Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 14
...****************...
Sudah beberapa hari sejak kecelakaan Genta, operasi Genta berhasil tetapi ia dinyatakan koma, entah kapan akan siuman.
Grace duduk di kursi samping ranjang rumah sakit Genta, menatap lamat wajah Genta, ekspresi nya tidak terbaca, menatap kosong ke depan sambil merenung. Suasana ruangan terasa hening, hanya terdengar suara pelan dari mesin monitor yang memantau kondisi Genta.
"Genta, Genta Genta Genta Gent, bang Genta," panggil Grace dengan suara pelan, mencoba membangunkan Genta dari lamunan panjangnya.
"Hah, lo harus sadar udah beberapa loh Genta. Lo tau gue itu sebenarnya bukan adek kembar lo gue Grace di dunia Nya atau lain yah gitu. Hmm, awalnya gue cuek cuek aja tapi, setelah liat perhatian dan mata yang lembut penuh kasih sayang lo buat gue bikin gue terlena tau," curhat Grace dengan suara penuh emosi, mencoba mengekspresikan perasaannya kepada Genta.
"Lo, apa apa jangan jangan lo ketemu sama Grace asli lagi di sana hm. Apa lo bahagia di sana sehingga lo gak balik lagi ke sini sampe gak sadar sadar " lanjut Grace dengan nafasnya mulai tersegal segal tak kuasa menahan, air matanya mengalir begitu saja, ia menggenggam tangan kiri Genta mengguncang tubuhnya pelan
Cahaya redup dari lampu ruangan menyulap suasana menjadi lebih teduh, memantulkan bayangan lembut di wajah Genta yang terbaring. Grace merasakan keheningan yang menyelimuti ruangan, memperdalam kerinduannya akan kehadiran Genta yang sadar.
Beberapa saat kemudian, sebuah tangan mengelus kepalanya. Grace terkejut mengangkat kepalanya melihat ke depan mata Genta terbuka menatapnya tersenyum. Grace terdiam, matanya terbelalak, mencerna momen yang tak terduga ini.
"Gent... Gent... Genta lo udah sadar?" bisik Grace dengan suara bergetar dan penuh harap.
Genta tersenyum tipis, matanya menatap Grace lembut. "Iya."
"Lo, benar-benar sadar, siuman?" tanya Grace pelan tidak percaya.
"Iya, aku sudah sadar," jawab Genta dengan suara lembut dan penuh kelembutan.
"Gent... Genta, aku... aku takut kehilangan kamu," ucap Grace, suaranya terisak, mencurahkan kekhawatirannya yang mendalam.
Genta mengelus kepala Grace dengan lembut, "Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan selalu ada untukmu, Grace."
Grace mengangkat wajahnya, menatap Genta dengan tatapan penuh harap. "Benarkah?"
Genta mengangguk pelan, "Benar. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
Grace memeluk Genta erat, air matanya membasahi baju Genta. "Aku sangat bahagia, Gent. Aku sangat takut kehilanganmu."
"Aku juga," jawab Genta dengan suara serak. "Aku juga takut kehilanganmu."
Mereka berdua terdiam dalam pelukan, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang tak terhingga. Suasana ruangan dipenuhi dengan rasa haru dan kerinduan yang dalam.
Tiba-tiba, Grace tersadar. Ia langsung melepaskan pelukannya, matanya terbelalak. "Ah, astaghfirullah aku lupa Gent... Genta... Dokter!"
Grace panik, ia segera menekan tombol panggilan di samping ranjang Genta. Genta mengerutkan kening, "Grace, kenapa?"
"Kita harus memanggil dokter, Genta! Kamu baru saja sadar, kita harus segera memberitahu dokter!" ucap Grace dengan panik, suaranya gemetar.
Genta terdiam, matanya penuh dengan keheranan. "Tapi, aku merasa baik-baik saja."
"Tidak, kita harus memastikan semuanya baik-baik saja. Dokter harus memeriksa kamu," kata Grace mantap, sambil menekan tombol panggilan dengan penuh kekhawatiran.
Suasana ruangan terasa tegang, di mana detak jantung Grace dan Genta seolah berdenyut berbarengan dalam ketegangan yang menyelimuti mereka.
Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka, dan seorang perawat serta dokter berjas putih masuk. "Ada apa ini? Ada yang memanggil?" tanya dokter dengan wajah penuh perhatian.
"Dokter, Genta... dia sudah sadar!" ucap Grace dengan suara penuh harapan dan lega.
Dokter tersenyum, "Oh, bagus sekali! Saya akan memeriksa kondisinya. Grace, bisakah kamu keluar sebentar? Saya ingin memeriksa Genta dengan lebih teliti."
Grace ragu, namun akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, Dok. Saya akan menunggu di luar."
Grace keluar dari ruangan, meninggalkan Genta dan dokter di dalam. Ia merasa tidak tenang, namun ia percaya bahwa dokter akan melakukan yang terbaik untuk Genta.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan. Ia tersenyum kepada Grace. "Grace, kabar baik! Kondisinya Genta sudah membaik. Dia sudah pulih dari komanya dan tidak ada tanda-tanda kerusakan saraf yang serius. Dia hanya butuh waktu untuk pemulihan."
Grace merasa lega mendengar kabar itu "Alhamdulillah , syukurlah, terimakasih Dokter"
"Ya, sama sama sudah menjadi tugas saya sebagai Dokter. Saya akan memeriksa pasien lain, kalau ada apa panggil saya"
"Iya dok" balas Grace
Melihat Dokter Sudah pergi, Ia langsung berlari kembali ke ruangan Genta. "kamu baik-baik saja!"
Genta tersenyum, "Iya, Grace. Aku baik-baik saja."
...----------------...