Pernikahan pertama yang hancur akibat orang ketiga membuat Adel terluka hingga memutuskan menutup hati. Ditambah ia yang belum bisa memberikan keturunan membuat semuanya semakin menyedihkan.
Namun, takdir hanya Tuhan yang tahu. Empat tahun berjibaku dengan bisnis yang ia mulai untuk melupakan kesedihan, Adel malah bertemu anak laki-laki tanpa kasih sayang seorang ibu.
Dari sana, di mulai lah kehidupan Adel, Selatan dan Elang. Bisakah mereka saling mengobati luka atau malah menambah luka pada masing-masing hati. Terungkap juga kisah masa lalu menyedihkan Adel yang hidup di panti asuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
"Ini beneran, Bun? Kita di ajak ke Bali?" Selatan, Vino dan Fano terkejut saat mengetahui bahwa Adel akan mengajak mereka berlibur.
Ya, sekolah dengan libur semester dan ketiganya sering berkunjung ke cafe untuk membantu Adel sekedar membuang kebosanan.
Sebenarnya, Adel juga tidak sepenuhnya berlibur dan dia sedikit takut mengajak ketiga remaja tersebut mengingat dia belum sepenuhnya mengenal keluarga mereka terutama keluarga Selatan yang terkesan misterius.
"Iya, tapi itu juga kalau keluarga kalian nggak keberatan. Sebenarnya, bunda juga ada kerjaan di Bali. Jadi, sekalian ajak kalian liburan dari pada bosen di Bandung."
"Fix, aku ambil pakaian, Bun." Fano langsung pergi meninggalkan cafe. Tahu bahwa ayah dan ibunya akan mengizinkan mengingat mereka sudah mengenal Adel.
"Woy!!! Tungguin." Fano dan Selatan ikut pergi mengejar Vino. Mereka juga yakin akan di izinkan mengingat mereka sering melakukan perjalanan antar kota atau Negara saat liburan sekolah.
Adel yang melihat ketiga remaja tersebut yang berlari seperti anak kecil hanya menggelengkan kepalanya. Dia merasa lucu, dan senang karena tahun ini perjalannya tidak akan membosankan.
******
Sesampainya di bandara. Adel bersama Selatan, Fano dan Vino langsung menuju pesawat karena mereka hampir saja ketinggalan penerbangan. Untungnya, tiket sudah di beli sehingga tidak terlalu khawatir atau repot.
Suasana hening di dalam pesawat. Adel tiba-tiba ingat bahwa dia lupa memberitahu kepergiannya pada bibi Inah dan yang lainnya. Pasti mereka akan bertanya-tanya kemana ia pergi, dan mulai berfikir hal yang tidak-tidak lagi seperti beberapa bulan yang lalu ketika ia pergi tanpa pamit ke bali untuk melihat lokasi pembangunan hotel.
"Sebaiknya aku memberitahu mereka setelah mendarat di bandara Bali," ucap Adel pelan.
Bagaimanapun, mereka sudah seperti keluarga kandung. Kini, bibi Inah yang berusia 50 tahun dan mang Ujang berusia 52 tahun telah resmi menjadi orang tua untuknya, Bondan dan Melati sekaligus juga nenek serta kakek untuk anak Bondan dan Melati.
Jadi, ada sesuatu yang kurang setiap kali dia tidak memberi kabar saat bepergian jauh.
Bicara soal hubungan. Sampai sekarang, Adel merasa masih nyaman sendiri. Ditambah lagi sudah ada Selatan yang mengisi hari-harinya. Jadi, Adel tidak lagi mengingat luka nya, dia sudah memaafkan dan berdamai pada keadaan.
Pesawat akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Internasional Bali, semua orang mulai turun satu persatu. Dan Adel bersama Selatan serta yang lainnya memilih langsung menuju hotel yang sebentar lagi akan buka. Adel dibutuhkan di sana, sehingga ia harus sampai tepat waktu.
Sesampainya di hotel barunya, para karyawan sedang melakukan tugasnya. Kebetulan acara akan di selenggarakan malam hari, jadi Adel bisa beristirahat sebelum membantu karyawan mengatur ruang acara untuk nanti malam.
"Aku pergi ke Bali untuk beberapa hari, kalian tidak perlu mencemaskan ku. Aku bisa menjaga diri." Sekarang Adel sedang berbicara dengan bibi Inah. Wanita paruh baya tersebut merasa sangat cemas karena Adel pergi sendirian, walau sebenarnya Adel tetap akan baik-baik saja karena bepergian sendiri sudah menjadi hal yang biasa untuknya.
"Baiklah, jaga diri mu baik-baik. Ingat untuk memberi kabar agar kami tidak merasa cemas."
"Tentu, titip salam untuk semuanya terutama keponakan ku. Aku sayang kalian."
"Pasti, kami juga menyayangi mu."
Setelah itu, sambungan telepon terputus. Adel menatap indahnya pemandangan taman dari pinggir balkon hotelnya.
Namun, lamunannya terhenti ketika Selatan yang tidak bisa beristirahat seperti kedua temannya menghampiri sang bunda.
"Lagi apa, Bun?"
"Kamu nggak tidur?" Adel terkejut melihat kehadiran Selatan.
"Nggak bisa, Bun. Firasat aku bilang kalau Bunda bakal di culik sama orang lain."
Adel tertawa kecil saat mendengar kata-kata Selatan. "Emang ada yang mau culik perempuan kayak bunda?"
"Ada, Dong. Bunda itu, udah cantik, baik, kaya raya dan sayang keluarga. Pasti banyak anak-anak yang pengen punya ibu kayak Bunda."
"Masa sih?" Adel menggoda sang putra.
"Serius, Bun. Dua rius malah."
Melihat ekspresi lucu Selatan yang ingin membenarkan kata-katanya. Adel tertawa lalu mengusap rambut sang putra dengan usapan sayang.
Namun, kebahagiaan mereka hanya bertahan sebentar. Karena sekali lagi ada yang mendekati mereka. Dan kali ini, wajah Adel berubah dingin.
"Tidak ku sangka setelah 4 tahun perpisahan kita ternyata kita bertemu di sini juga."
Satu hal yang Adel tahu. Meskipun dia sudah memaafkan dan berdamai dengan keadaan. Suara Raihan masih memiliki arti di hatinya.
Sayangnya, suara itu tidak lagi sama. Sebenarnya Adel sudah tahu. Bagaimanapun mereka pernah bertemu setelah tiga bulan perpisahan mereka. Hanya saja, kini dia sedikit sentimental karena beberapa hal yang masih tersimpan rapat tentang Raihan dalam hatinya.
"Ya, aku tidak menyangka kita bisa bertemu lagi."
Selatan yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan Adel menjadi penasaran akan sosok Raihan yang tiba-tiba hadir di antara mereka. Bahkan, wajah bundanya berubah jadi asing di matanya.
"Kenapa kau bisa ada disini? Apa kau bekerja sebagai pelayan atau tukang bersih-bersih di hotel ini? Dan siapa anak laki-laki ini? Apa dia pria yang mau kau rayu karena tidak bisa menanggung kemiskinan?"
Raihan berfikir bahwa setelah perceraian mereka. Adel hidup menderita, hanya bisa menjadi pelayan atau tukang bersih-bersih seperti dulu sebelum mereka menikah. Kesombongannya semakin hari semakin menjadi-jadi setelah menikah dengan Sifa. Tidak ada lagi yang menegurnya ketika melakukan kesalahan, bahkan Sifa terkesan mendukungnya.
Selatan yang mendengar kata-kata Raihan jadi emosi. Tidak ada yang boleh menghina bundanya. Namun, Adel langsung menggenggam tangannya, seolah tahu apa yang ingin remaja itu lakukan.
"Apa yang membuat mu berpikir aku bekerja sebagai pelayan dan tukang bersih-bersih? Dan siapa remaja yang ada di dekat mu juga bukan urusan mu." Adel tidak marah. Lagi pula, tidak ada gunanya memberitahu posisinya sekarang. Lebih baik memperlihatkannya nanti.
"Karena aku yakin setelah berpisah dengan ku, kau tidak akan pernah bisa hidup bahagia! Bagaimanapun semua uang dari hasil kerja kerasa mu sudah menjadi milik anak ku, sedangkan kau hanya menerima 10 juta sebagai uang cerai."
Benar juga. Bayangkan apa yang akan Adel lakukan jika ia keluar rumah dengan uang 10 juta. Mungkin dia akan bekerja keras seperti kebanyakan wanita korban perceraian. Tapi untungnya dia memiliki sebuah aset yang bisa membantunya tetap menjadi wanita terhormat. Dan sudah pasti aset tersebut keluarga barunya dan juga rumah yang tidak sengaja ia beli sebelum pengkhianatan suaminya terbongkar.
"Kau benar, setelah kita bercerai aku jatuh ke titik paling dalam keterpurukan ku." Adel lelah berpura-pura baik-baik saja. Biarkan kali ia menceritakannya pada Rai, tidak perduli jika pria tersebut mencemoohnya. Adel butuh pelampiasan, dan mungkin menceritakannya pada mantan suaminya, sumber deritanya bisa mengurangi sedikit rasa sakit dan lelah itu.
Benar saja. Rai tertawa bahagia setelah mendengar pengakuan Adel. Ia senang karena wanita yang memilih pergi dari pada harus menjadi istri pertamanya menderita karena perceraian mereka. Ternyata benar apa yang di katakana Sifa, bahwa mantan istrinya menyesali semuanya sekarang.
"Kau wanita paling bodoh dan munafik, Adel. Jika saja dulu kau tetap bertahan di sisi ku dan menjadi istri pertama ku, mungkin hidup mu tidak akan menderita. Yah, walau pun aku tidak akan pernah mencintai mu setelah menikahi Sifa, tapi aku tidak akan melupakan kewajiban ku sebagai seorang suami. Kau tahu, sekarang hidup ku bahagia, aku memiliki istri cantik yang selalu mendukung ku, dan putra ku sudah semakin dewasa. Dia pasti akan menjadi penerus ku di masa depan."
Kata-kata Rai cukup kejam, tapi anehnya Adel sama sekali tidak terluka, ia sudah mewanti-wanti jawaban dari Rai sehingga apa pun yang dia katakan, dirinya sudah tidak akan memasukannya ke dalam hati.
Biar aja lukman merasakan sakit hatinya.. Tega membuang anak2 nya demi pelakor.. Yg di posisi anak sungguh miris.. Enak aja klau minta maaf semua selesai.. Makin byk org berbuat salah klau gt..