Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Perkara Kejar Setoran
"Astaga, kok pintu rumah Brahma enggak dikunci Pa. Gimana nanti kalau sampai ada maling masuk?"
"Hah? Bentar, Ma." Arjuna pun segera membayar taksi yang mengantarkan mereka dari bandara ke perumahan Brahma dan Starla.
Setelah sopir taksi pergi, Arjuna mengangkat kopernya dan berjalan masuk ke halaman rumah Brahma dan Starla. Perumahan kategori mewah tersebut memang didesign semua rumah di sana tanpa pagar.
Tingkat keamanan juga sangat dijaga ketat di sana sehingga tak sembarangan orang bisa masuk serta banyak CCTV yang berada di setiap sudut area perumahan.
Ya, Arjuna dan Bening sengaja bertandang jauh-jauh ke kota tempat tinggal putra dan menantu kesayangannya tersebut tanpa kabar terlebih dahulu alias ingin memberi kejutan. Mereka berdua segera masuk ke dalam rumah Brahma tanpa banyak bersuara. Pintu utama rumah Brahma dalam kondisi tak terkunci. Masih menyisakan sedikit celah yang akhirnya Arjuna dan Bening bisa masuk dengan mudah. Akibat terburu-buru kembali pulang ke rumah, Brahma terlupa menutup pintu.
Walaupun sebenarnya Arjuna dan Bening sudah tahu kode akses pintu utama untuk masuk ke rumah putranya itu. Sebab, beberapa hari yang lalu Bening sempat memintanya pada Starla tanpa sepengetahuan Brahma.
"Mungkin mereka masih tidur, Pa." Bening dan Arjuna tadi sempat melihat keberadaan mobil Brahma yang terparkir di halaman rumah tepatnya di depan pintu garasi.
"Kata Vicky hari ini Brahma jadwalnya masuk dinas pagi, bukan libur."
Sebelum berangkat ke Bandara Soekarno Hatta, Arjuna sempat menghubungi Vicky guna menanyakan jadwal dinas putranya itu hari ini.
Keduanya berucap lirih dan sengaja tak memanggil sang pemilik rumah. Bening berjalan memutuskan menuju ke area dapur dikarenakan ia tengah haus dan ingin minum air putih. Kebetulan air minum miliknya yang ia bawa dari rumah tanpa sadar sudah habis ternyata. Sedangkan Arjuna berjalan secara perlahan menuju ke kamar utama.
Deg...
Tiba-tiba langkah kaki Arjuna terhenti setelah telinganya mendengar suara-suara yang membuatnya sontak mendengus sebal. Sebab, suara seperti itu sangat familiar baginya. Terlebih saat dirinya dan sang istri tengah asyik bermain megalodon dan lapis legit di atas ranjang pasti akan mengeluarkan bunyi seperti itu.
Era_ngan feminin dan maskulin segera memenuhi ruang pendengaran Arjuna seketika. Sebab, sepasang suami istri yang berada di dalam kamar utama baru saja mencapai puncak pendakian cinta.
Pintu kamar utama ternyata juga belum tertutup secara sempurna. Menyisakan celah kecil sehingga Arjuna mampu mendengar suara horor tersebut. Bahkan tanpa sengaja pandangan Arjuna melihat baju dinas putranya berada di lantai kamar dalam kondisi yang tak biasa alias berserakan.
"Orang tua baru datang bukannya disuguhi minum malah dikasih tontonan beginian. Mana live pula. Apa dia mau pamer kalau megalodon punya dia lebih tangguh daripada punyaku? Dasar perusak kesenangan! Bikin aku jadi pengin juga tancap gas sama Mamanya di ranjang kalau sudah begini. Huft !!" batin Arjuna menggerutu sebal.
Ia langsung berbalik badan dan segera berjalan ke arah istrinya yang sudah duduk manis di ruang tamu.
☘️☘️
"Gimana Pa, mereka ada di kamar? Apa Brahma dan Lala telat bangun?" cecar Bening namun dengan suara lirih.
"Sudah, Mama enggak perlu pikirin mereka. Tersangka utama lagi rebahan di kamar soalnya kecapekan," jawab Arjuna seraya mendaratkan b0kongnya di sofa. Ia duduk di samping sang istri.
"Oh, Brahma semalam habis lembur di Polsek ya Pa?"
"Memang lembur tapi bukan kejar target di Polsek, Ma."
"Hah, maksud Papa? Memangnya Brahma pindah lembur di mana? Di Polres atau di Polda?"
"Putra kesayanganmu itu lagi kejar setoran," jawab Arjuna ceplas-ceplos.
"Setoran apa?" tanya Bening yang masih kebingungan dan tampak polos. Padahal wanita ini sukanya dipolosin suaminya jika sudah berada di atas ranjang.
"Setoran benih. Bukannya Mama yang suruh Brahma buat nyicil cucu kita. Nah, itu mereka berdua di kamar lagi nyicil. Bisa jadi tuh pipinya cucu kita sudah jadi. Entah yang sebelah kanan atau yang kiri," dengus Arjuna.
Bening seketika terkikik geli mendengar ucapan Arjuna. Ia bisa membaca dengan jelas raut wajah Arjuna yang sedang ditekuk. Pasti suaminya itu tengah menggerutu sebal karena tanpa sengaja mendengar dan melihat pemandangan seperti itu. You know what I mean.
"Jangan ketawa, Ma. Aku lagi sebel!"
"Sabar atuh, Pa." Bening mengelus pundak Arjuna dengan lembut seraya tersenyum.
"Ini pasti beberapa waktu lalu Dion sempat ketemu sama Brahma. Jadi putra kita itu terkontaminasi virus gilanya Si Dion yang suka main megalodon tapi selalu lupa nutup pintu dan aku yang selalu kebagian apesnya," keluh Arjuna.
"Ya kebagian beruntung dong, Pa. Kok apes sih," ledek Bening seraya tertawa kecil.
"Ya apes lah, Ma. Papa kan jadi pengin juga begituan sama Mama," jawab Arjuna dari nada suara yang awalnya terdengar menggerutu lalu berubah jadi merajuk di ujung kalimatnya.
Seketika Bening hendak tertawa terbahak-bahak, namun ia tahan. Alhasil Bening hanya bisa membekap mulutnya sendiri sambil cekikikan. Terlebih mimik wajah Arjuna saat ini begitu tampak menggemaskan baginya. Bibir Arjuna tengah komat-kamit seperti Mbah Kun-Kun baca mantra. Padahal Arjuna tengah menggerutu sebal dengan ekspresi wajah yang sudah menekuk tidak jelas, namun masih terlihat tampan baginya.
"Sekarang rebahan di sofa dulu, Pa. Nanti malam Mama puk-puk di kasur sampai gumoh deh," ujar Bening seraya merayu sang suami agar tidak mengomel terus akibat tingkah putranya itu.
"Janji loh, Ma. Tiga ronde dan jangan ketiduran,"
"Iya, Mama janji. Lagi pula yang biasa ketiduran kan Papa bukan Mama,"
"Hehe..." Arjuna nyengir tanpa dosa seraya merebahkan kepalanya di atas paha Bening. Lalu wajahnya menghadap ke depan perut istrinya. Telapak tangan Bening pun seketika mengelus rambut Arjuna dengan lembut seperti seorang ibu yang tengah meninabobokan anaknya.
Sedangkan di dalam kamar utama sedang terjadi kehebohan karena baru tersadar akan sesuatu yang penting.
"Astaga, La. Aku sampai lupa. Papa-Mama,"
"Ya ampun. Maafin aku, Mas. Lala jadi ikut lupa,"
Alhasil sepasang suami istri yang baru saja meneguk manis pendakian cinta di atas ranjang seketika terbangun dan hendak ke kamar mandi guna membersihkan diri selepas melewati hal melenakan beberapa saat yang lalu. Dalam kondisi polos, Brahma menggendong istrinya. Ia membawa Starla segera masuk ke dalam kamar mandi.
Mereka berdua memutuskan untuk mandi bersama. Namun durasi mandi yang awalnya ingin cepat selesai berujung m0lor. Brahma tengah usil meminta pencuci mulut di dalam kamar mandi pada istrinya. Bukannya Starla tak mau, namun menurutnya saat ini bukan waktu yang tepat.
Akan tetapi, Starla yang memang sudah bertekad menjadi istri yang baik maka dengan pasrah ia membiarkan Brahma untuk mengambil pencuci mulut yang diinginkan. Walaupun tidak melakukan penyatuan raga kembali di dalam kamar mandi, tetap saja Starla dibuat lemas dengan sentuhan Brahma yang mulai lihai di titik-titik s3nsitifnya.
☘️☘️
Empat orang berbeda usia sudah duduk di ruang tamu. Wajah Starla tertunduk malu di depan mertuanya. Sedangkan Brahma tampak biasa saja di depan kedua orang tuanya. Sebab yang ada di pikirannya, orang tuanya pasti paham. Pengantin baru pastinya pengin bercinta secara menggebu alias ugal-ugalan seperti yang ia lakukan barusan bersama Starla. Sampai-sampai lupa menutup pintu hingga kepergok orang tuanya sendiri akibat hasrat yang sudah tak mampu ditahan.
Sedangkan Bening tersenyum hangat pada Brahma dan Starla. Hatinya begitu bahagia karena dengan mata kepalanya sendiri ia melihat keharmonisan cinta pada rumah tangga putra kesayangannya itu dengan Starla. Yang artinya kondisi rumah tangga Brahma dan Starla baik-baik saja. Walaupun ia tahu Ajeng berada di kota yang sama dengan putra dan menantunya itu.
"Maafin Lala, Pa-Ma." Starla berucap lirih seraya menundukkan kepalanya. Malu.
"Eh, ngapain minta maaf segala. Papa dan Mama kan pernah muda, jadi wajar kok begitu. Cuma lain kali, pastikan pintu rumah kalian sudah terkunci."
"Iya, Ma." Brahma dan Starla menjawabnya secara kompak.
"Sudah, Pa. Jangan ngambek terus. Malu ah di depan anak sama mantu,"
"Papa laper, mau makan orang." Arjuna masih setengah merajuk.
"Haha..." Bening dan Brahma pun seketika tertawa. Starla juga ikut tersenyum. Akhirnya tak berselang lama suasana di ruang tamu berhasil mencair. Mereka berempat berbicara santai sembari melepas rindu dan berlanjut makan bersama.
Bersambung...
🍁🍁🍁