Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 27 Rumah Makan
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (28)
Sementara itu, Rama mendekati istrinya yang sedang duduk di kursi di bawah pohon di halaman rumah Tante Indah.
" Ayo pulang!," ajak Rama sambil menggendong Faisal dan membawanya ke mobil.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Hening, suasana di mobil sungguh membuat Salma tidak nyaman. Ia tidak tahu apa saja yang tadi di bicarakan di dalam karena merasa suasananya tidak bagus untuk Faisal.
Bersyukur Salma selalu membawa headphone di tasnya. Bukan sebuah kebetulan melainkan memang sengaja di persiapkan untuk berjaga-jaga saat ada kondisi yang tidak bisa kita kendalikan.
Salma belajar dari pengalaman. Dulu, Faisal pernah mendengar anak remaja yang berkata kasar saat sedang bertengkar dengan temannya di sebuah taman. Ternyata, saat ia marah semua kata-kata kasar yang ia dengar di taman tadi ia ucapkan.
Hingga butuh waktu sampai Faisal benar-benar melupakan kata-kata,itu. Pernah pula ia mendengarkan obrolan orang dewasa. Hingga banyak pertanyaan yang Salma sampai gelagapan untuk menjawabnya.
Tak ingin lagi otak anak sambungnya teracuni, Salma mencari cara untuk mencegah semuanya agar tidak terulang sampai akhirnya ia menemukan cara itu.
" Bun, kenapa Ical harus pakai ini?,"
" Karena ada perkataan yang tidak boleh di dengar oleh anak kecil."
" Kenapa tidak boleh di dengar?,"
" Karena itu kata-kata yang tidak baik."
" Tapi, kenapa mereka mengatakannya?,"
" Karena orang yang sedang marah tidak bisa menjaga lidahnya untuk berkata baik. Untuk itulah Rasulullah menyuruh kita diam saat kita marah. Karena orang marah bicaranya suka tidak baik dan kaang mengeluarkan perkataan yang di benci Allah. Bunda takut Ical mengatakan perkataan buruk yang Ical dengar dari orang yang sedang marah. Apa Ical mau di benci Allah?
" Tidak Bunda. Nanti Ical tidak boleh masuk surga. Kan Allah yang punya surga."
Setelah mendengar jawaban Bundanya, Faisal tidak lagi mempertanyakan saat ia di pakaikan headphone kepadanya. Itu artinya ada obrolan yang tidak boleh di dengar olehnya.
Anak seusianya memang selalu ingin mencoba hal baru. Ia pun selalu ingin tahu sehingga kalau kita salah menjelaskan bisa berakibat fatal.
" Mama mau pulang atau menginap saja?," tanya Rama sambil sekilas melihat ibunya dari kaca spion.
" Pulang saja. Mama sudah berjanji untuk mengajak Ical jalan-jalan ke taman bersama teman Mama yang juga akan membawa cucunya, Leon." jelas Bu Marisa.
Seperti biasa, weekend memang Faisal selalu menginap kecuali Rama ada agenda jalan-jalan bersama keluarga kecilnya di hari Minggu.
" Baiklah."
Rama melirik ke arah Salma yang menggendong Faisal yang sudah nyenyak dalam pangkuannya.
Setelah mengantarkan Faisal dan Bu Marisa, keduanya kembali pergi.
" Kita mau kemana, mas?," Salma heran karena jalan yang di laluinya bukanlah menuju rumahnya.
" Hari ini temani mas seharian . Mumpung Ical ada di rumah Mama. Kita ke rumah makan, setelah itu kita jalan-jalan. Sekalian makan siang. Kamu pasti sudah lapar." Jawab Rama tersenyum ke arah istrinya.
Salma pun menganggukan kepalanya membalas senyuman suaminya.
Setelah sampai keduanya langsung masuk ke dalam ruangan Rama. Tidak lupa Rama mengunci pintu walaupun karyawannya tidak ada yang berani masuk sebelum di izinkan.
Namun, ada satu orang yang akan masuk tanpa mengetuk pintu. Siapa lagi kalau bukan Andre sang sahabat.
" Sayang, duduklah disini." Rama memanggil Salma yang memperhatikan ruangan suaminya yang tampak berubah dari terakhir ia berkunjung. Banyak foto ia dan suaminya juga Faisal yang terpajang sekarang.
Salma menurut dan duduk di samping suaminya.
Rama langsung merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha sang istri sebagai bantal. Ia menyusupkan kepalanya ke perut sang istri sambil melingkarkan tangannya di pinggang Salma.
Rama menghirup aroma sang istri yang selalu membuatnya tenang.
Salma membiarkan Rama melakukan apa yang ia ingin lakukan. Ia tahu pasti,bahwa apa yang terjadi saat di rumah Tante Indah cukup menguras emosi. Walaupun Salma sendiri tidak tahu apa saja yang tadi dikatakan suaminya di sana.
Salma hanya mengusap kepala sang suami tanpa berani banyak bertanya dulu. Ia membiarkan suaminya menenangkan diri terlebih dahulu sampai akhir Salma mendengar dengkuran halus.
Salma hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Saking nyamannya, suaminya malah tertidur.
Salma menciumi kepala suaminya yang masih menghadap ke arah perutnya. Ia lebih senang melakukan hal itu saat suaminya tidur, karena bila ia melakukan saat suaminya terjaga, ia selalu dikatakan menggodanya dan berakhir dengan olahraga di atas ranjang.
Hingga tanpa sadar, Salma pun ikut terlelap.
Rama terbangun lebih dulu. Ia mengucek matanya dan baru tersadar telah tertidur di pangkuan istrinya.
Ia langsung duduk dan melihat ke arah jam dinding. Ternyata sudah lebih dari satu jam ia tertidur.
Marasa kasihan karena istrinya tertidur dengan posisi duduk, Rama membaringkan tubuh istrinya. Salma tidak terbangun sedikit pun.
" Seperti biasa." Rama tersenyum. Istrinya kalau sudah tidur memang tidak mudah terjaga. Itu pula yang membuatnya mudah memindahkan Salma ke kamarnya saat Salma tidur di kamar Faisal.
Rama beranjak ke meja kerjanya setelah puas mengecupi wajah istrinya.
Ia memeriksa laporan rumah makannya dengan serius sampai terdengar suara ketukan.
Rama membuka pintu dan terlihat seorang pelayan laki-laki yang membawa secangkir kopi di hadapannya.
" Terimakasih, Jal."
" Sama-sama, Pak." Rijal, pelayan yang diminta Rama mengantarkan kopi itu pun kembali ke tempatnya.
" Kamu sudah bangun, sayang?," Rama melihat istrinya yang sudah membuka mata saat membalikkan badannya.
" Hmm." Salma hanya berdehem sambil duduk.
"Mau makan dulu?,"
" Aku mau sholat Dzuhur dulu kayaknya. Baru nanti makan."
" Ya sudah, makanannya biar mas pesankan biar di siapkan dari sekarang. Kamu mau makan apa?,"
" Ikan bakar saja, mas. Aku lagi mau makan itu." Salma berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
" Kamu yakin? Bukannya kamu tidak suka ikan?,"
" Entah lah, Mas. Tiba-tiba penasaran sama rasanya."
Rama tidak banyak bertanya lagi, ia langsung menghubungi pihak dapur untuk membuatkan pesanannya juga istrinya.
Ceklek
Pintu terbuka dari luar membuat Rama langsung mengarahkan pandangannya.
" Kenapa kamu masuk tanpa izin?," tanya Rama saat seorang pelayan wanita masuk membawa nampan berisi makanan yang Rama pesan.
Sementara Salma masih melaksanakan sholat di sudut ruangan yang di batasi rak buku sebagai sekat pemisah.
" Sa_saya mengantarkan pesanan anda, Pak." Jawabnya tergagap. Ia merasa takut dengan tatapan atasannya.
" Rijal kemana? Kenapa kamu yang mengantarkannya?,"
" Emm, itu. Rijal meminta saya menggantikannya karena ia masik sibuk."
Tok...Tok... Tok...
" Masuk."
Pintu terbuka menampakkan sosok Rijal yang sedang mereka bicarakan.
Deg
" Maaf, Pak. Saya menyusul kesini karena tadi, Indah bilang pesanan bapak yang harusnya saya antar sudah di bawa Esti," jawabnya membuat Esti salah tingkah.
Rama mengerutkan keningnya. Perkataan dua orang di depannya ini bertolak belakang. Rama memperhatikan keduanya secara bergantian.
" Bisa kamu jelaskan, Esti?," tatapan tajam yang di layangkan Rama membuat Esti takut.
TBC