Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 014
Mobil memasuki halaman rumah yang begitu luas. Tampak bangunan berdiri megah dua lantai yang terlihat kokoh. Ya , kini Aera telah sampai di depan kediaman keluarga Derry .
"Ayo kita turun , kayaknya mama saya udah nunggu dari tadi. Jangan ditekuk gitu mukanya , senyumlah biar keliatan cantiknya." ucap Derry dengan menatap gadis itu yang sedari tadi hanya diam.
Ucapan Derry membuat Aera tidak bisa menyembunyikan perasaannya , ia pun mengumpulkan keberanian untuk membalas tatapan mata Derry .
"Tapi kalau saya senyum , gimana kalau bapak terpesona lagi sama saya? Sepertinya itu akan sangat membahayakan keselamatan saya bukan?" ucap Aera dengan setenang mungkin dan berbicara penuh dengan intonasi yang sedikit ia tekan dan di akhiri dengan senyuman yang manis.
Derry tidak bisa membiarkan Aera menggodanya seperti itu. Ia tidak mau gadis cantik itu seolah meremehkannya. Ia pun menoleh ke samping dan memperhatikan wajah cantik itu yang tampaknya sedang mencoba setenang mungkin.
"Kamu jangan coba-coba melakukan itu didepan saya jika kamu mau selamat. Ngerti ?" ucap Derry dengan tenang dan terus saja menatap Aera.
"Melakukan apa ? Lihat aja soal kejadian malam itu , bahkan saya nggak melakukan apapun kan? Tapi gimana ya..." ucap Aera dengan santainya yang kemudian menggantungkan ucapannya seolah sedang berfikir.
Aera puas melihat lelaki itu menghela nafasnya kasar. Entahlah bagaimana perasaan yang sedang dirasakan oleh lelaki itu.
"Kamu bilang kan kalau kamu udah lupa? Kenapa masih membicarakannya?" ucap Derry dengan tersenyum.
"Saya nggak amnesia!" ucap Aera dengan kesal yang kemudian duduk sempurna sembari melepaskan seat belt.
"Baguslah kalau kamu masih mengingatnya. Anggap aja itu kenangan termanis yang pernah terjadi diantara kita." ucap Derry dengan tenang yang kemudian melepaskan juga sabuk pengaman dari tubuhnya.
Apa dia bilang ? Ia harus menganggapnya sebagai kenangan saja ? Apa maksudnya ? Mudah sekali ia berbicara seperti itu. Seolah berciuman adalah hal biasa yang dilakukan. Padahal berciuman ada sesuatu yang tidak sembarang orang bisa melakukannya.
"Emang bapak pikir saya perempuan seperti apa ? Perlakuan bapak itu nggak bisa dimaafkan gitu aja loh. Dan sekarang dengan mudahnya berkata untuk anggap semua itu jadi kenangan termanis ? Oh nggak bisa , itu adalah kenangan terburuk dalam hidup saya !" ucap Aera dengan menatap tajam ke arah lelaki itu.
Derry yang mendengar ucapan Aera langsung mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil.
"Gimana gimana ? Lalu , apa kamu minta pertanggung jawabannya ?" ucap Derry dengan santai tanpa menghiraukan Aera yang tampaknya sedang berfikir.
"Nggak. Maksud saya cuma , ya jangan berfikir kayak gitu aja. Asal bapak tau aja , saya nggak pernah bersentuhan dengan lelaki manapun. Tapi bapak malah seenaknya aja kayak gitu! Kan saya yang rugi." ucap Aera dengan merapikan rambutnya terlebih dahulu sebelum benar-benar turun dari mobil.
"Apa? Saya orang pertama yang menciummu? Benarkah ?" ucap Derry dengan tersenyum licik yang membuat jantung Aera berdebar kencang. Tatapannya sangat mematikan.
Entah kenapa , Derry dengan senang hati mengulurkan tangan kirinya untuk mengacaukan puncak kepala Aera. Yang mana gadis itu tampak menunjukkan wajahnya yang sedang berusaha keras untuk tetap tenang.
"Kenapa? Udah deh. Nggak usah dibahas lagi , udah terlanjur juga." ucap Aera yang akhirnya memilih untuk mengakhiri perdebatan itu.
Aera kembali merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah lelaki itu. Derry memang benar-benar membuat Aera tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ya udah saya harus gimana , bilang aja." ucap Derry dengan sabar.
"Bapak pikir aja sendiri." ucap Aera dengan cepat.
Aera keluar dari dalam mobil meninggalkan Derry yang masih menatapnya. Lelaki itu pun segera menyusul Aera turun dari mobil. Tapi ternyata , gadis itu tetap menunggunya juga.
Derry memencet bel pintu rumah. Tak lama kemudian , pintu pun terbuka dan muncul seorang perempuan paruh baya yang tengah membawa kemoceng.
"Eh ada mas Derry , silahkan masuk. Ini siapa mas? Cantik banget." ucap art itu dengan tersenyum ramah.
"Dia Aera bi , sekretaris saya. Aera , dia bi Sarti art di rumah ini." ucap Derry dengan tersenyum.
"Halo mbak Aera , saya udah lama jadi art disini sejak mas Derry kecil. Mbak kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk panggil saya ya." ucap bi Sarti dengan tersenyum ramah sekali yang membuat Aera tersenyum balik.
"Ah iya , saya Aera bi. Senang bisa bertemu dengan bibi." ucap Aera dengan menyambut uluran tangan bi Sarti.
"Mas , mbak Aera cantiknya kebangetan. Bibi lihatnya tuh wah cocok banget. Udah serasi loh mas. " ucap bi Sarti dengan santainya berbicara pada Derry yang memang sudah biasa karena keakrabannya.
"Masa sih bi?" ucap Derry yang terdengar tampak begitu menyebalkan.
"Siapa yang datang bi... Eh kalian udah datang ya ternyata. Ayo masuk kedalam ngapain masih berdiri disitu." ucap ibu Henny yang baru saja turun dari lantai dua dan kemudian melangkah mendekati pintu.
"Selamat siang ibu." ucap Aera dengan tersenyum dan menyalami tangan ibu Henny dengan sopan.
"Siang juga Aera. Diluar panas banget , ayo kita semua masuk kedalam aja." ucap ibu Henny dengan ramah sekali.
"Ibu pikir kalian nggak datang , ibu udah masak banyak tadi sama bibi. Kita langsung makan siang dulu yuk." ucap ibu Henny sembari menggandeng lengan Aera mengajaknya menuju ruang makan.
Derry yang sedang berjalan di belakangnya pun sangat heran dengan perlakuan sang mama yang sepertinya memperlakukan Aera dengan sangat spesial. Mamanya sepertinya memang benar-benar menyukai gadis itu. Jika tidak , tidak mungkin Aera di minta datang hanya untuk makan siang bersama.
"Aera , kamu duduk di sini ya. Kamu boleh ambil apa aja sesuai selera kamu. Nggak usah sungkan. Makan yang banyak ya." ucap ibu Henny sembari mengambil nasi untuk piring Aera.
"Iya terimakasih banyak bu. Sepertinya masakan ibu enak semua ya. Ah iya udah ibu , sudah cukup nasinya hehe nanti nggak habis." ucap Aera dengan malu-malu untuk menghentikan ibu Henny yang akan menambah nasi di piring Aera.
"Ya sudah , kamu ambil sendiri lauknya ya. Derry , duduklah. Ngapain masih berdiri aja , kamu nggak mau makan masakan mama?" ucap ibu Henny melihat sang putra masih berdiri di ambang pintu sembari memandang dua wanita cantik dan anggun itu.
Entahlah , ia bingung dengan perasaannya saat ini. Ia masih ingin fokus pada pekerjaan. Namun jujur saja , hatinya kini berkata lain. Dengan adanya kejadian malam itu , hatinya kini selalu menghangat saat melihat gadis itu. Dan ia rasa , sepertinya kini hatinya benar-benar menginginkannya.
Lelaki itu melepaskan jas hitamnya dan di taruh pada kursi kosong. Ia menggulung lengan kemeja panjangnya sampai ke siku.
Derry menghampiri meja makan dan menarik kursi di sebelah Aera. Ia duduk dan mengambil piring.
"Derry , kamu juga harus makan yang banyak. Biar nggak gampang sakit. Mama kan nggak bisa ada di sampingmu setiap hari. Jadi jangan bikin khawatir mama. Jaga terus kesehatannya." ucap ibu Henny kepada putranya.
"Iya mah , walaupun aku di apartemen tapi aku nggak pernah sakit kok. Jadi mama tenang aja." ucap Derry dengan santainya.
Aera merasakan kehangatan di keluarga ini. Hal itu membuatnya rindu pada orang tuanya di Jogja. Sudah lama ia tidak pulang ke rumah , semenjak ia menjabat sebagai sekretaris yang membuatnya benar-benar sibuk. Akhirnya waktu yang ia miliki sangat sedikit untuk cuti.
"Ayo nambah lagi Aera , Derry mau nambah yang mana ambil aja. Ini masih banyak loh." ucap ibu Henny menawarkan hidangan-hidangan yang masih tersisa banyak itu.
"Aduh maaf ibu Aera udah kenyang nih. Tapi masakan ibu enak banget loh , saya jadi kangen masakan ibu saya juga di kampung hehehe..." ucap Aera dengan tersenyum.
"Oh ya , ya udah kalau begitu kamu ambil cuti beberapa hari untuk pulang. Saya lihat kamu memang bekerja dengan absensi terbaik di perusahaan. Derry , kamu kasih Aera cuti satu minggu! Sejak dia jadi sekretaris mu , dia belum pernah loh mengambil cuti panjang. Orang tuanya di kampung pasti juga sangat merindukan putrinya yang sangat cantik ini." ucap ibu Henny yang sukses membuat Derry bertambah heran.
Sepeduli itu ternyata mamanya kepada Aera.
"Iya iya mah , besok Aera cuti seminggu deh. Nanti di urus di kantor aja." ucap Derry dengan wajahnya yang tampak datar.
"Pak Derry beneran kasih saya izin untuk mengambil cuti? Ah terimakasih banyak ya pak." ucap Aera dengan tersenyum manis.
"Sebagai orang tua , apa lagi seorang ibu , pasti selalu merindukan anaknya. Ibu juga begitu Aera , walaupun Derry hanya tinggal di apartemen yang nggak jauh dari rumah tapi ibu rasanya tetap merindukan dia setiap hari." ucap ibu Henny pada Aera.
"Naluri seorang ibu memang sangat kuat bu. Oh ya bu terimakasih banyak ya sudah memperlakukan saya dengan sangat baik. Saya merasa beruntung sekali mengenal ibu di hidup saya." ucap Aera dengan tersenyum tulus.
"Iya sama-sama Aera. Saya juga senang bisa sedekat ini sama kamu. Oh iya , kita lanjut ngobrol di taman aja yuk. Di sana suasananya lebih nyaman." ucap ibu Henny mengajak Aera pergi.
"Oh iya bu mari." ucap Aera dengan ramah lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Derry , mama masih pengen ngobrol dulu sama Aera sebentar ya." ucap ibu Henny pada Derry .
"Pak Derry , saya permisi dulu ya." ucap Aera dengan tersenyum.
Dua wanita itu pun berlalu dari ruang makan. Derry pun meraih jasnya dan berjalan menuju ruang tamu. Ia hanya seorang diri disana , ia pun mengotak-atik ponselnya untuk mengatasi kesepiannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......