NovelToon NovelToon
Deepen The Role

Deepen The Role

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Cintapertama / Vampir / Manusia Serigala / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: LIMS OFFICIAL

"Aku akan selalu di sisimu"

Benjamin Paul, seorang remaja berusia 17 tahun yang memilih untuk kembali ke kota kecil di Alaska tempat ia lahir. 5 tahun lalu ayah dan ibunya bercerai, lalu ia tinggal di Chicago bersama ibu dan ayah sambungnya. Di usia 17 tahunnya itu, ia memilih kembali ke Sitka, kota kecil di Alaska.

Sesaat ia kembali, tidak ada hal aneh. Sampai ketika ia bertemu sebuah keluarga misterius, ayahnya yang kecelakaan, Joseph dan Damian teman kecil Benjamin bukan manusia, dan seorang gadis cantik bernama Marella.

Bagaimana kisah Benjamin? Simak kisah si tokoh utama ini agar kalian tidak ketinggalan‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIMS OFFICIAL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Spirit

"Apa ini tempatnya? Sejak kapan di sekitar hutan ini ada kastil?" gumam Benjamin masih memastikan. Ia menyewa taxi untuk mengantarnya ke utara Sitka. Setelah membayar, ia turun dan berjalan memasuki wilayah hutan yang berada di hadapannya.

Ketika sudah jauh dari jalan perkotaan, Benjamin menemukan ada sebuah kastil besar dengan ukiran berbagai mahluk mitologi.

Benjamin menarik nafas pelan. Di lehernya sudah terkalungkan sebuah kalung dengan liontin salib pemberian ayahnya. Di saku celananya juga terdapat sebuah air suci.

"Aku bisa" gumam Benjamin akhirnya mengetuk pintu masuk kastil itu yang begitu besar. Tingginya sekitar 3-4 meter. Ketika tidak ada yang menyahut, Benjamin menaikkan sebelah alisnya dengan bingung.

Namun pada akhirnya, ia memilih masuk ke dalam tanpa menunggu instruksi siapapun. "Halo, apa ada orang?" Benjamin mulai memanggil siapa penghuni di sana.

Ia terus berjalan memasuki kastil itu. Benjamin dibuat terkejut ketika pintu yang ia buka tiba-tiba saja tertutup dengan sendirinya. Ia berbalik, mencoba membuka pintu itu.

"Sial sekali" gumam Benjamin akhirnya menghiraukan pintu yang sudah terkunci. Tujuannya adalah menemui bangsawan, dan ingin mengetahui maksud mereka memanggilnya karena apa. Ia berjalan perlahan.

Lalu, "Siapa?" tanya Benjamin berbalik ke belakang. Ia mengerutkan keningnya. "Aku yakin sekali tadi ada yang lewat" gumam Benjamin berbalik menghadap ke depan.

"Halo, tuan" Benjamin segera terkejut ketika seorang pria tiba-tiba muncul di hadapannya. Namun pria itu segera menghilang. "Hey, kau siapa? Tunjukkan dirimu!" perintah Benjamin segera. Rasa takutnya bahkan lenyap seketika.

Hingga akhirnya Benjamin memilih untuk menatap lurus. Ada sebuah pintu. Ia akhirnya berjalan menghampiri pintu itu. Benjamin membukanya lalu, "Ahk ini dia, anak manusia," sambut pria tadi, sedang duduk di atas kursi kayu dengan ukiran aneh. Ada beberapa orang yang juga duduk di sampingnya. Dan dari penampilannya, ia terlihat seperti pemimpin.

"Kau siapa?" tanya Benjamin tanpa basa-basi. "Wah, aku tidak menyangka kau punya keberanian yang besar untuk datang kemari sendirian" jawab pria itu tersenyum misterius.

"Berhati-hatilah, nak. Dia dan orang-orang di sampingnya ingin membunuhmu. Gadis yang di sampingnya itu adalah adiknya, dan dia bisa menyakitimu tanpa perlu menyentuh dirimu"

Suara itu kembali terdengar. "Kau adalah... Benjamin Paul, bukan?" tanya pria itu bangkit berdiri. "Ya, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Benjamin segera. Pria itu tersenyum puas. "Aku Charlo.. dan aku sudah hidup jauh lebih lama, dari kepala keluarga Gerald" pria bernama Charlo itu memperkenalkan diri.

"Lalu?" tanya Benjamin memiringkan kepalanya terheran. Charlo berjalan mendekati Benjamin. Remaja itu tidak mundur sedikitpun, dan tetap berada di posisi terakirnya.

"Aroma mu, tidak sekuat milik kekasihmu. Tapi aku takjub, kau menerima permintaanku melalui surat yang kami kirimkan" ujar pria itu setelah ia mencium aroma tubuh Benjamin.

"Namun jujur saja, keberadaanmu benar-benar menyusahkan. Apa yang harus kulakukan padamu?" gumam Charlo mengelilingi Benjamin. Benjamin tidak menjawab.

"Tutup matamu, gadis itu akan menatapmu dan mengirim penderitaan di tubuhmu" suara itu kembali berpesan pada Benjamin.

"Emy"

"Baik"

Gadis yang bernama Emy itu menunjukkan mata merahnya. Ia menatap Benjamin. Benjamin menutup matanya segera.

Charlo mengerutkan keningnya. "Berhenti" perintah Charlo pada Emy. Adiknya juga dibuat terkejut. Benjamin membuka matanya.

"Ken benar, kau bukan anak manusia biasa" gumam Charlo menjauhi Benjamin. "Sepertinya membunuhmu akan menjadi keuntungan" gumam Charlo menunjukkan gigi taringnya.

"Jack dan Emy tetaplah bersamaku, sisanya kembalilah berburu" perintah Charlo terlihat sombong dan siap menerkam Benjamin.

"Gadis itu dan pemuda di sebelahnya akan menyerangmu juga, robeklah kemejamu dan gunakan sobekan itu untuk menutup matamu. Maka aku akan memberikanmu instruksi ke mana kau akan bergerak dan bagaimana kau harus melawannya" dan lagi-lagi suara itu terdengar. Benjamin dengan sigap merobek kemeja yang ia kenakan

Charlo yang melihat itu mulai mendekat. Benjamin segera menutup matanya lalu, "Sepertinya ada sesuatu yang sedari tadi menggerogoti dirimu," gumam Charlo hendak mencekik Benjamin.

Namun, "AHKKK," gumam Charlo memegangi tangannya yang melepuh ketika memegangi leher Benjamin.

"Doa anakku membantumu, sekarang kau harus mencoba menghampiri gadis itu dan menyiram matanya dengan air sucimu" Benjamin menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Gadis itu mendekat, lakukan segera!!" Benjamin membuka botol air suci, dan berhasil menyiram mata Emy. "HUAAA, PANAS.. PANAS!!" teriak Emy memegangi matanya.

"Yang bernama Jack sedang mendekat. Ia pengendali kertas, bakar segera dengan korek apimu" Benjamin mengeluarkan korek api ayahnya. Ketika Jack menebarkan kertas, ia melemparkan korek api dan berhasil membakar ratusan lembar kertas milik Jack.

Api membakar ruangan itu. Benjamin mulai panik. Lalu, "Tenanglah. Ini hanya api sementara, sekarang tusuk jantung Charlo lebih dulu" perintah suara itu. Benjamin menarik sebuah kayu di sana, dan menghampiri Charlo. Lalu ia menusuk jantung pria itu.

"KURANG AJAR!!" teriak Charlo dan ia mencampakkan Benjamin. Charlo bangkit menahan rasa sakit di dadanya.

"Jangan takut, hampiri dia segera dan putuskan kepalanya lalu lemparkan tubuhnya ke perapian" Benjamin menghela nafas lalu dengan instingnya ia berlari menghampiri Charlo kemudian ia menarik kepala pria itu hingga putus. Setelahnya Benjamin melemparkan tubuh Charlo ke kobaran api.

"SIALAN KAU!!" teriak Jack tiba-tiba melayang mendekatinya. Jack berhasil menjatuhkan Benjamin. "Kali ini kau akan mati!!" ujar Jack dan ia mencekik leher Benjamin. Namun, "HUAA TANGANKU!!" teriak Jack memegangi tangannya. Emy tiba-tiba saja memeluk erat Benjamin dari belakang, membuat remaja itu kekurangan nafas.

"Kau bisa nak, kau bisa memutus lehernya!!" Benjamin meraih kepala gadis itu dan berhasil memutusnya. Setelahnya ia melemparkan tubuh gadis itu ke perapian.

Lalu, "Astaga" gumam Benjamin tercampak. Benturan itu berhasil melukai kepalanya. Ia segera membuka matanya untuk melihat sekitar. Kesadarannya mulai hilang.

"Untung saja Emy melepas kalung itu dari lehermu, walaupun ia harus mati seperti Charlo" ujar Jack berdiri di hadapan Benjamin. Kali ini Jack mencekik Benjamin.

Benjamin mencengkram tangan laki-laki itu. Namun ia terheran, karena suara itu tidak terdengar. "Kenapa? Kau tidak mendengar suara kakekmu bukan?" tanya Jack membuat Benjamin terkejut.

"Aku adalah vampir yang bisa memutus komunikasi dengan roh. Kemampuan sepertimu ini, sungguh merepotkan. Untung saja aku menyadarinya sejak awal" gumam Jack tersenyum misterius. Benjamin mulai kehabisan nafas. "Ia tidak menahan tanganmu, nak. Kau bisa memutus lehernya!!" Benjamin kembali mendengar suara itu.

Benjamin akhirnya meraih kepala Jack. "Bagaimana mungkin?!" gumam Jack terkejut. Kini mereka saling beradu. Lalu, "ENYAHLAH!!" teriak Benjamin berhasil memutus leher Jack.

Dengan sisa tenaganya, ia menyeret tubuh Jack dan melemparkannya ke perapian. Benjamin akhirnya terjatuh dan ia tersungkur lemas. Darah di kepalanya tidak berhenti mengalir.

"Sayang sekali, tenagamu habis ketika mengalahkan mereka" orang-orang yang diperintahkan Charlo pergi tiba-tiba kembali. Mereka mengepung Benjamin.

"Padahal mereka adalah 3 bersaudara yang merasa berkuasa. Malang sekali nasib mereka, mungkin ini adalah balasan setimpal atas perbuatan serakah mereka" gumam pria itu.

Ada sebuah besi tiba-tiba muncul dari telapak tangannya. Untungnya kalung salib pemberian Bernandez padanya saat kecil berada di dekatnya. Benjamin meraih kalung itu, menggenggam erat kalung itu.

"Apa kau ada kalimat terakhir?" tanya pria itu sudah siap menusuk jantung Benjamin. 6 orang yang tersisa dibuat kesal. Benjamin tertawa seakaan meledek.

"Mereka bertiga berhasil kubunuh, artinya nasib kalian sama seperti mereka" ujar Benjamin terkekeh. Pria itu mengerutkan keningnya kesal, dan siap menusuk Benjamin. Namun, "Siapa yang berani menyerangku tiba-tiba seperti ini?!" pria itu menjadi semakin marah.

"Astaga. Caraku untuk kabur masih harus dikoreksi" gumam Benjamin terkekeh mengetahui siapa yang melakukan itu.

Garon berhasil mencampakkan pria itu. "GERALD SIALAN!!" teriak pria itu. Mereka mulai saling menyerang. "Ben, lukamu.. parah" gumam Marella menghampirinya. Ia menjadi panik. Hingga akhirnya, 6 orang vampir tadi akhirnya terbunuh.

"Ben!!"

......................

"Nak"

"Bangun, nak"

"Bangunlah"

"Ben, bangunlah" suara berat dan serak itu berhasil membuat Benjamin tersadar. "Aduh, kepalaku. Ini di mana?" gumam Benjamin memegangi kepalanya yang masih pusing. Ia merubah posisinya menjadi duduk.

"Ayah?" gumam Benjamin terkejut ketika melihat pria tua di hadapannya. "Salah, aku bukan Bernandez. Aku Lewis, ayah Bernandez" jawaban itu membuat Benjamin terdiam.

"Astaga kakek! Apa aku sudah mati?!" gumam Benjamin mulai memegangi wajahnya. "Tenanglah, nak. Rohmu hanya tertarik sebentar, ada yang ingin kukatakan padamu" jawab pria itu terkekeh.

Benjamin kembali tenang. "Kau persis seperti Bernandez. Kau benar-benar mewarisi semua hal tentang Bernandez" gumam Lewis tersenyum tenang.

"Kakek ingin mengatakan apa?" tanya Benjamin kini penasaran. Lewis tersenyum sejenak. Lalu, "Kau hebat, nak. Aku terkejut kau berani melakukannya. Putraku mengajarimu keberanian yang luar biasa. Jadi gunakanlah kemampuanmu, untuk hal baik," pesan Lewis mengacak rambut Benjamin.

"Tapi itu juga karena kakek" jawab Benjamin segera. "Aku hanya mengajarimu, nak" ujar Lewis tertawa kecil. "Tetap saja, apa yang kakek ajarkan padaku itu sangat membantuku bahkan menyelamatkanku" jawab Benjamin.

Lewis menatap Benjamin dengan tatapan teduh. "Bisakah aku meminta satu hal padamu?" tanya Lewis. "Kakek mau apa?" tanya Benjamin penasaran.

"Jadilah cucuku yang baik" pesan Lewis seraya tersenyum. Setelahnya tubuh Lewis mulai menghilang. "Kakek mau kemana? Jangan tinggalkan aku" ujar Benjamin khawatir.

"Aku akan selalu menjagamu, nak. Sampai waktu berpisah kita tiba" jawab Lewis tersenyum. "Setelah ini, kembalilah. Mereka menunggumu" dan yang tersisa hanya suara menggema dari Lewis.

Mata Benjamin akhirnya benar-benar terbuka. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. "Putraku!!" Bernandez menyaksikan itu menghampiri Benjamin dan memeluknya.

"Kau membuatku takut" Bernandez menangis penuh syukur dan memeluk erat putranya. "Maaf... ayah" gumam Benjamin membalas pelukan itu dengan rasa bersalah.

Benjamin beralih menatap Joseph yang tertidur. "Berterimakasihlah padanya, nak. Ketika aku menelponnya, ia langsung bergegas menyusulmu" ujar Bernandez seraya melepas pelukan hangat itu.

"Maaf, karena membuatmu khawatir" gumam Benjamin menunduk dalam. "Aku bangga, nak. Kau bisa mengatasi sendiri masalahmu, tanpa perlu melibatkan orang lain" jawab Bernandez mendengar itu. Benjamin menatap ayahnya terkejut. "Aku menelpon Jane dan Robert terkait keadaanmu. Dan Robert sudah terbang dari Chicago pagi ini" ujar Bernandez.

"Ayah, aku jadi merepotkannya terbang jauh-jauh dari sana ke Sitka" jawab Benjamin terkejut. "Aku selalu jujur, nak. Robert bilang tadi malam ia menelponmu tapi tidak kau angkat, jadi ia menelponku menanyakan kabarmu" ujar Bernandez tertawa kecil.

Benjamin menatap ayahnya terkejut. "Terimakasih.. ayah" gumam Benjamin tanpa sadar. "Hahaha. Kau tidak perlu berterimakasih, karena aku adalah ayahmu, dan kau adalah putraku" jawab Bernandez mendengar ucapan itu.

"Aku akan mengambilkan sarapanmu, tunggulah sebentar" pesan Bernandez bangkit lalu keluar ruangan. Tidak lama berselang, Joseph akhirnya bangun.

"Kau sudah bangun, Josh?" tanya Benjamin tersenyum menatap sahabatnya. Sejenak roh Joseph belum sepenuhnya kembali ke tubuhnya. Ia menggosok matanya. Lalu, "Ben!!" Joseph akhirnya tersadar. Ia menghampiri Benjamin lalu memeluk sahabatnya.

"Kau membuatku takut. Aku mengira aku akan menemukanmu dengan keadaan mengerikan" ujar Joseph melepas pelukan itu. "Hey, sudah aku bilang aku bisa mengatasi mereka" jawab Benjamin tertawa. Joseph tertawa setelahnya.

"Ben.." keduanya sama-sama menoleh. Marella menatap Benjamin tidak percaya. "Ben!!" dan gadis itu memeluk Benjamin. "Syukurlah" dan ia mulai menangis.

Benjamin membalas pelukan itu. "Maaf sudah membuatmu khawatir, Ella" jawab Benjamin tersenyum tenang. Pelukan itu dilepas, dan Benjamin segera menyeka air mata gadis itu.

Joseph hanya bisa tersenyum iseng melihat pemandangan itu. "Memangnya kondisiku tadi malam separah apa?" tanya Benjamin penasaran. "Garon mengatakan kau koma. Kau terbentur keras, dan terkena benda tajam. Jika saja kami terlambat menolongmu, mungkin kau sudah mati" jawab Joseph menjelaskan.

"Apa kau ingat hal terakhir yang terjadi padamu?" tanya Marella memastikan. "Aku hampir ditusuk pria itu" jawab Benjamin masih bisa mengingat sedikit. "Kau tahu, kastil itu juga bukan tempat utama para bangsawan. Lalu mereka yang ada malam itu, bukanlah keluarga inti" ujar Joseph dan seketika Benjamin dibuat terkejut mendengarnya.

"Veron, bilang mereka adalah keluarga cabang. Karena itulah kekuatan mereka tidak seberapa. Mereka adalah keluarga cabang, yang membuat surat itu. Bahkan surat yang pernah kau terima, juga dibuat oleh mereka" tambah Marella. "Jadi tujuan utama mereka sebenarnya apa?" tanya Benjamin terheran.

"Marella. Tapi bangsawan itu tidak bisa mendeteksi keberadaannya, karena Garon berhasil menetralkan aroma tubuhnya" jawab Joseph segera. "Lalu apa alasan mereka meminta bertemu denganku dan mencoba membunuh Esme?" tanya Benjamin lagi.

"Aku tidak tahu alasan mereka mengincarmu. Tapi mengenai Esmeralda, itu karena dia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki bangsawan" jawab Joseph lagi. "Sesuatu?" tanya Benjamin terheran. "Aku pernah mengatakan ia memiliki kekuatan meniru bukan? Itu adalah kemampuan langka yang tidak dimiliki mereka. Apalagi ketika mereka mengetahui, Prislly terlahir dari keluarga penyihir" jawab Marella segera. Benjamin akhirnya paham.

"Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanya Benjamin kembali khawatir. "Tenang saja, Garon sudah mengatasi hal ini. Termasuk beberapa kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi. Semua akan baik-baik saja" jawab Joseph menenangkan sahabatnya.

"Tapi aku penasaran terhadap sesuatu" Marella baru teringat satu hal. "Tentang apa?" tanya Benjamin penasaran. "Bagaimana kau membunuh ketiga vampir itu? Kau punya kekuatan?" tanya Marella dengan polos.

Benjamin tertawa kecil mendengarnya. "Aku manusia biasa, Ella. Mana mungkin aku tiba-tiba memiliki kekuatan" jawab Benjamin tertawa kecil mendengar pertanyaan itu.

"Bisa saja kau menyembunyikannya dari kami" Joseph jadi ikut memihak Benjamin. "Hei, benar juga. Kau juga bisa mengetahui di mana dua vampir yang menyerang Mia dari mana?" tanya Damian tiba-tiba muncul.

"Oh ayolah, mengapa kalian mulai menginterogasi diriku?" gumam Benjamin hanya bisa menghela nafas malas.

"Apa jangan-jangan kau penyihir?" tebak Damian dengan usil. "Benar juga" Marella justru berpikir hal yang sama. "Hey, sudah" gumam Benjamin terkekeh.

Tanpa mereka sadari, Esmeralda mendengar percakapan itu seraya tersenyum.

1
palupi
karya yg bagus thor👍
Leon I: terimakasih banyak yah kak!!
total 1 replies
palupi
ku tunggu janjimu ❤️🥰🙏
Puspa Indah
Oke baiklah! Antara plagiat karya novel terjemahan, atau kamu memang sungguh berbakat. Aku tidak terlalu suka temanya, tapi penyajian bahasa novel kamu sungguh luar biasa. Kamu tidak cocok jadi penulis di platform ini. Kualitasnya sudah kelas penerbitan 👍
Puspa Indah: Iya, aku sudah cek karya sebelumnya. Yang terakhir paling bagus cara penyajiannya. Jelas kalau kamu mengalami kemajuan kemampuan menulis. Moga suatu saat aku juga bisa seperti kamu. Salut, semoga sukses selalu. Banyaknya like dan review tidak menjamin karya bermutu. Memberikan yang terbaik, itulah penghargaan tertinggi untuk dirimu sendiri.
Leon I: haii kakk!! terimakasih atas pendapat positifnya kak. saya hendak meluruskan, ini karya original saya ya kak dan tidak ada plagiat karya lain manapun kak, terimakasihh🙏🥹
total 2 replies
Puspa Indah
Gaya penulisannya bagus. Jadi ingat novel Trio Detektif atau Goosebumps.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!