SKUAT INDIGO 4

Sudah lewat tengah malam. Hujan gerimis mulai diturunkan. Sekaranglah saatnya.

“Sekarang waktunya”, kata Akbar.

“Kalian semua bersiap-siaplah”,

“Kita akan segera bergerak, mendekat ke Rimba Hitam”, pimpin Akbar.

Hujan gerimis sudah cukup untuk membasahi tanah hutan. Apalagi khusus untuk mereka pasukan yang akan berada di titik serang sebelah timur Rimba Hitam. Hujan untuk mereka sengaja diberikan oleh para penghuni langit.

Akbar tidak perlu mengeluarkan benda tajam lagi. Yang perlu ia lakukan adalah menekan bekas lukanya kemarin. Darah pun mengucur jatuh di tanah hutan belantara Alas Timur yang telah basah.

Satu per satu manusia lumpur muncul dari dalam tanah ke permukaan. Jumlah mereka begitu banyak. Mereka datang untuk membayar janji. Pasukan manusia lumpur ikut dalam peperangan.

“Mari kita berangkat”, kata Akbar pemimpin pasukan arah timur.

Akbar, Hamka, Manusia Tengkorak, Kuntilanak Warrior, Kalwan, Dav Kera Raksasa Putih, dan pasukan manusia lumpur.

*

Situasi di Rimba Hitam.

“Bangunkan semuanya”, perintah Anjing Hitam kepada Zan Siluman Banteng.

“Bersiap-siaplah, kita akan segera berperang”, tambah Anjing Hitam.

“Kemana kita akan pergi menyerang?”, tanya Zan.

“Kita tidak akan beranjak dari Rimba Hitam”,

“Merekalah yang akan segera datang kepada kita”,

“Pastikan semua pasukan menghadap ke seluruh arah”,

“Mereka akan datang dari segala penjuru”,

“Segera”, pungkas Anjing Hitam.

“Siap”, kata Zan tegas.

Zan memerintahkan kepada bawahannya untuk membunyikan terompet perang. Ia mengkoordinasi kepada semua pemimpin setiap pasukan untuk bersiaga. Menghadap ke segala penjuru arah Rimba Hitam. Mereka bersiap menyambut serangan dari golongan putih yang akan datang dari segala penjuru arah.

Rupanya Anjing Hitam sudah mengetahui rencana dari golongan putih. Ia pun sengaja tidak melarikan diri. Tujuan utamanya memang untuk menguasai bumi. Tapi ia harus memulainya dengan mengalahkan Penjaga Neraka yang datang untuk menjemputnya.

Memang Handari Penjaga Neraka lebih kuat dari Baras si Anjing Hitam. Tapi pelarian dari neraka itu mengambil kesempatannya jika bertarung di bumi. Untuk itulah ia juga memerlukan pasukan sebanyak-banyaknya.

*

Dari arah depan atau arah barat; Pasukan manusia dipersenjatai dengan peluru-peluru dan senjata yang khusus diperuntukkan membunuh makhluk-makhluk gaib. Dipimpin oleh Komandan Pasukan Khusus Departemen Gaib. Bergabung juga dua kerajaan gaib. Pasukan Kerajaan Keraton Gaib dan Pasukan dari Kerajaan Sungai Barat. Turut serta di sana adalah Ruja Raja Sungai Barat dan Mos katak merah sahabat Akbar.

Dari arah utara atau sebelah kiri Rimba Hitam; Kerajaan Kerajaan Gaib bergabung menjadi satu. Dipimpin oleh Luguh seorang petarung tangguh sekaligus pemimpin di Kerajaan Kampung Gaib. Di kelompok itu juga terdapat jin-jin sakti yang sudah ternama seperti Buyut, Goro dan Sinar putri Luguh.

Dari arah selatan atau sebelah kanan Rimba Hitam; Pasukan Kerajaan Laut Selatan bersama Kerajaan Kerajaan Sungai lainnya. Tentu saja pasukan ini diketuai oleh Nyi Rongrong. Bergabung juga di sana siluman yang telah berusia jutaan tahun. Buaya Tua.

Dari atas; Pasukan Kerajaan Langit. Dipimpin langsung oleh Raja Fanix IX. Handari Penjaga Neraka berada di dalam rombongan pasukan langit.

Dari arah belakang atau arah timur; Akbar bersama dengan pasukannya. Para petarung handal. Hamka, Manusia Tengkorak, Kuntilanak Warrior, Kalwan, Dav Kera Raksasa Putih, dan para manusia lumpur.

*

Semua telah berada dalam posisinya masing-masing. Termasuk armada pasukan Rimba Hitam yang telah bersiap.

Alarm serangan peperangan itu adalah suara guntur yang menggelegar. Suara guntur yang berasal dari langit. Suara guntur yang dibuat oleh Raja Kerajaan Gaib Langit Fanix IX.

“Semua pasukan telah berada di posisinya”, lapor Megar Kuda Terbang kepada Fanix IX.

“Baiklah”, ujar Fanix IX.

Fanix IX mengepakkan sayapnya yang begitu lebar dan kuat. Dengan satu kepakan sayapnya Fanix IX menggerakkan dua awan mendung yang pekat. Dua awan hitam itu bertubrukan. Terjadilah gemuruh suara guntur yang sangat dahsyat.

Alarm serangan tanda dimulainya peperangan telah dibunyikan.

“Serang!”, serempak para pemimpin di setiap titik serangan yang berada di bumi bergerak menyerang Rimba Hitam.

*

Kalang kabut. Panik dan Takut. Itulah yang dirasa oleh armada pasukan Rimba Hitam. Meski jumlah mereka tak kalah banyak tapi melihat kedatangan pasukan golongan putih dari segala penjuru arah yang mengepung mereka, membuat mental mereka goyah.

Serbuan sergapan serangan itu membuat tanah Rimba Hitam bergetar.

“Jangan kalian takut. Iblis bersama kita”, seru Zan Siluman Banteng yang diangkat menjadi panglima perang golongan hitam.

“Jangan kalian takut Aku bersama kalian”, seru Anjing Hitam.

Tidak ingin pasukannya ketakutan. Baras si Anjing Hitam menghidupkan keberanian para pengikutnya. Anjing Hitam membesarkan tubuhnya. Dari yang semula seukuran anak kuda. Kini Anjing HItam itu memperbesar wujudnya sebesar Gajah. Sangat besar.

Petarung-petarung dan para prajurit di Rimba Hitam pun sontak api keberaniannya kembali berkobar.

Anjing Hitam yang sudah sebesar gajah menyongsong serangan pasukan golongan putih, diikuti oleh semua pasukan Rimba Hitam.

Perang dahsyat yang akan tercatat di dalam sejarah dunia gaib pun terjadi. Armada pasukan golongan hitam bertubrukan saling serang menghadapi armada pasukan golongan putih.

Pertarungan epic berlangsung.