Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Makan Malam
" Tumben!"
" Ih, kakak belum tahu sih perhatiannya, Vika bisa jamin kalau kakak akan jatuh cinta jika sudah merasakan perhatiannya!"
Aldi geleng-geleng kepala menanggapi ucapan sang adik
" Udah ah, jangan bicarakan permpuan itu malas kakak dengarnya, lebih baik kita makan malam, perut Kaka udah keroncongan!"
Vika mengikuti langkah sang kakak menuju meja makan, sesampainya di sana Aldi langsung duduk, ambil piring yang sudah tersedia, mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah terhidang benar-benar terlihat kelaparan
Vika pun mengikuti kegiatan laki-laki itu
Tidak ada obrolan di antara mereka, hanya denting sendok dan garpu yang terdengar
Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Vika memberanikan diri membuka obrolan.
" Kak, em.....besok ngantor enggak?"
Terdengar kecanggungan dari nada bicara gadis SMA itu
" Kenapa memangnya?"
Aldi menanggapi dengan nada santai
" Hehe..., Besok pagi kakak di suruh ke sekolah Vika!"
Aldi mengerutkan keningnya, merasa heran dengan apa yang tadi di ucapkan sang adik
" Jangan bilang kamu berulah lagi di sekolah?"
Aldi melayangkan tatapan tak bersahabat pada Vika
Vika masih menanggapi dengan senyum masamnya
" Nina....Nina...!" Teriak Aldi tiba-tiba
" Eh kak,jangan bilang kak Nina nanti aku kena marah!"
Ekspresi wajah Vika berubah menjadi tegang
Maaf yah kak Nina peran ku menjadi adik yang Badung tetap aku pakai agar dapat perhatian dari kak Aldi ucap Vika dalam hati
Sementara ,Aldi di bikin melongo mendengar penuturan Vika
Kok dia lebih takut dengan permpuan itu, ketimbang kakaknya sendiri? Apa dia lebih menakutkan dari aku? Aldi bertanya-tanya dalam hati
" A- ada yang bi- bisa saya bantu?" Tanya Nina dengan tergagap
Jujur untuk saat ini Nina begitu takut dengan laki-laki yang di hadapannya, dari cara memanggil namanya aja, sudah terlihat jelas bahwa mahluk tuhan yang rupawan itu sedang menahan marah.
" Jelaskan pada saya apa yang terjadi pada Vika dalam Minggu ini?"
" Maksudnya?"
Nina reflek bertanya dengan penuturan Aldi yang di rasa kurang gamblang
" Maksud saya, perubahan baik apa yang sudah terjadi pada adik saya?, terus kenapa masih ada aja panggilan dari sekolah Vika untuk menghadap?" Kali ini nada bicara Aldi di coba dengan sesantai mungkin, karena melihat raut muka Nina yang ketakutan
Sementara Nina sendiri masih berdiri mematung dengan kepala yang di tundukan
Pandangannya hanya ke lantai keramik yang di pijaknya, seperti pertemuan sebelumnya ia tidak tertarik sama sekali melihat lawan bicaranya, tentunya ia juga takut akan dosa karena memandang wajah yang bukan muhrim.
" Yang saya tahu, berangkat sekolahnya sudah rajin, ia juga berjanji pada saya bahwa tidak akan berulah di sana?"
Kali ini pandangan Nina beralih pada Vika yang tertunduk
" Vika, bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"
Nada bicara Nina tenang, tapi menggetarkan di hati Vika
" Kak Nina duduk dulu, udah makan belum?, Mumpung kita belum selesai, makan sama-sama yuk?"
Mendengar penuturan Vika yang beruntun, kali ini atensi Nina beralih ke meja makan
Ia melihat piring kakak beradik itu masih menyisakan sedikit makanan
Sepertinya mereka sudah tidak bernafsu untuk menghabiskan makanan yang masih tersisa.
" Vika jangan mencoba mengalihkan pembicaraan!"
Suara bariton itu kembali terdengar
Vika langsung kicep
Sudah cukup pegal kaki Nina untuk terus berdiri, Ia pun memutuskan untuk duduk
Setelah mengatur nafasnya Nina kembali menatap Vika,dan kembali melayangkan pertanyaan
" Solehah, bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?
Kenapa sampai ada panggilan dari sekolah?
Bukankah kamu sudah berjanji sama kakak untuk tidak berulah di sana?"
Pertanyaan Nina beruntun, tapi tetap dengan lembut dan tenang
Kali ini Aldi di buat speechless dengan penuturan Nina yang begitu lembut dan menenangkan, tiba-tiba ada desiran halus yang di rasakan oleh laki-laki itu di hatinya
" Kalau aku jujur, Kaka jangan marah yah?"
" Oke!"
" Sebenarnya dalam beberapa hari ini aku di sekolah sudah berusaha menjadi anak baik-baik kak, tapi teman-teman nongkrong aku pada keberatan, mereka mengatakan bahwa aku sok suci, aku marah dengan kata-katanya akhirnya berantem!"
Entah apa yang membuat Vika menjadi
terbuka itu terhadap permpuan yang baru di kenalnya dalam Minggu ini, berawal dari sakit, yang kemudian di rawat oleh Nina dengan sepenuh hati, Vika bisa melewati sakitnya dengan mudah, hari-hari di rasakan begitu menyenangkan, penuh perhatian, kasih sayang dan cinta, apa karena haus akan hal itu, ia dengan mudahnya luluh?
Perangainya yang selalu membuat kesal sang kaka sirna begitu saja di hadapan permpuan itu?
Tapi apakah akan luluh juga di hadapan sang kaka?
Jawabannya tidak, ya karena menurut gadis itu Aldi sosok Kaka yang pemarah, Tidak punya hati bahkan kasar dalam kata-kata.
" Astaghfirullah, tapi kamu engga papa?" Tanya Nina dengan khawatir
Ia mendekati Vika dan memeluknya
" Yang sabar yah, memang salah satu ujian untuk orang yang ingin menjadi lebih baik seperti itu!"
Aldi tidak berkedip sama sekali melihat pemandangan yang ada di depan matanya
Dua permpuan yang terlihat begitu saling menyayangi
Sebegitu baik dan perhatian kah permpuan ini?
"Ehem...."
Kedua permpuan itu saling melepas pelukannya, Nina pun kembali duduk di tempat semula
" Pokoknya saya tidak mau tahu, besok anda yang menghadiri panggilan di sekolah Vika, saya terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor, tidak ada waktu untuk menanggapi setiap ulah adikku yang menyebalkan ini!"
Aldi menghampiri Vika dan menjitak kepalnya dengan pelan
" Aaa...uuu..., Sakit kak!"
"Maaf sebelumnya tuan, tapi besok saya mau pulang?" Nina menjawab dengan rada-rada takut
" Kalau ngomong ngga usah menunduk terus bisa ngga sih?
Tidak sopan sekali!"
" Ma- maaf, kalau membuat anda terganggu, tapi saya tidak biasa ngobrol tatap-tatapan dengan lawan jenis!"
"Kenapa?" Tanya Aldi dengan kesal
" Anda yakin ingin tahu jawabannya?"
Kali ini Nina melayangkan pertanyaan seolah sedang mengejek, si tuan muda sombong
" Tidak penting, apa yang membuat anda ingin pulang, niat kerja nggak sih?
Baru 1 Minggu di sini, udah main pulang aja?"
" Loh, tapi bukannya anda yang mengatakan kalau anda di rumah, saya boleh pulang tengok ibu saya di kampung?"
Sial kenapa aku lupa dengan omongan ku sendiri Aldi menggerutu dalam hati
" Baiklah, anda boleh pulang, tapi setelah urusan di sekolah Vika selesai, biar nanti saya suruh supir untuk mengantar anda!"
" Eh, tidak usah tuan, saya bisa pulang sendiri!"
Nina sebenarnya sudah dongkol dengan kata-kata majikannya yang terlalu cerewet
Tapi apalah daya, dia tidak punya keberanian untuk menyudahi lebih dulu obrolannya dengan sang majikan
" Kalau masih membantah, saya tidak izinkan untuk pulang!"
Nina langsung kicep, ia sudah tidak berani mengeluarkan kata-kata
Laki-laki menyebalkan, bisa mendidih nih otak kalau lama berhadapan dengannya
Sabar...sabar...
Sementara Vika hanya jadi penonton diantara mereka
Kayaknya seru nih kalo kak Aldi di jodohkan dengan kak Nina! Senyum menyeringai menghias bibir Vika
Tenang aja kak, Vika akan buat, kak Aldi juga ngerasain apa yang kak Nina lakukan terhadap ku
MENJADI MANUSIA LEBIH BAIK LAGI!!!.
***
Sayup-sayup terdengar adzan subuh berkumandang,Nina sudah siap dengan mukenanya, ia melangkahkan kakinya menuju kamar Vika yang berada di lantai dua,dengan berlahan menaiki anak tangga selain karena gelap ia juga tidak mau membuat kegaduhan.
Di bukanya pintu kamar Vika, ia melangkahkan kakinya berlahan, menyalakan lampu kamar yang terang, terlihat Vika yang tertidur pulas di ranjang empuknya
" Vik, vik... Vika....Nina membangunkan gadis itu dengan mengelus pundaknya dengan lembut
Tidak menunggu waktu lama Vika langsung terbangun sambil mengucek matanya
" Jam berapa sih kak, Vika masih ngantuk?" Ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya
Nina tersenyum melihat Vika yang dirasa sangat lucu
" Sudah jam 04.30 waktunya shalat subuh, yuk shalat jama'ah?"
Nina memang sengaja setiap kali waktu shalat datang ia menemui Vika mengajaknya untuk shalat
Walau mungkin Vika awalnya terpaksa karena merasa tidak enak di ajakin terus untuk shalat, namun Nina yakin lama kelamaan gadis itu akan menyadari sebuah kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melaksanakan shalat tanpa di suruh.
Lain halnya dengan Vika, gadis itu masih terlihat malas untuk beranjak dari tempat tidur, namun setelah menyadari sebuah rencana yang sudah ia susun semalaman
Ia bergegas menuju kamar mandi
5 menit Vika sudah berwudhu dan menggunakan mukenanya
Nina membentangkan 2 sajadah di kamar Vika
" Yuk shalat!" Ajak Nina ketika melihat Vika sudah siap.
" Nanti kak, aku mau bangunin kak Aldi dulu mumpung dia di rumah, sekali-kali biar jadi imam shalat kita!" Ucap Vika dengan senyum jahilnya
Rasain kak, siap suruh bawa permpuan Sholehah ke sini, mau tidak mau Kaka juga harus belajar yah, jadi Kaka yang Soleh!
" Loh kok bengong, sana bangunin Kaka mu, keburu siang nant!"
" Tapi Kaka juga bantuin aku yah, kita bangunin sama-sama!"
Nina mengangkat kedua alisnya tidak percaya dengan apa yang ia dengar
" Ayo kak!" Vika menarik tangan Nina menuju kamar Aldi
Ceklek...
Pintu di buka dengan santainya Vika melangkahkan kakinya, tentunya masih menarik tangan Nina
" Stop vika, tolong lepas tangan Kaka, Kaka ngga mau masuk kamar kakak mu!"
Gadis itu tidak menghiraukan ucapan Nina ia tetap melangkah menyalakan lampu kamar dan mendekati Aldi yang masih terlelap
Tanpa ba-bi-bu Vika menggoncang - goncangan tubuh sang kaka
Merasa ada yang mengganggu Aldi berlahan membuka matanya
" Aaa....."
Aldi teriak mendapati dua sosok makhluk berpakaian serba putih berdiri dihadapannya
" Jangan ganggu aku, jangan ganggu aku, cepat pergi, aku masih ingin hidup!" teriak Aldi sambil mengibas- ibaskan tangannya ke makhluk itu
Ia belum menyadari bahwa dua makhluk yang di takuti adalah Vika dan Nina yang menggunakan mukenanya
" Hahahaha.....!"
Tawa Vika pecah melihat kekonyolan sang kaka
Aldi langsung membuka matanya mendengar gelagak tawa
" Vika..... apa-apa sih?" Teriak Aldi dengan penuh amarah
" Tenang dulu kak, aku ke sini bangunin Kaka, untuk ngajakin shalat subuh berjamaah, mumpung di rumah!" Ucap Vika tanpa dosa, ia pun mengedipkan matanya dan terukir senyum jahil di bibirnya
" Apa...., Kamu ngajakin Kaka shalat?
Kaka ngga salah dengar?"
Ekspresi laki-laki masih terlihat marah
" Ya nggak lah kak, ayu mumpung masih ada waktu!"
" Aku nggak mau, aku malas!"
Aldi melanjutkan tidurnya
" Astaghfirullah " Nina menghela nafas panjang saat mendapati laki-laki itu kembali terlelap
" Ayu Vik, nggak ada gunanya ngajakin kakakku yang belum tergugah hatinya!"
Nina menarik tangan Vika keluar dari kamar Aldi
Huff... Shalat hanya butuh beberapa menit, pake drama segala
Tuh laki-laki juga bener yah, nggak ada akhlak, dengan mudahnya ninggalin shalat, padahal kalau mereka tahu shalat bikin hati tenang dan adem.