NovelToon NovelToon
Terkena Tulah Jimat Leluhur

Terkena Tulah Jimat Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Abah NasMuf

Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya memaafkan Bu Surmi.
Bu Surmi sah diwarisi benda pusaka/Jimat.

apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Perjalanan ke Bukit Halimun. Part 2

Mbok Darsih dan Bu Surmi sudah berada dalam angkutan umum. Mereka menaiki Bus 3/4 dan turun di sebuah terminal angkudes.

Kemudian, dari sana mereka naik angkudes lagi ke arah barat.

Kurang lebih 30 menit, Mbok Darsih dan Bu Surmi turun di sebuah desa, namanya Desa Panglayung, tepat di sebuah pertigaan jalan.

"Ojek, Pak...!" Mbok Darsih setengah melambaikan tangan pada beberapa tukang ojek yang sedang menunggu muatannya. Salah satu dari mereka menghampirinya.

"Ngojek, Bu..?" Tanya kang Ojek, saat sudah di depan Mbok Darsih dan Bu Surmi.

"Iya, Mang..."

"Kemana.." Tanya Kang Ojek lagi.

"Dukuh Hahawuan. Berapa Mang. Berdua..?" Tanya Mbok Darsih. Ia menanyai ongkos karena ia sudah lama tidak ketempat itu.

Sejenak Kang Ojek berfikir.

"Satu orang nya 50 ribu. Bu.."

"Owh. Dikira 30 ribu, Mang.." Mbok Darsih terkekeh sedikit menawar.

"Wah, sekarang mah zaman sudah pada mahal, Bu. Apa-apa naik. Terus jalan nya sekarang sudah banyak yang rusak. Bu.., udah lama tarif segitu ke Dukuh Hahawuan mah." Kang Ojek menjelaskan lagi.

"Kayaknya harus dua motor. Bu, kalau boncengan dua mah agak repot di perjalanan." Sambung Kang Ojek lagi.

"Ya sudah dua motor juga nggak apa-apa." Mbok Darsih menyetujui.

"Emangnya tempatnya jauh, Mbok. ?" Bu Surmi bertanya pada Mbok Darsih sambil membenarkan tas gendongannya.

"Lumayan, Nyi... sudah hampir 3 tahun, Mbok juga baru kesini lagi." Jelas Mbok Darsih.

Sementara itu, datang lagi kang ojek satunya lagi setelah dikasih tanda oleh kang Ojek yang tadi nyamperin Bu Surmi.

Tidak berselang lama, keempat orang itu sudah bersiap meninggalkan pangkalan Ojek dan menuju ke arah yang dituju Mbok Darsih.

Sepanjang perjalanan, Bu Surmi melihat pemandangan alam kanan kiri yang dilewati.

Suasana pedesaan yang indah dan udara sejuk sudah mulai terasa. Pesawahan yang masih menghijau kelihatan subur sekali tanamannya.

Bu Surmi melihat beberapa petani yang sedang bekerja. Membuat ia teringat saat bekerja di sawah dan ladangnya. Ada juga para petani yang sudah meninggalkan sawahnya sedang berjalan pulang dari sawahnya.

Beberapa menit area pesawahan sudah dilewati. Jalan yang tadinya mendatar kini mulai menanjak, keadaan aspal nya juga sudah tampak hancur, bercampur dengan kerikil bebatuan, membuat kedua kang ojol harus memperlambat kecepatan motornya dan harus hati-hati. Kanan kiri yang dilewati hanya pepohonan dan tanaman singkong.

Pohon pinus pun mulai kelihatan satu dua. " Hmmmm rupanya sudah memasuki area hutan pinus jauh juga yah. ngeri banget jalannya, nggak kebayang kalau di malam hari... iiih" Gumam Bu Surmi seraya bergidik. Ngebayangin jalan dan daerah itu.

(Dalam hati Bu Surmi bersyukur, walaupun ia juga dari Desa. Tapi desanya tidak ginih-ginih amat. Desa yang sangat jauh dari keramaian dan jalan yang mulai rusak.)

"Masih jauh, Pak..?" tanya Bu Surmi melawan deru mesin motor kang Ojek. Sementara, kang Ojek yang membawa Mbok Darsih sudah agak jauh di depan.

" Lumayan. Bu." Jawab kang ojek singkat.

"Kesananya sudah tidak ada desa atau perkampungan lagi yah, Pak"

Bu Surmi bertanya lagi ingin tahu area lokasi yang akan dilaluinya.

"Ada tiga perkampungan lagi, Bu. nanti habis melewati hutan pinus ini ada kampung citulang, terus babakan dan terakhir paling ujung Dukuh Hahawuan." Jelas kang Ojek.

"Oowh.. paling ujung yah pak.."

"Kampung-kampung ini masih satu desa. Desa Panglayung. Namun memang jaraknya lumayan berjauhan. Penduduknya juga tidak banyak. Kalau nggak salah paling empat RT." Jelas Kang Ojol lagi, Bu Surmi hanya menganguk-angguk tanda mengerti.

"ibu baru pertama kali kesini, Bu. ?"

"Iya." Jawab Bu Surmi singkat.

"Mudah-mudahan berhasil, yah Bu... Sekarang Ibu naik Ojek saya, minggu atau bulan depan pasti sudah naik mobil. Heheheh. Tapi kalau berhasil." Tiba-tiba Kang Ojek berkata begitu, hingga Bu Surmi mengernyitkan dahi nya.

"Ma...maksudnya apa, Pak?" Bu Surmi heran.

"Lah, bukannya Ibu mau berkunjung ke Gunung Halimun dan nanti akan diberikan kekayaan dan harta melimpah oleh penunggu di sana. Namanya Mbah apa lah.. saya lupa..." Cerocos kang Ojek sambil menggerak-gerakan setang motornya ke kanan ke kiri, dengan sangat lihainya menghindari jalan bebatuan dan kerikil-kerikil yang berserakan.

"Saya hanya ingin tahu saja, Pak. Dari berbagai cerita masyarakat. Saya penasaran saja. Kalau mencari kekayaan mah berarti munjung atau mau ngepet yah, Pak. Heheh.." Bu Surmi terkekeh. Menjawab pembicaraan kang Ojol.

"Wah kalau tujuannya hanya ingin tahu, ngapain Ibu jauh-jauh kesini... O iya, habis kampung ini, tujuan ibu sudah sampai."

Balas Kang Ojek lagi.

Beberapa menit kemudian. Bu Surmi sudah sampai ke ujung jalan aspal di kampung Dukuh Hahawuan. Tampak Mbok Darsih dan kang Ojol yang dudah sampai duluan lagi menunggu.

"Akhirnya nyampai juga..." kata Mbok Darsih.

" Nyampai di Bukit Halimun, Mbok. ?" Tanya Bu Surmi yang baru saja turun dari motor kang Ojek.

Mbok Darsih tidak langsung menjawab Bu Surmi, tapi langsung berkata pada Kang Ojek yang membawa Bu Surmi.

" Tadi ongkosnya sudah sekalian, Mang...!! Haturnuhun nyaaa...!" kata Mbok Darsih pada kang Ojek yang membawa Bu Surmi.

"Iyaaa Bu... Sami-sami. Mudah-mudahan berhasil...kami pamit yaaaah..." Jawab kang Ojek. sambil membelokkan motornya untuk balik lagi ke tempat pangkalannya, dan diikuti oleh kang ojek satunya lagi.

*****

#Rumah Pak Amet.

Setelah mengantarkan isterinya ke rumah Mbok Darsih, seperti biasa, Pak Amet sudah siap dengan peralatan tani nya. Tidak lupa ia membawa sedikit nasi dan lauk pauknya. Pardi pun sudah berangkat ke sekolah.

Baru saja ia mau menutup pintu depan dan akan menguncinya, ia melihat benda pipih yang agak jadul berada di atas meja depan teras rumahnya.

"waduuuuh.... kenapa si Ibu nggak bawa Hape yah... kayaknya dia lupa. Gimana aku bisa menghubunginya."

Gumam Pak Amet, raut wajahnya sedikit ditekuk, karena istrinya lupa nggak bawa smartphone.

" Ya sudahlah, mudah-mudahan lancar-lancar saja dan isteriku bisa pulang lagi dengan sehat walafiat." Gumamnya lagi. Kemudian ditutupnya pintu depan rumah dan menguncinya. Dirasa tidak ada yang tertinggal, Pak Amet langsung melangkahkan kakinya ke arah barat di mana sawah dan ladangnya berada sebelah barat dari rumahnya.

Lima belas menit kemudian. Pak Amet sudah sampai ke sawahnya dan sedang berada di darmaga ( sungai atau selokan air yang dibendung airnya untuk dialirkan ke sawah ). Untuk memperbaiki kebocoran karena air yang mengalir ke sawahnya sangat kecil sekali.

Tiba-tiba.

"Astagaaa..!!"

Kedua mata Pak Amet membulat. Saat melihat seekor kadal yang sedang berjemur di atas batu cadas.

Kadal itu berekor cabang dua dan berlekuk seperti lekukan keris. Seketika ia teringat pada kejadian satu minggu yang lalu. Kejadian yang dialami isterinya.

*****

" Kita sudah nyampe, Mbok?" Tanya Bu Surmi lagi.

"Hehehe. . Ini baru nyampe Dukuh Hahawuan. kita jalan kaki ke sana lagi. Paling cepat 2 jam an, Nyi.."

Jawab Mbok Darsih terkekeh.

Bu Surmi hanya bisa terpaku sesaat dan langsung menghela nafas panjang.

" Wah .. perjalanan yang luar biasa." batinya lagi.

"Ayo... keburu sore. Nanti kita istirahat sambil makan di sana. Setelah lewat tanjakan pertama."

Ajak Mbok Darsih sambil melangkahkan kaki nya, diikuti Bu Surmi di belakangnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
dede rohimah
lanjut thoor
dede rohimah
ngeri yah... suara genderewo
dede rohimah
serem thor bergidik ngebayanginnya
dede rohimah
waaah jadi gelut ini mah..

lanjut thoor
dede rohimah
ki durgala harus kalah, thooor
dede rohimah
pasti orang jahat si durgala itu
dede rohimah
jangan sampe kalah thooor.. walau seorang wanita
dede rohimah
jangan sampe kalah mbok darsih nya, thor
dede rohimah
legenda cakra birawa apa buana
dede rohimah
orang tua ku sering mmpringatkan.. wayah beudug, waktu dedemit berkeliaran
dede rohimah
karya yang bagus menurutku... kayaknya ini bukan author kaleng an...

gaya bahasa dan tutur nya seolah membawa halu pada reader
dede rohimah
kok berani yah.. kalau aku mah udah jijik duluan thor
dede rohimah
apa ada, thor kadal bercabang.. atau kadal canggah
dede rohimah
bikin bergidik..
dede rohimah
aku gabung, thooor... enak banget baca nya.
alur ceritanya bukan kaleng-kaleng
Aji Wandi
hutannya serem banget... malam purnama di hutan bikin bergidik
Rina Mes
siyap thooor
sehat selalu
Rina Mes
jangan hiatus ya Thor
sehat selalu
Rina Mes
suara buto ijo thor
Fathiya Fitri
misteri kadal berekor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!