NovelToon NovelToon
Jejak Cinta Dan Dosa

Jejak Cinta Dan Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Selingkuh / Mengubah Takdir / Kaya Raya / Harem
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Hidup Kirana Tanaya berubah dalam semalam. Ayah angkatnya, Rangga, seorang politikus flamboyan, ditangkap KPK atas tuduhan penggelapan dana miliaran rupiah. Keluarga Tanaya yang dulu disegani kini jatuh ke jurang kehancuran. Bersama ibunya, Arini—seorang mantan sosialita dengan masa lalu kelam—Kirana harus menghadapi kerasnya hidup di pinggiran kota.

Namun, keterpurukan ekonomi keluarga membuka jalan bagi rencana gelap Arini. Demi mempertahankan sisa-sisa kemewahan, Arini tega menjadikan Kirana sebagai alat tukar untuk mendapatkan keuntungan dari pria-pria kaya. Kirana yang naif percaya ini adalah upaya ibunya untuk memperbaiki keadaan, hingga ia bertemu Adrian, pewaris muda yang menawarkan cinta tulus di tengah ambisi dan kebusukan dunia sekitarnya.

Sayangnya, masa lalu keluarga Kirana menyimpan rahasia yang lebih kelam dari dugaan. Ketika cinta, ambisi, dan dendam saling berbenturan, Kirana harus memutuskan: melarikan diri dari bayang-bayang keluarganya atau melawan demi membuktika

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerinduan kepada ayah

Hari itu, Kirana pulang dengan langkah berat. Usaha mencari pekerjaan sejak pagi tidak membuahkan hasil. Ia hanya membawa rasa lelah dan frustrasi yang terus menghantui. Begitu membuka pintu rumah, aroma masakan yang lezat langsung menyambutnya. Di meja makan, makanan mewah tertata rapi: ayam panggang, sup krim, salad segar, bahkan dessert manis yang menggoda.

Namun, Kirana tidak tertarik. Kemarahan dan kebenciannya kepada ibunya membuat semua itu terasa hambar. Tanpa berkata apa-apa, dia melewati meja makan dan berjalan menuju kamarnya.

"Kirana, tunggu sebentar," suara Arini memanggilnya.

Kirana menghentikan langkahnya, tetapi tidak berbalik. "Apa lagi, Mah?"

"Aku sudah menyiapkan makanan enak untuk kita. Duduklah dulu, makan bersama," ujar Arini dengan nada lembut, mencoba menarik perhatian anaknya.

Kirana mendesah, kemudian berbalik dengan tatapan tajam. "Aku tidak lapar, Mah. Lagi pula, dari mana kau dapat uang untuk semua ini? Apa kau menjual sesuatu lagi?"

Arini terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Tidak, Nak. Ini... hadiah dari Haryo."

Nama itu langsung membuat darah Kirana mendidih. Ia menatap ibunya dengan penuh amarah. "Haryo? Kau masih berurusan dengannya?! Apa kau tidak cukup puas dengan apa yang dia lakukan padaku?!"

"Kirana, dengarkan aku dulu," kata Arini, suaranya memohon.

"Dengar apa, Mah? Kau ingin aku kembali dijual ke dia?!" Kirana berteriak, suaranya pecah oleh emosi.

Arini menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Haryo ingin melamar kamu, Kirana."

Kalimat itu membuat Kirana terpaku sejenak. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Melamar? Kau serius, Mah?!"

"Ya," jawab Arini dengan lembut. "Haryo bilang dia sangat menyukaimu. Dia ingin menikahimu, memberikanmu kehidupan yang layak, rumah mewah, mobil, segalanya. Kau tidak perlu bersusah payah seperti sekarang. Semua impianmu bisa tercapai jika kau mau menerima lamarannya."

Kirana tertawa sinis. "Impian? Kau pikir aku punya impian hidup dengan pria seperti dia?!"

"Kirana, aku tahu apa yang terjadi sebelumnya itu salah," ujar Arini dengan nada penuh penyesalan. "Tapi ini kesempatan baru. Haryo serius kali ini. Dia bilang dia akan memperlakukanmu dengan baik."

"Memperlakukan aku dengan baik?!" Kirana mendekati ibunya, menatapnya dengan mata yang penuh kemarahan. "Dia memperkosaku, Mah! Dia menghancurkan hidupku, dan sekarang kau ingin aku menikah dengannya?!"

"Semua orang bisa berubah, Nak," Arini mencoba meyakinkan. "Haryo bilang dia menyesal atas apa yang dia lakukan. Dia ingin menebus kesalahannya dengan memberimu kehidupan yang lebih baik."

Kirana menggelengkan kepalanya, air matanya mulai mengalir. "Kau benar-benar tidak peduli dengan aku, ya? Yang kau pedulikan hanya uang dan hidup mewah. Kau bahkan tidak melihat bagaimana aku merasa!"

"Kirana, jangan seperti itu," kata Arini dengan nada memohon. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Kau tahu betapa sulitnya hidup kita sekarang. Ini adalah jalan keluar."

Kirana mundur, memandang ibunya dengan rasa kecewa yang mendalam. "Jalan keluar? Kau ingin menjualku lagi, Mah? Aku bukan barang, aku anakmu!"

Arini terdiam, tidak bisa menjawab.

Kirana melanjutkan dengan suara yang penuh emosi. "Aku tidak akan menikah dengan dia, Mah. Aku lebih baik mati daripada hidup dengan pria seperti Haryo."

"Jangan berkata begitu, Kirana," Arini mencoba mendekatinya, tetapi Kirana mundur lagi.

"Jangan mendekat," kata Kirana dingin. "Aku muak dengan semua ini. Kau terus memikirkan uang, uang, dan uang. Apa kau pernah memikirkan kebahagiaanku, Mah? Pernahkah?"

Air mata mulai mengalir di wajah Arini. "Kirana, aku hanya ingin kita keluar dari kemiskinan ini..."

"Keluar dari kemiskinan? Kau hanya ingin hidup enak, Mah," potong Kirana. "Aku sudah tidak percaya lagi padamu. Kau adalah alasan semua ini terjadi padaku."

Kirana berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Sebelum menutup pintu, dia berkata, "Aku tidak akan membiarkan diriku menjadi korban lagi. Tidak oleh Haryo, dan tidak olehmu."

***

Di dalam kamarnya, Kirana menangis tanpa henti. Air matanya membasahi bantal, mencerminkan perasaan hancur yang memenuhi hatinya. Ia tidak pernah menyangka ibunya yang dulu penuh kasih sayang kini berubah menjadi seseorang yang rela mengorbankan dirinya demi uang.

"Dulu, Mama begitu peduli," gumam Kirana, suaranya serak karena menangis. "Tapi sekarang? Mengapa semua ini harus terjadi?"

Kirana menggenggam bantalnya erat. Ia mulai merindukan sosok ayahnya yang, meskipun kini berada di penjara karena korupsi, pernah menjadi pelindung keluarganya. Pikiran tentang ayahnya memberinya sedikit keberanian.

Keesokan paginya, setelah bangun dengan mata yang sembap, Kirana memutuskan untuk mengunjungi ayahnya di penjara.

"Mungkin Papa bisa memberiku jawaban," pikirnya.

Saat sarapan, Arini memperhatikan Kirana yang sedang bersiap-siap.

"Kau mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Arini dengan nada curiga.

"Aku mau menemui Papa," jawab Kirana singkat, tanpa menatap ibunya.

Arini terdiam sejenak, tampak tidak nyaman. "Apa yang mau kau bicarakan dengannya? Dia sudah tidak bisa membantu kita, Kirana."

"Setidaknya Papa tidak pernah menjual aku seperti barang dagangan," balas Kirana tajam.

Arini terkejut mendengar jawaban itu, tapi tidak berkata apa-apa lagi. Kirana mengambil tasnya dan pergi dengan langkah mantap.

Sesampainya di penjara, Kirana melewati proses pemeriksaan dan akhirnya dipertemukan dengan ayahnya di ruang kunjungan. Sosok pria paruh baya dengan wajah yang mulai menua dan lelah itu duduk di balik meja. Matanya berbinar ketika melihat Kirana.

"Kirana! Kamu datang," ujar ayahnya, Rangga, dengan senyuman kecil.

Kirana mendekat dan duduk di hadapannya. "Papa, apa kabar?"

Rangga menghela napas panjang. "Seperti yang bisa kau tebak. Tidak ada yang istimewa di sini. Tapi melihatmu datang hari ini membuat Papa bahagia. Kamu sendiri bagaimana, Nak?"

Kirana tidak langsung menjawab. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Tapi akhirnya ia berkata, "Papa... hidupku berantakan."

Rangga menatap putrinya dengan rasa bersalah. "Maafkan Papa, Kirana. Semua ini salah Papa. Jika Papa tidak serakah, kalian tidak akan menderita seperti ini."

Kirana menggeleng pelan. "Papa tidak sepenuhnya salah. Tapi... Mama. Dia sudah berubah, Pa."

"Berubah bagaimana?" tanya Rangga, bingung.

Kirana menatap ayahnya, air matanya mulai mengalir. "Mama menjual aku, Pa. Dia menjual keperawananku kepada pria kaya untuk uang."

Rangga terdiam, wajahnya berubah pucat. "Apa? Apa maksudmu, Kirana?"

"Pria itu, Haryo, dia memperkosaku, Pa. Mama tahu semua itu. Bahkan Mama yang merencanakan semuanya," ungkap Kirana dengan suara bergetar.

Rangga mengepalkan tangannya, napasnya memburu. "Tidak! Tidak mungkin! Arini tidak mungkin melakukan itu kepadamu! Dia ibumu, Kirana!"

"Dia melakukannya, Pa," kata Kirana sambil menghapus air matanya. "Dia bilang ini semua demi uang, demi keluar dari kemiskinan. Tapi aku merasa seperti... aku hanya alat baginya sekarang."

Rangga memejamkan matanya, mencoba mencerna informasi itu. Hatinya terasa seperti dihantam batu besar.

1
Wega kwek kwek
semoga kirana itu darah daging mu Haryo biar kapok
Wega kwek kwek
ayo semangat kak author,,,,kita tunggu updatenya
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
kok yh like dikit ya
Lucky One: makasih ya, udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
hadir thor
Yuniarti Yuniarti
lg 10persen
Ninik
semoga aja Kirana darah daging Haryo biar Haryo menyesal dan hancur
Ninik
ya Alloh ada ya seorang ibu yg tega menjual anaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!