NovelToon NovelToon
Bayi Rahasia Sang Serigala

Bayi Rahasia Sang Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Manusia Serigala / Hamil di luar nikah / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.

Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Utusan Peri Yang Baik

Bab 16 -

Pagi yang cerah di istana Espencer terasa begitu tenang, hanya angin sepoi-sepoi yang mengalir melewati paviliun Putra Mahkota. Burung-burung berkicau riang di atas pepohonan, dan sinar matahari lembut menyinari halaman. Namun, di balik ketenangan itu, ada yang tidak biasa-sebuah kegaduhan yang sebentar lagi akan mengguncang istana.

Putri Arliana, dengan langkah ringan dan senyum yang tak pernah pudar di wajahnya, berjalan menyusuri koridor paviliun sambil menggandeng tali serigala kesayangannya, Frost. Serigala putih besar itu melangkah gagah di sampingnya, bulu tebalnya berkilauan diterpa cahaya matahari. Arliana baru saja kembali dari petualangan panjangnya, dan meskipun dia senang bisa kembali ke rumah, ada rasa bosan yang menggelayut di benaknya. Lagipula, kakaknya, Arion, tampak begitu sibuk akhir-akhir ini, meninggalkannya dengan sedikit hiburan.

"Baiklah, Frost," katanya sambil menepuk kepala serigala itu. "Mari kita lihat apa yang sedang dilakukan kakak di paviliunnya."

Namun, saat mereka berkeliling, sesuatu menarik perhatian Frost. Hidungnya bergerak cepat, mengendus-endus udara. Telinganya berdiri tegak, dan seketika mata biru tajamnya terfokus pada satu sosok yang bergerak di kejauhan-Victor, ajudan setia Arion, yang sedang berjalan santai di sepanjang lorong paviliun.

Sebelum Arliana sempat menyadari apa yang terjadi, Frost mendadak menarik talinya dengan kekuatan penuh, dan tanpa peringatan, serigala besar itu melesat maju, langsung mengejar Victor.

"Frost! Berhenti!" seru Arliana, tapi suaranya tenggelam oleh bunyi langkah kaki serigala putih yang berlari kencang.

Victor, yang awalnya sedang melamun, tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Dia menoleh, dan matanya membelalak ketika melihat Frost-serigala putih yang terkenal dengan ketangguhannya-berlari kencang ke arahnya, gigi-giginya yang tajam tampak dalam ekspresi seperti ingin bermain... atau mungkin menyerang.

"ASTAGA!" Victor berteriak panik sambil segera memutar tubuhnya dan berlari secepat mungkin. Meski dia sendiri adalah seorang suin serigala cokelat, bahkan dia tahu betapa seramnya serigala putih seperti Frost. Dan yang terpenting, Frost terlihat sangat bersemangat-dan bukan dalam arti yang baik.

"Aku tidak mau mati hari ini!" seru Victor sambil terus berlari, mencoba menjauh dari Frost yang semakin mendekat.

Namun, setiap kali Victor mempercepat langkahnya, Frost dengan mudah menyamainya, bahkan semakin dekat. Arliana, yang berusaha keras menahan tawa, mengikuti dari belakang sambil berseru, "Frost hanya ingin bermain, Victor! Jangan panik!"

"Bermain?!" Victor berteriak balik tanpa mengurangi kecepatannya. "Bermain denganku bisa berakhir dengan aku jadi makan siangnya!"

Victor berbelok cepat di sudut paviliun, berusaha menghindari serigala besar itu, tetapi Frost tetap mengejarnya dengan penuh semangat. Dengan setiap langkah, Frost semakin mendekat, seolah mengejek kecepatan lari Victor. "Aku serigala juga, kenapa aku dikejar?!" gumam Victor putus asa, sambil melirik ke belakang. "Tolonglah, setidaknya berikan aku sedikit kehormatan sebagai suin serigala cokelat!"

Akhirnya, setelah beberapa menit yang penuh kegaduhan, Frost berhasil mengejar Victor dan melompat ke arahnya, menjatuhkan pria malang itu dengan satu dorongan lembut. Victor terjatuh ke tanah, tertunduk dengan napas terengah-engah, sementara Frost duduk di atasnya dengan ekspresi puas. Lidahnya menjulur, tampak seolah-olah dia baru saja memenangkan permainan besar.

Arliana, yang akhirnya menyusul mereka, tertawa terbahak-bahak melihat Victor tergeletak di bawah Frost. "Oh, Victor, kau terlalu berlebihan! Lihatlah Frost, dia hanya ingin bermain!"

Victor menatap Arliana dengan tatapan putus asa, masih terengah-engah. "Aku pikir... aku akan mati tadi...." gumamnya, setengah bergurau, setengah serius.

Arliana berlutut dan menarik Frost dari tubuh Victor. Serigala besar itu menjilat pipi Victor dengan sayang, seolah meminta maaf karena telah menakutinya. Arliana masih tertawa saat Victor akhirnya duduk dan mengelus-ngelus bulu Frost

"Baiklah, baiklah, aku mengaku kalah," kata Victor dengan senyum masam. "Tapi lain kali, beri aku peringatan dulu sebelum Frost memutuskan aku adalah mainannya."

Arliana tertawa lagi sebelum menepuk kepala Frost dengan lembut. "Aku akan berusaha, Victor. Tapi aku rasa Frost benar-benar menyukaimu!"

Victor mendesah, berdiri dengan sedikit goyah, lalu menatap Arliana dengan serius. "Jadi, ada apa sebenarnya? Mengapa kau berada di sini? Aku pikir kau sedang sibuk dengan petualanganmu." Arliana tersenyum lembut, tatapannya melembut. "Aku sudah kembali, Victor. Aku pikir, dengan semua yang terjadi, mungkin kakakku akan senang melihatku lagi. Tapi... akhir-akhir ini dia tampak sangat sibuk. Bahkan aku hampir tidak bisa berbicara dengannya."

Victor mengangguk, wajahnya berubah lebih serius. "Kakakmu memang banyak menghadapi masalah akhir-akhir ini. Masalah dunia bawah, perjodohan yang dia coba hindari... semua itu membebani pikirannya."

Arliana menatap Victor sejenak, ekspresi riangnya sedikit meredup. "Aku mengerti. Tapi aku berharap dia bisa sedikit meluangkan waktu... aku sudah kembali dari petualangan panjangku, tapi tampaknya dia tidak menyadarinya."

Victor tersenyum tipis, mencoba menghibur sang putri. "Jangan khawatir, Arliana. Arion pasti akan menemui waktunya. Mungkin dia hanya butuh sedikit waktu untuk menyelesaikan semua ini."

Arliana menghela napas dan menatap jauh ke arah paviliun kakaknya. "Aku harap begitu, Victor. Aku sangat merindukannya."

Dengan senyum kecil, Arliana kembali menggandeng tali Frost dan mulai melangkah, meninggalkan Victor yang masih tertawa kecil tentang kegilaan yang baru saja terjadi.

Raja Arthur De Espencer duduk di singgasananya yang megah di ruang pertemuan pribadi, dikelilingi oleh pilar-pilar emas yang menjulang dan ukiran-ukiran indah yang menghiasi setiap sudut. Meski tampak tenang dan tegas dari luar, hatinya dipenuhi kegelisahan. Di depannya berdiri Calix, kesatria pengawal Putra Mahkota, pria yang telah ia percayakan untuk menjalankan misi penting yang sangat pribadi.

Mata Raja Arthur menatap tajam pada Calix, ekspresinya serius namun tidak terbaca. "Calix," suara Raja Arthur terdengar dalam dan penuh wibawa. "Aku sudah menunggumu cukup lama. Apa kau sudah mendapatkan informasi yang kuinginkan?"

Calix, yang berdiri tegak di hadapan rajanya, menundukkan kepala dengan hormat. Namun, ada sedikit ketegangan dalam sikapnya. la tahu, laporan yang akan disampaikannya tidak akan membuat sang raja puas, la telah melakukan yang terbaik, namun hasilnya mengecewakan.

"Yang Mulia," kata Calix, suaranya rendah, hampir berbisik. "Aku telah menjalankan perintah Anda untuk mencari tahu tentang gadis yang ditinggalkan di dunia manusia. Gadis yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam kehidupan Putra Mahkota."

Raja Arthur mengangguk pelan, menunggu Calix melanjutkan.

"Aku mengikuti jejak-jejak yang tersisa dan berusaha menemukan keberadaannya," lanjut Calix. "Namun..."

Raja Arthur mengangkat alis, tatapannya berubah tajam. "Namun apa, Calix?"

Calix menarik napas dalam-dalam, jelas merasa tertekan oleh suasana yang semakin berat. "Namun, saat aku tiba di tempat terakhir di mana gadis itu seharusnya berada... dia sudah tidak ada di sana. Seolah-olah dia lenyap begitu saja dari dunia ini. Tidak ada jejak, tidak ada tanda, bahkan tidak ada rumor tentang ke mana dia pergi."

Keheningan sejenak menyelimuti ruangan, sementara Raja Arthur menatap Calix tanpa kata. Wajah raja tetap tenang, namun jelas ada kekecewaan yang mulai merambat di balik tatapannya.

"Lenyap?" ulang Raja Arthur, nadanya datar namun menekan. "Apa maksudmu dengan lenyap, Calix? Gadis itu tidak mungkin begitu saja menghilang dari dunia."

Calix menundukkan kepalanya lebih dalam. "Aku telah mencari ke seluruh tempat yang mungkin, mengikuti semua petunjuk yang ada. Namun, sepertinya gadis itu sengaja menghilang, atau disembunyikan dengan sangat hati-hati. Seolah-olah ada kekuatan yang jauh lebih besar yang melindunginya dari penglihatan siapa pun."

Raja Arthur menyilangkan tangannya di dada, tatapannya tetap terfokus pada Calix. "Jadi kau tidak membawa kabar apa pun tentang gadis itu?"

Calix mengangguk pelan, merasa bersalah atas kegagalannya. "Aku mohon maaf, Yang Mulia. Aku gagal menemukan gadis itu.'

Raja Arthur mendesah pelan, lalu berdiri dari kursinya, melangkah perlahan ke arah jendela besar yang menghadap ke taman istana.

Pikirannya berputar, mencoba mencerna semua yang telah ia dengar. Gadis itu-gadis yang memiliki hubungan mendalam dengan masa lalu Arion-seharusnya tidak sulit untuk ditemukan. Namun, jika benar apa yang dikatakan Calix, ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di balik semua ini.

"Kau tahu, Calix," kata Raja Arthur setelah hening beberapa saat, *Gadis itu memegang kunci penting dalam kehidupan Putra Mahkota. Keberadaannya... atau ketiadaannya... bisa mengubah segalanya."

Calix tetap diam, menunggu perintah selanjutnya, meskipun di dalam hatinya ia tahu bahwa Raja Arthur kecewa dengan laporannya.

Raja Arthur kemudian berbalik menghadap Calix, matanya menunjukkan keteguhan yang tak tergoyahkan. "Aku tidak akan menyerah begitu saja. Lanjutkan pencarianmu. Temukan gadis itu.

Jika dia benar-benar menghilang, temukan siapa yang menyembunyikannya dan mengapa. Kita tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut."

Calix mengangguk dalam-dalarm, menerima perintah itu dengan keseriusan penuh. "Aku akan melakukan yang terbaik, Yang Mulia. Aku tidak akan berhenti sampai aku menemukan jawabannya."

Raja Arthur memandang kesatria setianya dengan penuh harapan, meskipun jauh di dalam hatinya, ada ketidakpastian yang terus menggerogoti. Gadis itu adalah bagian dari teka-teki yang jauh lebih besar, dan waktu semakin menipis. Kebenaran yang tersembunyi tentang siapa gadis itu dan apa yang terjadi di masa lalu Arion bisa mengancam seluruh tatanan yang mereka pertahankan selama ini.

"Lakukan dengan cepat, Calix," kata Raja Arthur, menutup percakapan itu dengan nada tegas. "Sebelum semua ini terlambat."

Calix mengangguk sekali lagi, lalu berbalik dan pergi dengan langkah mantap, meskipun dalam hatinya, dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah.

Di sudut taman kaca yang indah, tersembunyi di antara bangunan-bangunan istana yang megah, Rere duduk dengan tenang. Taman itu adalah tempat yang jarang dikunjungi, dengan dinding kaca yang tinggi dan bunga-bunga eksotis yang tumbuh di dalamnya. Cahaya matahari yang lembut menembus atap kaca, menciptakan pemandangan yang menenangkan namun sekaligus menghanyutkan dalam kesunyian. Tempat ini dekat dengan paviliun para utusan peri, namun jauh dari hiruk-pikuk istana utama-sebuah tempat di mana Rere bisa berpikir tanpa gangguan.

Sambil memandangi bunga-bunga yang bermekaran, pikiran Rere melayang jauh. Perasaannya kacau, pikirannya penuh dengan kenangan dan kekhawatiran. Di balik wajah tenangnya, ada badai perasaan yang tak kunjung reda. Sejak ia kembali ke istana ini, bayang-bayang masa lalunya dengan Arion terus menghantui.

Meski ia berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa perasaan itu sudah hilang, hatinya tidak bisa berbohong.

Namun, bisikan yang pelan-pelan menghampiri dari kejauhan menarik perhatiannya. Sejumlah pelayan tengah berbicara tidak jauh dari tempatnya duduk, tidak sadar bahwa mereka sedang didengarkan.

"Kau dengar?" salah satu pelayan berbisik penuh antusias. "Putri bungsu keluarga Vorbest, Areum, dikabarkan akan segera diangkat menjadi Putri Mahkota."

Rere seketika terdiam, tubuhnya terasa kaku mendengar kata-kata itu

"Iya," jawab pelayan lainnya. "Sepertinya perjodohan antara Putra Mahkota dan Putri Areum akan segera diumumkan. Semua orang di istana sudah membicarakannya. Keluarga Vorbest memang pandai memanfaatkan momen."

"Tentu saja. Dengan situasi retakan dunia bawah yang semakin parah, kerajaan butuh aliansi yang kuat, dan keluarga Vorbest bisa memberikan itu. Aku dengar, Putri Areum sudah mulai mendekati Putra Mahkota." Bisikan-bisikan itu terus berlanjut, namun Rere sudah tidak lagi mendengarnya dengan jelas. Kata-kata tentang perjodohan dan Putri Mahkota selanjutnya terus berputar di kepalanya, menancapkan luka yang semakin dalam di hatinya. Putri Mahkota... Arion akan menikah dengan orang lain.

Perasaan sakit yang mendalam menyapu dirinya. Jauh di lubuk hatinya, meski ia telah berusaha keras menyangkal, Rere tahu bahwa cinta yang pernah ia miliki untuk Arion masih ada, masih mengintai dalam sudut-sudut jiwanya. Dan sekarang, kenyataan bahwa Arion mungkin akan segera menikah dengan orang lain menghancurkannya.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Rere mencoba menenangkan dirinya. "Aku sudah tahu ini akan terjadi," pikirnya, berusaha keras untuk tetap kuat. "Aku sudah tahu bahwa aku dan dia tidak lagi mungkin bersama. Aku... aku harus melepaskannya. Cintaku pada Arion sudah terkikis oleh waktu dan peristiwa. Dia... dia bukan lagi milikku."

Namun, meski bibirnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri, hatinya berbicara lain. Setiap kali dia memikirkan Arion, ingatan akan masa lalu mereka kembali menghantam seperti ombak yang keras-waktu-waktu di mana mereka saling mencintai sebelum semuanya berantakan, sebelum ingatan Arion diambil darinya, dan sebelum ia harus menyembunyikan kebenaran tentang kehamilannya.

Matanya mulai memanas, tapi Rere segera menahan air mata yang hampir tumpah. "Tidak," gumamnya pelan, berusaha menguatkan diri. "Aku tidak bisa membiarkan ini menghancurkanku. Aku harus tetap tegar."

Sambil menarik napas panjang, Rere berdiri dari tempat duduknya. Dia harus meninggalkan taman ini, meninggalkan bisikan yang hanya menambah luka di hatinya. Sebelum pergi, dia melihat sekilas ke arah paviliun Putra Mahkota, yang hanya terlihat samar-samar dari taman kaca itu.

"Arion," bisiknya pelan, meskipun dia tahu tidak ada yang bisa mendengar. "Aku harap kau bahagia... walaupun bukan denganku."

Dengan langkah pelan namun mantap, Rere meninggalkan taman itu, berusaha menjauh dari rasa sakit yang terus mengejarnya. Namun, meski ia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa cinta itu sudah hilang, bayangan Arion tetap menempel di benaknya, seolah menolak untuk dilupakan begitu saja.

1
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
yumin kwan
baru Nemu....langsung marathon...
pliz jgn digantung ya ...
Zycee: sanzz ae sanz
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
Intan Nurul
menarik..sekali

bikin penasaran kisah selanjutnya
Intan Nurul
seruuuu euyy..lanjutt thoor /Determined/
RiJu
wah, ternyata rere keturunan peri
RiJu
tulisannya bagus.
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?
Zycee: mana ku tau🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!