NovelToon NovelToon
The Secret Behind Love

The Secret Behind Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: jhnafzzz

"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.

Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.

Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Dia lagi?

Pagi itu, Karuna terbangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Matahari sudah mulai mengintip dari balik jendela kamarnya. Setelah meregangkan tubuh, ia segera bangkit untuk mempersiapkan pagi seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini—Dirga tidak datang menjemput. Semalam, pria itu mengabari kalau ada meeting penting di kantornya dan ia tidak bisa membantu mengantar Ethan ke sekolah.

Karuna menghela napas panjang. “Baiklah, kembali ke rutinitas seperti biasa,” gumamnya sambil menyiapkan seragam Ethan yang sudah digantung rapi di belakang pintu kamar.

Tak lama kemudian, Ethan keluar dari kamarnya, masih mengucek-ngucek mata. “Ma, hari ini Om Dirga nggak ikut antar aku ya?” tanyanya polos.

Karuna tersenyum, membungkuk untuk mengusap kepala anaknya. “Nggak, sayang. Om Dirga lagi sibuk kerja. Jadi hari ini kita naik bus aja, ya.”

Ethan mengangguk tanpa banyak protes. Ia memang anak yang pengertian, meskipun sedikit kecewa karena tidak ada Dirga yang biasanya suka bercanda di perjalanan.

Setelah sarapan sederhana dan memastikan semuanya sudah siap, Karuna dan Ethan bergegas keluar rumah. Untungnya, halte bus hanya beberapa langkah dari kos mereka. Karuna menggenggam tangan Ethan erat-erat sambil menunggu bus datang.

“Ma, nanti aku duduk di jendela ya. Aku mau lihat mobil-mobil yang lewat,” ujar Ethan dengan penuh semangat.

“Boleh,” jawab Karuna sambil tersenyum kecil. “Tapi jangan lupa pegang Mama, ya. Jangan sampai kepalanya nempel ke kaca.”

Tak lama, bus yang mereka tunggu tiba. Karuna menggiring Ethan naik sambil memegang tas sekolahnya. Mereka memilih tempat duduk di bagian tengah, di mana Ethan bisa menikmati pemandangan luar.

Bus perlahan melaju, meninggalkan halte. Ethan langsung menempelkan pandangannya ke jendela, mengamati jalanan yang mulai ramai.

“Ma, lihat deh, ada mobil polisi!” seru Ethan sambil menunjuk ke luar.

Karuna hanya mengangguk sambil tersenyum, membiarkan anaknya menikmati perjalanan. Meskipun tidak ada Dirga yang menemani mereka pagi itu, Karuna merasa Ethan masih bisa menemukan kebahagiaannya sendiri dengan cara sederhana seperti ini.

Namun, saat perjalanan hampir sampai, Karuna merasa sedikit bersalah. Dirga biasanya membawakan mereka camilan atau minuman kecil untuk bekal Ethan. Hari ini, ia hanya membawa botol air dan kotak makan biasa.

“Ma, nanti pulang kita naik bus lagi?” tanya Ethan tiba-tiba, membuyarkan lamunan Karuna.

“Kayaknya iya, sayang. Tapi Mama akan lihat dulu nanti ya, kalau sempat kita coba naik angkot,” jawab Karuna sambil mengusap pipi Ethan lembut.

Sesampainya di sekolah, Karuna mengantar Ethan ke gerbang seperti biasa. Ethan yang sudah lebih percaya diri langsung melambaikan tangan ke beberapa teman sekelasnya yang baru datang.

“Dadah, Ma! Aku masuk dulu ya!” katanya sambil melambaikan tangan.

Karuna menunduk untuk memeluk Ethan sebentar. “Hati-hati di dalam, ya. Jangan lupa makan bekalnya.”

Ethan mengangguk semangat sebelum berlari masuk ke dalam sekolah. Karuna berdiri sejenak di depan gerbang, mengawasi anaknya yang sudah hilang di balik pintu besar sekolah itu.

Dengan napas lega, Karuna berjalan pelan ke arah halte bus untuk pulang. Meskipun hari itu terasa sedikit sepi tanpa kehadiran Dirga, ia merasa cukup puas bisa mengantarkan Ethan seperti biasa.

Saat sampai di rumah, Karuna merasa ada yang kurang. Biasanya, Dirga suka mampir untuk minum kopi atau sekadar ngobrol sebentar setelah mengantar Ethan. Tapi hari itu, kosnya terasa sunyi.

Ia melirik meja dapur, lalu memutuskan untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Sambil menyeruput kopi hangat itu, Karuna duduk di meja makan, membiarkan pikirannya melayang.

“Aku terlalu bergantung sama Dirga akhir-akhir ini,” pikirnya.

Meski begitu, di sudut hatinya, ia tak bisa memungkiri bahwa kehadiran Dirga telah membawa warna baru dalam hidupnya. Entah apa yang akan terjadi ke depannya, tapi Karuna tahu ia harus tetap fokus pada Ethan dan dirinya sendiri dulu.

“Baiklah,” gumamnya sambil menatap jam dinding. “Masih banyak waktu sebelum jemput Ethan. Mungkin aku bisa bersih-bersih dulu.”

Dengan semangat baru, Karuna mulai merapikan kosnya, merasa lebih kuat menghadapi hari-hari tanpa terlalu bergantung pada siapa pun.

Panas matahari siang itu cukup terik. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ia segera bersiap-siap untuk menjemput Ethan dari sekolah. Perasaan lega dan semangat selalu muncul setiap kali ia membayangkan melihat anaknya keluar dari gerbang dengan senyum lebar.

Sambil berjalan menuju halte bus, Karuna merasa cukup tenang. Tidak ada Dirga yang menemani, tapi ia merasa sudah lebih percaya diri untuk mengurus segalanya sendiri. Sesampainya di sekolah Ethan, Karuna berdiri bersama para orang tua lain yang juga menunggu anak-anak mereka pulang.

Tidak butuh waktu lama sebelum bel sekolah berbunyi, dan gerbang mulai dipenuhi suara riuh anak-anak yang keluar dengan tas mereka. Karuna melambaikan tangan, mencari sosok Ethan di antara kerumunan.

Tiba-tiba, suara Ethan terdengar, memecah keheningan dalam pikirannya.

“Papa!” teriak Ethan dengan suara nyaring, penuh semangat.

Karuna membelalak, hatinya terhenti sesaat. “Papa?” gumamnya, bingung. Ia segera menoleh ke arah suara Ethan, dan di sanalah Damian berdiri, tersenyum kaku dengan tangan terentang.

Ethan langsung berlari ke arahnya tanpa ragu, memeluk Damian erat-erat. Pria itu tersenyum tipis, kemudian membalas memeluk Ethan dengan lembut.

Karuna berdiri terpaku di tempatnya. Jantungnya berdetak kencang, bercampur antara marah, bingung, dan khawatir. Ia tidak pernah menyangka Damian akan muncul di sini, apalagi menemui Ethan tanpa memberi tahu dirinya terlebih dahulu.

“Damian,” Karuna memanggil, suaranya rendah tapi penuh tekanan. Langkahnya cepat menghampiri mereka.

Damian menoleh, masih memegang bahu Ethan yang tampak sangat bahagia. “Karuna,” sapanya dengan nada hati-hati.

Karuna menghentikan langkahnya tepat di depan mereka. Wajahnya tegang, tapi ia berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang agar tidak membuat Ethan khawatir. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya langsung.

Damian menarik napas panjang sebelum menjawab, “Aku hanya ingin melihat Ethan. Aku… aku cuma kengen dia.”

Karuna menatap Damian tajam. Rasa marah yang selama ini ia tekan perlahan muncul ke permukaan. “Kamu pikir setelah semua yang terjadi, kamu bisa begitu saja muncul dan menemui dia?”

Ethan, yang masih memeluk Damian, menatap Karuna dengan ekspresi bingung. “Ma, kenapa Mama marah sama papa?”

Hati Karuna langsung mencelos mendengar kata-kata anaknya. Ia tidak ingin membuat Ethan terjebak dalam situasi ini, tapi rasa sakit yang Damian tinggalkan dulu membuatnya sulit untuk bersikap santai.

Damian menunduk, menatap Ethan dengan lembut. “Ethan, sayang, bisa kamu main dulu sebentar sama teman-teman kamu? Papa sama Mama mau bicara sebentar.”

Ethan tampak ragu, tapi akhirnya ia mengangguk. “Oke, Papa. Tapi jangan pergi lagi ya,” pintanya sebelum berlari ke arah temannya yang masih bermain di halaman sekolah.

Setelah Ethan menjauh, Karuna langsung menatap Damian dengan penuh emosi. “Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan? Kamu nggak pernah peduli sebelumnya, dan sekarang kamu tiba-tiba muncul, bikin semuanya lebih jadi rumit.”

Damian mendesah, suaranya terdengar tulus meski Karuna sulit mempercayainya. “Aku tahu aku salah, Karuna. Aku tahu aku sudah menyakitimu. Tapi aku cuma mau lihat Ethan, aku datang kesini cuma itu kok. Dan cuma mau memastikan dia baik-baik aja."

Karuna menyilangkan tangan di dadanya, mencoba menahan diri agar tidak meledak di depan umum. “Lihat? dia baik-baik aja kan? Kamu tahu dia selalu baik-baik aja, Damian. Aku yang mengurus dia, aku yang ada di sana saat dia butuh seseorang.”

Damian mengangguk pelan. “Dan aku bersyukur untuk itu, Karuna. Tapi aku ingin terlibat. Aku tahu mungkin udah terlambat, tapi aku nggak mau kehilangan kesempatan ini. Ethan anakku juga.”

Kata-kata itu membuat hati Karuna semakin panas. Ia ingin meluapkan semua kemarahan yang selama ini ia simpan, tapi tatapan Damian yang penuh penyesalan membuatnya sedikit ragu.

“Damian, aku nggak mau Ethan kecewa lagi. Kalau kamu datang cuma buat numpang rasa bersalah, lebih baik kamu nggak usah muncul sama sekali.”

Damian menatap Karuna, matanya tampak penuh kesedihan. “Aku nggak datang untuk itu, Karuna. Aku datang karena aku ingin menjadi ayah yang lebih baik. Aku tahu aku nggak pantas, tapi aku ingin mencoba. Kumohon, beri aku kesempatan.”

Karuna terdiam, hatinya berperang. Di satu sisi, ia tahu Damian punya hak untuk melihat anaknya. Tapi di sisi lain, ia takut kehadiran Damian hanya akan membuka luka lama dan membuat Ethan terluka jika Damian pergi lagi.

Sebelum Karuna sempat menjawab, Ethan berlari kembali ke arah mereka, wajahnya berseri-seri. “Papa, Mama, aku udah selesai main! Yuk, kita pulang!”

Damian menatap Ethan dengan penuh kasih, sementara Karuna hanya bisa menghela napas. Ia tahu ini bukan tempat untuk berdebat lebih jauh.

“Ethan. Ayo kita pulang,” jawab Karuna akhirnya, suaranya terdengar datar meninggalkan Damian yang Masih berdiri dibelakangnya.

1
Santi Husain
Buruk
Kei Kurono
merasa terhubung dengan tokoh-tokoh dalam cerita.
Alhida
Terpesona☺️
Alucard
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!