Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Keberangkatan Nenek & Kakek
"Nek, Reni akan merindukan nenek, nenek jangan lama² ya!!" sedihnya serta memeluk neneknya sayang.
"Nenek hanya liburan cucu, nenek sayanggg Reni," dipeluk dan dikecup pucuk kepala cucunya itu.
"Iya nek, rindukan aku ya," hehehe sambil melapaskan pelukan dan berpindah ke kakek.
"Kakek tidak usah ikut ya? Nanti siapa yang temani aku ke kebun sambil jalan²? Siapa yang ku temani tidur di rumah bibi kalau kakek pergi ke Selatan?" membujuk dengan wajah sendunya hingga berkaca².
"Kakek sebentar Cucu, hanya temani nenek berlibur, nanti kakek kembali lagi kesini." peluknya lalu mengecup pucuk kepala cucunya dengan sayang, begitu pula yang dilakukan kepada Nayla dan Naysa.
"Dada Kakek dan Nenek." Mereka melambaikan tangan seraya mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah bibi Siti.
......................
Kembali ke rutinitas semula seperti sekolah, mengaji, bermain semua berjalan normal.
"Yah, sekarang musim bola ya?" tanya Reni.
"Iya, TIMNAS lawan luar negeri."
"Kapan bertanding yah?"
"Nanti malam kayaknya mulainya, paling jam 10 an lah!" ujar Ayah Ahsan menjelaskan.
"Seru itu kalau nonton bareng."
"Tidak usah nonton, waktunya tidur itu jam 10 an, besok sekolah Ren!" ucap ayah tegas.
"Iya Yah," berlalu hendak meninggalkan ruang keluarga.
***
Beberapa minggu kemudian
"Assalamu'alaikum, bi Wati bisa ke rumah sama paman?" Dani kemenakan paman Surya. Kalau Reni dan adik²nya kemenakan bibi Siti.
"Waalaikumsalam, ada apa Dani?" ayah Ahsan dan bu Wati menjawab salam bersamaan, lalu ayah Ahsan kembali bertanya.
"Ada kabar duka paman, untuk lebih jelasnya paman kesana saja karena saya kurang paham." jawabnya jujur, Dani sudah SMP kelas 7.
"Oh iya saya akan bersiap kesana Dan."
"Saya pulang dulu paman." segera kembali pulang karena masih ada kesibukan yang harus dia kerjakan.
***
"Bu, sebaiknya kita bersiap kesana!"
"Iya ayah." mereka pergi bersama setelah siap. Naysa diajak oleh ibu sedangkan Reni dan Nayla berada di kamar Reni karena sedang cerita² tentang anak² di sekolah.
***
"Tadi itu ada kak Dani datang panggil ibu dan ayah, ada apa ya de?"
"Mana ku tau kak, aku tidak paham kak."
"Hhm kamu itu!" gerutu Reni seraya mengambil buku pelajaran, ayah dan ibu hanya pamit untuk pergi ke rumah bibi Siti tapi tidak memberitahukan alasannya.
"Kerja PR yuk?, kamu bantu aku bisa de?"
"Pelajaran kita beda kak!"
"Iya sih, tapi kamu rajin belajar de dan dapat peringkat kelas terus, masuk 3 besar kan!" pertegas Reni sang kakak.
"Iya sih, tapi kakak juga pintar meski hanya 5 besar."
"Iya juga yaa, memang pintar kamu de!" pujinya seraya tersenyum lembut.
"Kalau gitu kerja tugas sama² aja yuk kak, kayaknya ada PR ku belum selesai."
"Ayo, siapa takut!"
Seusai mengerjakan tugas rumah mereka ingin menyusul ayah dan ibu yang belum kembali.
"Kok ayah dan ibu lama ya kak?"
"Iya juga ya de, ayo kita susul saja de! Bereskan bukumu de, kita ke rumah bibi sekarang."
"Iya ayo kak." semangat Nayla.
......................
"Kok ramai ya de", ada beberapa keluarga dan tetangga yang datang.
"Eh, kalian sudah nyusul, ayah baru saja mau pulang."
"Kenapa yah?" tanya Reni mewakili pertanyaan Nayla juga.
"Nenek meninggal di Selatan."
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun." menangislah mereka.
"Nenek ninggalin kita yah." huhuhu, ayah memeluk kedua anaknya.
"Sudah takdir nenek itu, sebaiknya kalian doakan nenek supaya diterima disisi Allah swt." nasehat ayah.
"Sana temui ibumu di kamar bibi." mereka mengangguk patuh lalu menuju kamar bibi Siti.
**
"Huhuhu mama kenapa pergi tinggalin aku," bibi Siti menangis seraya meraung memanggil mamanya.
"Sssttt sudah, tidak baik mama ditangisi begitu, sebaiknya berwudhu, mengaji dan kirim doa buat almarhumah mama." ujar Ibu Wati menasehati iparnya.
"Mb, kenapa mama sampai meninggal disana?" huhuhu.
"Sabar, sudah takdir mama itu de. Sekarang perbanyak doa, itu yang mama butuhkan."
"Iya Mb." Ibu Wati masih memeluk iparnya supaya lebih tenang, sedangkan Reni dan Nayla masih di pintu depan kamar, belum masuk karena mendengar percakapan ibu dan bibinya.
Setelah tenang, ibu Wati bertanya pada bibi Siti. "Apa kepalamu pusing?"
"Iya Mb,"
"Cucilah wajahmu lalu istirahat dulu, biar Mb yang urus tetangga yang datang."
"Terima kasih Mb." bibi bergegas melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. "Tidak mudah kehilangan apalagi orang yang paling kita sayangi, kalau bicara memang mudah tapi kenyataannya sangat susah ya Allah. Tolong aku agar ikhlas ya Allah," gumamnya dalam hati seraya kembali masuk ke dalam kamar.
Tidak banyak warga yang datang, hanya beberapa tetangga dan kerabat dekat yang turut berbela sungkawa karena jenazah berada di Selatan (Mangku Tanah). Yang datang tidak hanya mendengarkan ceramah atau ta'ziah tetapi datang untuk mengaji serta mengirimkan doa kepada yang telah berpulang kepada Allah.
***
"Sampai kapan ramai terus disini?" tanya Nayla pada Reni.
"Insya Allah sampai malam ke tujuh, orang akan datang kirim doa atau ta'ziah serta menghibur keluarga yang ditinggalkan", jawab ustadz Anwar.
"Begitu ya ustadz," jawabnya polos.
"Iya, Nay harus rajin kirim doa buat nenek karena Nay anak sholehah, kalau di rumah shalat gak?"
"Shalat kadang juga gak ustadz," jujur tapi malu².
"Kalau di rumah shalat yaa sama kak Reni juga, karena shalat itu wajib de," jelas ustadz Anwar.
"Iya ustadz."
***
Hari hari berlalu, waktunya semester atau ujian akhir sekolah.
"Ren belajar, katanya mau ujian, nanti tidak naik kelas kalau malas kak!" perintah ibu Wati.
"Iya bu sebentar lagi, masih asyik ini main wayang, iyakan de?" mencari teman persetujuan bermain.
"Sebentar lagi bu." jawab Nay juga.
"Kalau tidak belajar ibu sita mainannya," ancam ibu mode galak.
"Ya bu," jawab mereka kompak.
"Ayo de belajar dulu nanti kita main lagi, tapi kumpulkan sini aja gak apa²!"
"Kalau disimpan sini nanti hilang disembunyikan ibu kak, gimana sih," gerutunya seraya membawa mainan ke dalam kamarnya.
"Lah kenapa dibawa ke kamarmu? Simpan di lemari depan saja de!"
"Biar enak kalau mau main lagi kak, ayo belajar di kamarku saja," hehehe muncul ide jahil.
"Ayo dah." mereka sepakat belajar di kamar Nay sambil membawa mainan wayang.
***
"Ya Allah anak², kok masih main? Sudah belajar apa belum?" muncul mode marah, kesal dalam hatinya ibu Wati.
"Sudah bu, ini bukunya!" jawab Reni memelas. "Nanti belajar lagi bu, sekarang istirahat capek!" lanjutnya.
"Awas ya kalau sampai jelek nilainya!" ancam ibu hendak pergi melangkahkan kaki namun diurungkan dan berbalik.
"Nanti kalian pergi bantu ayah cari ramban di kebun supaya cepat selesai karena ayah kurang sehat." lanjutnya.
"Iya bu,"Jawab Reni.
***
Ba'da ashar Reni pergi ke kebun cari ramban atau pakan kambing bersama ayah.
"Nay ayo ikut ke kebun!" ajak Reni.
"Aku di rumah saja kak mau belajar biar pintar!"
"Kamu ini, tadi saja disuruh belajar malah main, sekarang diajak ke kebun malah mau belajar, huh nyebelin!" gerutunya meninggalkan Nayla di kamarnya menuju sepeda.
"Yah ayo berangkat", ajaknya.
"Nayla mana? Kok kamu sendiri?" tanya ayah penasaran.
"Dia di rumah saja yah, mau belajar katanya," jawabnya sambil cemberut.
"Ya sudah ayo, kamu bisakan bawa sepeda itu?"
"Bisa yah. Ayah bolehkah aku minta sepeda baru yang cocok untukku?" tanyanya dengan suara pelan yang masih didengar ayah Ahsan.
"Nanti ya, kumpul uang dulu Ren. Ayo berangkat nanti keburu sore."
"Iya yah," jawabnya sedih.
***
"Segitu susahnya kalau pengen sesuatu, aku harus kerja keras dan menabung, aku harus hemat. Ya aku pasti bisa!" memberi semangat pada diri sendiri.
***
"Ren, kamu tunggu di bawah biar ayah yang panjat pohonnya untuk ambil ramban, nanti kamu kumpulkan saja dekat sepeda nak." sebenarnya ada motor Supra Fit tapi hanya dipake sesekali, sekarang mereka bawa sepeda masing².
"Iya ayah, Reni akan tunggu disini." jawabnya. "Kasihan ayah harus manjat pohon segala kalau cari ramban, sesusah itu ya kerja!" gumamnya pelan.
"Ibu juga sibuk kerja menjahit, malah aku ambili uang yang mereka kumpulkan. Maafkan Reni ya Allah." berdoa dalam hati.
"Eh, sudah ada daun gamalnya, waktunya kumpulkan semangat!" ucapnya pelan menuju daun gamal.
"Semua dikumpulkan yah? Banyak juga ya!"
"Iya harus banyak, kalau sedikit nanti kambingnya kelaparan malam²."
"Gitu ya yah!" hhhmm sambil manggut² kepalanya.
"Susah juga kerja ya yah!"
"Iya makanya kamu harus jadi anak sukses, rajin sekolah, belajar, biar kerjanya nanti enak hanya pegang pulpen. Jangan Oon (bodoh)!"
"Iya ayah." jawabnya sedih, tersinggung dengan kata Oon, entahlah perasaannya sensitif!
"Kalau sudah selesai dikumpulkan nanti biar ayah ikat baru pulang." turun dari pohon dan menuju ke kebun yang ada pohon coklatnya.
"Iya ayah, ini tinggal sedikit lagi."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung
Jangan lupa like, komen, dan share yaa ♡♡♡