NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

...***...

...Haruskah ia menyerah?...

...Ia tidak pernah berpikir bahwa surga itu nyata.......

...Jadi aku akan mencintainya dan menikmati sakitnya neraka.........

...****...

Sebuah kenyataan pahit yang terdapat di ruangan itu. Di dalam runduk sendu yang kian membeku, serta realisasi yang perlahan hadir untuk menyadarkan diri.

Sepasang raga duduk saling memunggungi pada ujung tempat tidur dengan tubuh yang hanya berbalut selimut, selagi peluh mereka mulai surut.

Mereka tidak tahu harus memulai darimana atau bicara mengenai apa. Karena ini adalah sebuah rasa yang terlampau asing bagi keduanya

Pertengkaran-pertengkaran bahkan mungkin aspek apapun di antara mereka sebelumnya tidak pernah berujung kepada aktivitas seksual.yang mereka lakukan beberapa waktu yang lalu.

Persatuan tubuh dengan gejolak gairah berbuntut kalimat-kalimat yang tidak mampu diucapkan pada situasi biasa. Melody—dalam pikirannya sendiri, berasumsi bahwa apa yang menjadi ekor sudah jelas.

Semakin besar cintamu kepada seseorang, semakin sakit pula rasa sakit yang kau dapatkan

Namun sekarang ia menyadari ia tak bisa menahannya lebih dari ini, ia menyerah, ia telah patah.

Melody Senja ingin berhenti. Ia ingin mengakhiri pengingkaran ini, suatu harapan berisi keinginan agar Kaal kembali padanya. Sebab orang-orang selalu berjuang untuk cinta yang percuma dan ia tidak ingin menjadi salah satunya.

Beranjak dari duduk, Melody meraih baju di lantai sebelum mengenakannya. Keputusannya bulat untuk pergi dari tempat ini dari Kaal. Akan tetapi belum sempat ia melangkah lebih jauh dari tempat tidur, sebuah suara yang tadinya bungkam kemudian terdengar.

"Tinggal."

Melody mematung, menunggu kata selanjutnya.

"Biar aku yang pergi."

Oh, Kaal Vairav.

Melody mendengus, hampir melepaskan tawa mencibir karena,

"Berhenti bersikap seolah kau peduli karena itu sama sekali tidak lucu, aku masih tak mengerti kenapa pada titik ini kau masih ingin menjadi pahlawan? Kau pikir aku masih bisa diselamatkan?"

"Tidak, hanya saja aku merasa akan lebih mudah jika aku yang pindah."

Melody merapatkan bibir. Ia terlalu lelah untuk membantah, seluruh raganya terlalu letih untuk berpartisipasi dalam tarik ulur yang dimainkan Kaal. Sedetik lelaki itu peduli, sedetik kemudian lelaki itu berubah menjadi bajingan lagi.

Sementara Melody—dengan bodohnya, selalu mengira bahwa ia memiliki artian berbeda dari tatapan mata Kaal.

Hal tersebut pula yang mendorongnya untuk melihat apakah Kaal masih bisa menganggapnya setara dengan mencoba menjadi target lelaki itu di bar tempo lalu.

Jawaban dari eksperimennya memang tidak, tetapi ternyata itu belum cukup menjadi pembuktian yang kuat.

Maka menanggapi argumen sebelumnya Melody hanya mampu mengedikkan bahu.

"Ya, terserah. Lakukan apapun yang kau ingin lakukan Kaal" Melody tidak berani menoleh, memilih untuk mengambil langkah keluar dari ruang tidurnya sendiri.

"Aku akan membersihkan diri, tetapi aku harap ketika aku selesai kau sudah tidak di sini."

Tidak ada sahutan yang tertangkap. Hanya tatapan berat dari lelaki di belakang yang begitu terasa melubangi punggung.

Melody berusaha menjaga kepalanya agar tetap tinggi demi mengirimkan penutup yang akan mengakhiri malam panjang ini.

"Dan satu lagi Kaal" lanjut Melody tanpa bergetar.

"Aku mohon jangan pernah kembali"

...***...

Melody harus memutar kursi untuk memunggungi sahabatnya ketika gadis itu menyebutkan nama seseorang untuk yang kesekian kali di dekat telinganya. Ia berpura-pura menyisip kopi yang hanya tertinggal ampas demi menghindari kicauan gadis itu selanjutnya. Namun sepertinya, semua percuma ketika sahabatnya justru memaksa masuk ke dalam kubikel, kemudian menatapnya tepat di mata.

"Oh, ayolah! Aku rasa dia menarik."

Melody menggeleng jemu.

"Mona, aku tidak tertarik untuk terlibat dalam kencan apapun."

"Bagaimana dengan Adam?"

"Tidak."

"Faisal?"

"Mona Ayolah aku—"

"Aku berani bertaruh dia seratus persen tipemu." Mona memotong, bibir meringis kecil.

"Dia juga sering tertangkap basah mencuri pandang ke sini."

"Jangan membuat rumor."

Melody mendengus pendek seraya berdiri. Memutuskan untuk kembali mengisi kopinya sekaligus mencoba peruntungannya lagi agar bisa lepas dari sahabatnya itu.

Tetapi gadis cantik itu ternyata tetap belum mau berhenti—langkah riangnya yang lebar mengikuti Melody hingga ke pantry.

"Aku tidak membuat rumor!" Sanggahan tersinggung atas ucapan Melody sebelumnya terdengar.

"Kau bisa memanggil saksi-saksi yang melihatnya jika kau mau."

Alis Melody naik setengah mendeteksi subjek plural dari mulut sahabatnya

"Saksi-saksi? Apa maksudmu Mona"

"Ya, kedua mataku! Mereka saksinya, mereka menyaksikan bagimana Faisal menatapmu penuh damba"

Pelupuk Melody memejam erat. Ia sedikit menyesal telah menanyakan hal tersebut. Masih dengan sangat tidak acuh, tangannya menuang kafein cair yang sudah sedikit dingin dari dalam teko.

Pada hari biasa, Melody akan mempermasalahkan ini. Namun untuk sekarang, ia tidak berniat untuk meracik kopi yang baru.

"Jadi bagaimana, kau setuju? Biarkan aku mengatur pertemuan kencan kalian, okay? Aku akan bicara dengamnya saat makan siang dikafetaria kantor."

"Aku tidak mau."

"Tetapi—"

"Ayolah Mona, mengapa kau begitu bersikeras?"

"Karena ini!" Perubahan signifikan di nada Mona membuat Melody terkesiap. Ia memandang kedua tangan gadis yang menunjuk ke arahnya—mengisyaratkan bahwa poin yang sedang dibicarakan adalah dirinya.

"Melody Senja, kau pikir aku tidak tahu bahwa kau terus-menerus bekerja hingga larut?"

"Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Kamuflase Melody terlalu lemah dan Mona yang jeli segera membantah dengan

"Perusahan kita baru saja merekrut karyawan magang."

Menangkap kalimat itu, Melody menggigit bibir. Sebab dalam hati, ia tahu persis apa alasan yang mendasari tindakannya; karena ini memang kehendaknya. Karena ia memang sengaja memaksakan diri dengan jumlah jam kerja panjang untuk menyibukkan isi kepalanya. Untuk setidaknya menjejalkan banyak perkara agar seseorang yang telah lama menghuni di sana sudi berkemas dan segera enyah.

Sebab patah hati bukan hanya permasalahan menyembuhkan.

Melainkan juga menyaring memori mana yang diizinkan tinggal tanpa harus menimbulkan luka ketika kembali dikenang.

"Ayolah Melody, ini tidak sehat." Mona yang secara tersirat memahami penyebab meraih kedua bahunya.

"Aku tahu saranku belum tentu bekerja, tetapi paling tidak kau harus punya usaha untuk menggantikan dia."

Menggantikan mungkin bukan kata yang tepat. Tidak ada yang bisa diganti, cintanya kepada Kaal hampir mutlak tanpa kasasi. Akan tetapi mungkin pada kasus ini—pada kepala yang sudah ditinggali terlalu lama atas kemauannya sendiri, mungkin ia butuh bantuan. Mungkin seseorang yang bisa meyakinkan penghuni lama itu untuk angkat kaki bukanlah dirinya, melainkan penghuni yang baru.

"Sabtu ini aku ada waktu."

Wajah Mona mendadak berseri saat sahutan itu mengudara. Dua tepukan pelan ke lengan didaratkan hingga isi cangkirnya nyaris tumpah. Masih berdiri pada tempat yang sama, Melody hanya mampu tersenyum kecil melihat sahabatnya berlalu seiring janji akan mengatur semua persiapan dengan Faisal untuk kencan mendatang.

Ada awal dari segala akhir.

Melody mengerti bahwa ia merupakan pemeran utama untuk menyembuhkan hatinya sendiri. Maka dari itu, tangannya kemudian meraih ponsel di dalam saku.

Jemari bergulir cepat untuk menemukan satu nama dari puluhan daftar kontak yang tersimpan di sana. Menimbang sejenak, Melody melewati detik-detik berselimut keraguan yang sekuat tenaga berusaha dituntaskan.

Apa kau benar-benar akan menghapus Kaal Vairav dari hidupmu?

Hela napas panjang, ibu jari Melody lantas menekan satu tombol dengan pasti.

Yes.

Ia harus

Meskipun ia tak menginginkan itu

...TBC...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!