NovelToon NovelToon
Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Konflik etika / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rurri

Mengejar mimpi, mencari kebahagiaan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, Raka harus menghadapi keadaan pahit atas dosa-dosa sosialnya, juga konflik kehidupan yang tak berkesudahan.

Meski ada luka dalam duka, ia harus tetap bersabar. Demi bertemu kemanfaatan juga kebahagiaannya yang jauh lebih besar dan panjang.

Raka rela mengulang kembali mimpi-mimpinya. Walaupun jalan yang akan dilaluinya semakin terjal. Mungkinkah semesta akan mengamini harapannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rurri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberuntungan

Dinding tembok beton yang berwarna putih sudah menguning di makan waktu. Goresan hari, ukiran gambar, kata-kata pilu dan bercak darah menghiasi dinding-dinding tembok ruang tahanan. Bau anyir menyengat kuat. Aku belum bisa membayangkan bagaimana cara mereka tidur selama ini, di dalam kotak kecil yang di isi melebihi kapasitas. Jangankan untuk merebahkan badan, untuk duduk saja kami berdesakan.

"Raka, bagaimana ini?" tanyanya Tegar.

"Kayaknya nggak perlu dipikir lagi deh. Kita tinggal menjalaninya saja," jawabku datar.

"Aku sudah nggak betah, Raka. Ingin segera pulang." Memeluk kedua kakinya.

"Semua sama, Tegar. Coba kamu perhatikan mereka, memangnya ada dari mereka yang betah," ucapku.

"Ada." Tegar menuding satu, dua orang yang sudah pernah keluar masuk bui. "Buktinya dia kembali lagi ke sini," lanjutnya Tegar.

"Mungkin saraf otaknya ada yang putus, kali." Aku membetulkan posisi duduk. "Satu hari saja, berasa seperti satu tahun di dalam sini, kok, bisa-bisanya ada yang mau datang ke sini lagi." Mengumpati mereka.

Tegar menggelengkan kepala.

Suara adzan maghrib berkumandang di langit sektor dua. Seluruh orang islam berbondong-bondong mendatangi masjid. Tapi, tidak demikian dengan kami yang berstatus menjadi tahanan sektor dua. Semua tahanan yang beragama islam di sini, menunaikan ibadah di tempat yang seadanya, bergantian, dan hanya mengenakan celana pendek di atas lutut.

Kami yang notabene-nya hanya sampah masyarakat. Namun, kami tidak pernah meninggalkan kewajiban kami sebagai orang islam. Entah, terpaksa karena diancam atau rindu dengan nilai-nilai yang pernah kami dengar. Apa bedanya terpaksa dengan rindu. Bagi kami, tidak ada waktu yang terbaik di sini. Kecuali, saat datang waktunya untuk mendirikan sholat.

Di dalam penjara dunia ini, kami tidak perlu repot-repot memberikan rapot kepada sesama manusia. Karena kami tahu, sudah ada hakim yang akan mengadili kami semua. Kami hanya sibuk dengan kebisingan di kepala kami masing-masing. Hitam, juga putih, juga abu-abu, semuanya masih terasa samar tak menentu. Akan seperti apa kita nanti ke depannya. Tentu tidak ada yang tahu.

"Mana tahanan barunya." Suaranya kencang, mendadak semua orang terdiam.

Para tahanan senior berbisik-bisik pelan. "Itu Ketua petugas penjaga blok atas."

Segera tahanan yang baru datang, didorong maju ke depan pintu besi oleh para senior. Aku dan Tegar mengikuti.

"Dengarkan baik-baik, di sini, punya aturannya sendiri." Tatapan dan nadanya setengah mengancam. "Kalau kalian nggak mau dibina, kami nggak akan segan-segan membinasakan kalian." Gertaknya Ketua Blok Atas.

Para tahanan bergeming.

Tahanan senior bergumam. "Hati-hati, Pak Andre terkenal kejam."

"Diantara kalian, siapa yang namanya, Raka!" serunya seraya mengayun-ayunkan tongkatnya.

Aku mengacungkan tangan.

"Buka pintunya." Pak Andre menyuruh Tamping kunci.

Di tengah suasana yang tegang, bunyi gesekan besi terdengar mencengkam. "Ayo, buruan keluar," suruhnya Tamping kunci.

Aku melangkah keluar perlahan setengah ragu. Tidak ada pilihan lain, selain harus menurutinya.

"Buruan ... ." Tamping kunci menarikku tidak sabar.

"Sini," suruhnya Pak Andre.

Aku mendekat.

"Dua empat empat," celetuknya Pak Andre padaku.

Aku menganguk.

"Ikut saya. Kita bicara di pos." Pak Andre berjalan di depan.

Pikiranku kalut, membayangkan apa yang pernah dikatakan oleh para senior. kita terus berjalan sampai ke ruang pos jaga.

"Duduk di situ." Menunjuk kursi, di bawah lampu terang, tampak di pipinya ada bekas luka sobek.

Aku duduk tepat di depannya, hanya bersekat meja kecil. Aku mengandai-andai apa yang akan ia lakukan padaku, di ruangan ini.

"Berapa keuntungan yang sudah kamu dapatkan?" tanyanya Pak Andre.

Aku mengernyitkan mata, menebak-nebak dalam hati.

"Berapa keuntungan yang sudah kamu dapatkan dan sudah berapa lama kamu mencetaki uang!" serunya Pak Andre.

Aku menyahuti. "Baru satu bulan."

Pak Andre memukul meja, suaranya keluar ruangan. Tamping kunci mengecek masuk. "Keluar." Bentaknya keras pada Tamping kunci yang badannya penuh dengan tatto sampai ke mukanya.

Aku menelan ludah.

"Jujur saja, berapa keuntungan yang sudah kamu dapatkan selama ini." Nadanya menurun. "Dan sudah berapa lama?" imbuhnya Pak Andre bertanya.

"Saya sudah mengatakan yang se-ada-nya, Pak. Kalau soal keuntungan, saya nggak pernah mengitungnya, saya nggak berkerja sendirian, di atasku masih ada bos lagi." Meletakkan kedua tanganku di atas meja, untuk menunjukkan padanya bahwa aku tidak gentar pada ancaman apapun.

"Hemmm ... " Pak Andre berpikir. "Kalian ... waktu sedang banyak uang berkeliaran di luar sana, mencari kesenangan bersama. Sekarang, giliran sudah habis, kalian datang ke sini," ucapnya Pak Andre.

Aku bergeming, menunggu kalimat berikutnya.

"Di tahanan sektor satu, kalian berani bayar mahal supaya bisa makan - makanan enak." Berputar.

Aku masih bergeming, menunggu maksudnya.

"Di sini ... apa yang mau kalian tawarkan pada kami?" tanyanya Pak Andre.

Sekarang aku mengerti maksudnya. Ia sedang membanding-bandingkan keadaan kami waktu menjadi tahanan sektor satu dan sekarang kami sudah berada sektor dua. "Kita, warga baru di sini, Pak. Kita mengikuti aturan mainnya saja, Pak," ucapku datar.

"Bagus-bagus. Mulai malam ini, kamu kondisikan semua teman-temanmu. Ada berapa jumlah kalian?" tanyanya mendikte.

"Empat belas," sahutku.

"Apakah kamu keberatan, dimintai iuran di sini?" ungkapnya Pak Andre setengah mengancam.

"Sama sekali nggak!" seruku bersamaan menggelengkan kepala. Ternyata, ia belum tahu, kalau aku dan anak buahnya indra kuncoro sedang tidak akur. Dan soal makanan serta fasilitas-fasilitas di sektor satu, yang sering memesan adalah anak buahnya indra kuncoro. Tapi, ia menganggap aku yang menjadi dalangnya.

"Untuk kasus seperti kalian, di sini, nggak ada barang dan tempat yang gratis." Melipat kedua tangannya ke belakang sembari berjalan mondar mandir di tempat.

"Iya, aku tahu itu," celetukku sambil berpikir.

"Ya sudah, hanya itu yang mau saya sampaikan padamu, Raka. Kembalilah ke tempat kamu dan beristirahatlah. Besok, saya tunggu kabar baiknya." Nada suaranya sudah bersahabat.

"Makasih, Pak," jawabku meninggalkan Pak Andre.

Tamping kunci yang sedari tadi menunggu di luar, melihat aku keluar dari ruangan pos jaga langsung menghampiri dan menggandengku, berjalan mengantarkan ke sel tahanan.

"Kalau butuh apa-apa, tinggal bilang saja ke Tamping kunci," teriaknya Pak Andre padaku.

Aku menengok sekaligus menganguk kepadanya. Aku terus berjalan mengikuti langkah Tamping kunci sembari berpikir keras.

Tiga langkah di depan pintu sel tahanan. "Lepaskan." Bentakku keras melawan.

Tamping kunci tak melawan balik, ia hanya bergeming.

Sekarang, aku sudah tahu cara bermainnya. kini, aku sudah satu langkah lebih unggul, di saksikan oleh para tahanan lain dari dalam sel. "Buruan buka kuncinya." Aku mendorong.

Malam ini hujan turun bersama ingatan yang mengungkit luka lebam di sekujur tubuh. Segerombolan kelelawar dari balik semak-semak menerobos keluar, berhamburan tanpa arah. Mereka bergerak berdasarkan insting untuk bertahan hidup. Begitulah, rantai kehidupan, yang besar memakan yang kecil. Tanpa mengenal belas kasihan.

1
sean hayati
Setiap ketikan kata author sangat bagus,2 jempol untuk author ya
sean hayati
Saya mampir thour,salam kenal dari saya
sean hayati: terima kasih sudah mau membalas salam saya,saling dukung kita ya
Rurri: salam knl juga kak 😊
total 2 replies
tongky's team
Luar biasa
tongky's team
Lumayan
tongky's team
mantap saya suka kata katanya tentang senja dan sepasang merpati
tongky's team
lanjut seru /Good/
Santi Chyntia
Ceritanya mengalir ringan dan pesan moral nya jg dapet, keren kak/Good//Heart/
Choi Jaeyi
cieeee juga nih wkwkk
Amelia
👍👍👍👍👍👍❤️❤️
Rurri
makasih kak, atas pujiannya 😊

karya² kk juga sama bagus²🌷🌷🌷
Amelia
aku suka sekali cerita nya... seperti air mengalir dan tanpa karekter yg di paksa kan👍👍👍
Jecko
Aku tersentuh/Sob/
Amelia
😚😚😚😘😘😘😘
Amelia
mantap...👍👍👍👍
Amelia
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Amelia
wkwkwk...
😅😅
Amelia
hahahaha...🤭🤭
Choi Jaeyi
selalu suka bgt sama kata tiap katanya author😭
Amelia
bagus Thor....👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
Amelia
memang itu lah realita kehidupan...yg kuat dia yg akan dpt banyak...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!