pun mengusap air mata yang menetes di pipi.
"Niken tidak pernah melawan apapun yang Papa katakan, tidak juga banyak bicara saat Papa memutuskan. Papa pilihkan Om Ringgo, Niken menerima. Papa alihkan pada Om Ribas, Niken pun menerima." Ucap Niken membuat hati seorang ayah akhirnya ikut sakit.
Papa Ahlam memeluk Niken dengan erat. Rasa tidak tega menyelimuti seluruh jiwanya. "Dulu.. Papa sangat menginginkan anak laki-laki hingga kamu ada dan terlahir tetap perempuan. Papa yang sangat ingin anak laki-laki sampai mengajarimu banyak hal menjadi laki-laki, tapi Papa salah.. mengajarimu banyak hal tentang laki-laki ternyata tidak serta merta membuatmu tangguh. Kamu malah tersakiti dengan keegoisan Papa. Maaf.. maafkan Papa..!!!!" Tangis Papa Ahlam berlinang menganak sungai.
Niken membalas pelukan Papa Ahlam. "Papaku tetap yang terbaik..!!"
"Ribas..!!!!"
"Siaapp..!!!"
"Berjanjilah..!! Apapun yang terjadi, kamu akan menjaga dan melindungi putri saya..!! Saya titipkan putri saya Niken padamu..!!"
Tatap mata Bang Ribas tak.lwpas dari Niken. "Sa'uhafizu ‘ala wa‘di laka." Balas Bang Ribas.
...
Niken sedang membereskan seluruh barangnya dan saat itu Bang Ribas berbicara empat mata dengan Papa Ahlam dan Papa Rama di dalam ruang kerja milik Papa Ahlam.
Bang Ribas sudah membaca beberapa berkas di hadapannya. Sejenak Bang Ribas memejamkan matanya kemudian menghela nafas panjang.
Papa Rama mendekap bahu putranya seakan penuh harap tersirat dari sorot matanya.
"Bolehkah saya menghajar Ringgo?" Kali ini Bang Ribas tidak bisa menyembunyikan rasa geramnya.
"Tidak..!! Bagaimana pun keadaannya, Ringgo tetap Abangmu..!! Kamu tidak ingin melihat Mama sedih, kan?" Jawab Papa Rama.
"Tapi Ringgo keterlaluan, Pa..!!" Kata Bang Ribas.
"Papa tau, tapi emosimu tidak akan menyelesaikan masalah. Sini badiknya..!! Biar Papa yang bawa..!!" Pinta Papa Rama melihat badik tua terselip di pinggang kiri putranya.
"Saya ingin pamit dulu sama Mama. Besok saya kembali ke rantau." Ujar Bang Ribas.
"Mama tidak enak badan, nanti video call mama saja. Jangan buat Mama banyak pikiran..!!" Pesan Papa Rama.
Bang Ribas mengangguk paham. Mau menghela nafas pun seakan tidak mampu. Sang ibu sedang menjalani kehamilannya dan ia pun tidak mungkin merusak mood ibunya.
***
Hari berganti dan Bang Ribas masih belum bisa memejamkan matanya. Di dadanya masih penuh dengan gemuruh rasa marah yang tertahan.
Ada rasa tidak ikhlas karena nasib Niken. Ingin melampiaskan kesalnya namun dirinya tidak mampu meluapkannya.
"Ini sarapannya, Om..!!" Niken membawakan Bang Ribas sekotak bubur ayam. Dalam pikirnya mungkin bubur ayam tidak begitu berat untuk sarapan pagi.
"Terima kasih." Jawab Bang Ribas kemudian menerima bubur ayam itu.
Setelah membuka mangkok buburnya, Bang Ribas melotot melihat porsi yang cukup besar. Belum selesai rasa kagetnya Niken sudah menyentuh bahunya.
"Om.. mau telur puyuh, nggak?? Ayam suwir sama kacang kedelainya mau, nggak?? Atau hati ampela???" Tanya Niken.
"Kalau kamu tidak suka, kenapa tidak bilang sama penjualnya??" Kata Bang Ribas. "Apa tadi tidak ada makanan lain??"
Belum juga pertanyaan itu terjawab, telur puyuh, ayam suwir, hati ampela dan kacang kedelai sudah berpindah ke mangkok Bang Ribas hingga mangkoknya kini jadi penuh sesak.
"Ya Allah.. ini terlalu penuh, dek..!!" Protes Bang Ribas.
Niken tertawa terbahak, agaknya hiburan tersendiri mengingat dulu dirinya sering mengerjai Bang Ribas sebagai 'ajudan' yang menjaganya.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂