NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Adhisty menggerak-gerakkan bahunya karena merasa risih dengan tangan Arka yang menempel di sana, merangkulnya menuju ruang obgyn. Bukan kesal bukan juga benci, tapi bagaimanapun statusnya kini adalah istri orang rasanya sangat tidak pantas jika membiarkan Arka bersikap begitu padanya.

"Mas, lepaskan! Malu di lihat orang," bisik Adhisty.

"Mereka tahunya aku suami kamu," balas Arka.

"Tapi kenyataannya bukan," Adhisty ingin Arka menerima kenyataan.

"Sekarang memang bukan, tapi entah nanti, kan?"

"Mas...." Adhisty benar-benar merasa frustasi. Ia menghentikan langkah tepat do depan pintu ruangan dokter kandungan yang akan ia datangi.

Arka melepas tangannya, ia menatap lekat wajah mantan kekasihnya tersebut, sungguh rasanya ia tak tega melihat Adhisty yang datang sendiri untuk memeriksa kandungannya. Dimana pria yang bertanggung jawab atas perutnya yang mulai sedikit membuncit itu. Seharusnya saat periksa seperti ini, suaminya turur menemaninya. Tapi, tadi ia melihat dari kejauhan Adhisty hanya melamun seorang diri menunggu giliran sambil melihat sendu para pasangan yang keluar masuk untuk memeriksa kehamilan mereka. Sebagai pria yang sampai kini amsih mencintainya, Arka merasa sakit melihat itu.

"Ijnkan aku menemani kamu, Dhisty," ucap Arka.

"Mas Arka bukan ayahnya, tidak perlu seperti ini," ujar Adhisty menahan sesak. Ayah kandungnya saja tak peduli, pikirnya.

"Aku hanya ingin memastikan kamu dan bayimu baik-baik saja, karena mungkin setelah ini kita tidak akan bertemu lagi. Ah tidak, aku berharap kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Saat kamu sudah lepas dari semua ini," ucap Arka.

Adhisty menatap Arka penuh tanda tanya. Dan sepertinya pria itu paham.

"Aku di pindah tugaskan ke Jogja. Aku dan ibu akan pindah ke sana," jelas Arka sendu. Sebenarnya ia ingin tetap di sini supaya bisa tetap melihat Adhisty meski hanya dari kejauhan. Tapi, ia juga tak bisa menolak untuk di pindah tugaskan oleh atasannya.

"Maaf bu, sudah di tunggu di dalam sama dokter," ucap suster.

Adhisty menoleh pada suster yang sejak tadi berada diantara dirinya dan Arka lalu kembali menatap pria di depannya.

"Ijinkan aku ikut masuk, Dhisty. Kali ini saja, ijinkan aku menemani kamu," pinta Arka.

Karena tak enak dengan suster jika terus berdebat sementara di dalam juga dokter sudah menunggu akhirnya Adhisty menganggukkan kepalanya.

Arka tersenyum, "Ayo!" ajaknya, kembali merangkul bahu Adhisty dan melangkah masuk ke ruangan dokter dengan langkah ringan.

Di dalam, dokter mengira jika Adhisty adalah pasangan suami istri. Adhisty ingin menyanggah setiap kali dokter bicara kepada Arka seolah pria itu suaminya. Namun, ia juga tak ingin membuat dokter bertanya-tanya jika ia jujur kalau Arka bukan suaminya. Akhirnya ia ikuti saja permainan Arka yang hanya iya-iya saja ketika dokter menyebutnya sebagai suami.

Dokter meminta Adhisty untuk berbaring di atas ranjang lalu suster mulai menyingkap sedikit perutnya untuk di lakukan usg. Sebenarnya Adhisty merasa malu karena Arka akan melihat perutnya. Beruntung, pria itu cukup tahu diri dengan membuang pandangannya dan hanya fokus menatap ke layar usg.

"Alhamdulillah, bayi-bayinya berkembang dengan baik ya, bu?" ujar dokter.

Adhisty mengernyit, "Bayi-bayi, dok?" tanyanya.

Dokter mengangguk, "Iya, kembar, bu. Apa sebelumnya belum tahu?" tanya dokter dan Adhisty menggeleng. Apa ia yang tidak memperhatikan, atau memang dokter sebelumnya tidak memberitahu karena belum terdeteksi jika kembar? Entahlah. Adhisty juga tak ingin ambil pusing soal itu. Yang penting kini ia tahu, ada dua nyawa di dalam perutnya. Pantas, rasanya perutnya lebih besar daripada seharusnya usia kehamilan normal. Ia pikir karena selera makannya yang sudah membaik bahkan lebih dari sebelumnya. Ternyata karena janinnya kembar.

"Mungkin karena kantungnya hanya satu, jadi belum jelas sebelumnya," jelas dokter dan Adhisty hanya mengangguk paham.

"Apa jenis kelaminnya dok?" bukan Adhisty yang bertanya melainkan Arka yang tak kalah takjubnya melihat ke layar usg.

"Untuk jenis kelaminnya, yang satu laki-laki. Sementara yang satunya... Masih di sembunyikan, sepertinya anak anda yang satunya pemalu," jelas dokter di sertai canda.

Adhisty mengusap perutnya, rasa egoisnya kembali menghampiri, jika anaknya kembar, mungkinkah dia bisa membawa salah satunya nanti? Tapi, pasti ia tak tega dengan yang satunya lagi. Bukankah sangat egois jika hanya ia bawa satu. Adhisty dilema.

Adhisty menatap Arka yang tak berkedip menatap layar, ia mulai berandai, jika saja yang sekarang berdiri menatap haru pada layar itu adalah suaminya, Zayn. Ah, Adhisty langsung menepis pikiran itu, suaminya itu kini sedang bersenang-senang dengan istri pertamanya hingga lupa akan kewajibannya terjadap bayinya.

Arka sebenarnya diam-diam melirik Adhisty. Ia kasihan dengan gadis itu, tapi jika ia menunjukkannya secara terang-terangan, itu akan membuat Adhisty semakin sedih dan terluka di tambah malu pastinya.

"Anak-anak yang hebat, sama seperti ibunya," puji Arka.

"Saya akan memberikan vitamin ya bu, tetap di bawa rileks dan happy. Jangan di bawa beban. Sebagai suami, Anda juga harus berperan aktif ya, pak. Jangan biarkan istri sampai Anda stres. Hormon wanita hamil itu sangat sensitif. Bisa tiba-tiba marah dan baik dalam sekejap. Harus bisa mengerti," jelas dokter. Arka hanya mengangguk dan tersenyum.

" Terima kasih udah menemaniku tadi di dalam. Sebaiknya kita berpisah di sini, mas," ucap Adhisty setelah keluar dari rumah sakit tersebut dengan photo usg di tangannya.

"Setelah ini mau kemana?" tanya Arka yang tak mengindahkan kalimat perpisahan Adhisty.

Adhisty sendiri tak tahu tujuannya setelah ini kemana. Ia tak ada kuliah. Pulang ke rumah juga rasanya masih malas, takutnya Zayn sudah berada di sana. Ia sedang malas melihat pria itu.

"Boleh aku meminta sesuatu dari kamu?" tanya Arka.

"Aku tak punya apa-apa yang bisa kamu minta, mas. Tolong jangan bersikap seolah kita masih ada hubungan," ujar Adhisty.

"Waktu. Kamu sepertinya punya itu untukku," ucap Arka.

"Mas...." entah bagaimana caranya Adhisty membuat pria di depannya ini mengerti.

"Sebentar saja, Dhisty. Sebelum aku benar-benar pindah ke Jogja. Kita jalan-jalan saja, aku hanya ingin membuat kenangan indah antara kita,"

Adhisty masih enggan mengiyakan.

"Sebagai teman, Dhisty. Hanya sebagai teman. Kita makan siang bersama? Anggap sebagai tanda perpisahan kita. Lusa aku sudah harus pergi," Arka mencoba meyakinkan Adhisty.

Beberapa saat Adhisty menimbang, ia memang sedang butuh hiburan di luar. Jika sendiri tak asyik. Tapi, bersama Arka juga tak baik.

" Baiklah, sebagai teman," ucap Adhisty kemudian.

Nakal sedikit tidak apa-apa, kan? cuma jalan dan makan siang, dengan.... Teman. Ya teman.... Toh suaminya juga sedang bersenang-senang di tempat lain sana, oikr Adhisty.

Arka tersenyum lebar mendengar persetujuan Adhisty. Ia membukakan pintu mobilnya untuk wanita tersebut. Lalu melewati deoan mobilnya untuk masuk ke belakang kemudi.

"Jalan-jalan sebentar, lalu makan?" tanya Arka sembari memasang seatbeltnya. Adhisty hanya mengangguk saja. Mencoba menepis rasa tak nyamannya. Bagaimanapun, Arka mantan kekasihnya dan dia istri orang. Ah tapi, sudahlah toh dia tak ada niat apa-apa dengan Arka, apalagi untuk mengulang momen manis saat bersama, hanya sebagai tanda perpisahan yang baik, bukan dengan kebencian.

Sementara di tempat lain, Zayn mengumpat sendiri. Pasalnya ia baru saja dari rumah Sakit Medistra utama, tapi tak menemui Adhisty di sana. Kata dokter, Adhsity tak ada membuat janji dengannya. Lalu, kemana perginya Adhisty? Ia menjadi kelimpungan sendiri. Mencoba menghubungi wanita itu tapi masih tidak aktif.

Apa ke rumah orang tuanya? Tapi Zayn langsung menggelengkan kepala tak setuju dengan dugaannya barusan. Gadis itu tak akan mendatangi ayahnya untuk mengadu. Dia bukan gadis seperti itu. Tapi, kalau rindu dengan ayahnya, itu sudah pasti. Zayn pun mengarahkan laju mobil ke rumah ayah mertuanya pada akhirnya.

"Nak Zayn?" sapa ayah mertuanya ramah.

Zayn mengucap salam dan mencium. Punggung tangan pria paruh baya itu, "Bagaimana kabar ayah? Sehat? Maaf Zayn dan Dhisty jarang berkunjung," ucap Zayn sopan.

"Ya beginilah, sehat-sehatnya orang tua, nak. Tidak apa-apa, ayah tahu kamu sibuk," sahut ayah Adhisty itu.

Pak anwar melongok ke belakang Zayn, karena putri yang ia rindukan tak juga tampak, "Adhisty mana? Tidak sama dia kesininya?" tanyanya kemudian.

Dari pertanyaan ayah mertuanya, Zayn mengambil kesimpulan jika Adhisty memang tak datang ke sana,"Kamu kemana, Num?" tanyanya dalam hati yang mulai gelisah. Apakah Adhisty benar-benar marah dan kabur? Karena wanita kalau marah akan kehilangan akal. Bisa saja Adhisty melupakan perjanjian ayahnya dengan Salwa dalam keadaan kecewa seperti ini.

...----------------...

1
Musyarofah Salim
Luar biasa
Suharnik 01
baca 2 x kok sik gk.bosan ya....bagussss thorrrt
Kusmia Mia
bngung mo komen opo.......ini cetita bener2 mitip sonetfon ikan terbang.....kalo jgn bikin kayak gitu...
Kusmia Mia
Dak suka karakter adisty ....bar2 ko lembek
Kusmia Mia
dak cocok sm karakternya...barbar tapi lemah...kdg bodoh
Sophia Aya
Luar biasa
Elyani Yani
tokoh cwo nya jgn d BKN bodoh dong thor
Elyani Yani
ibu hamil kerj d tempat karoeke...yg BNR aj Thor......ya ampun.....
Elyani Yani
adiesty itu jgn maen gime jg dong Thor....buku parenting dong yg d baca...
Anonymous
ok
dahliya
ceritanya bagus
Sri Rahayu
bi asih udh 2 tahun kenapa gk bilang yh sbnrnya sih..diem bae
Les Tary
masa Zayn ga curiga sama Salwa ga bisa jln dirmh kerjanya kluyuran
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
.
Les Tary
ceo bodoh
Khoriyatul Sahidah
jeren ceritaya
Irene Susanti
Luar biasa
Siti Nurbaidah
💕💕💕👍
Omi Rohimah Omi
Luar biasa
Sri Siyamsih
makasih jg thor sm karya"mu termsk ni novel, bagus critanya ttp semangat utk karya selanjutnya👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!