Perjalanan karir seorang penyanyi terkenal bernama Nabil...
Tapi kisah cintanya tidak semudah perjalanan karirnya...
Kisah Cinta Nabil dan Ritha harus mengalami kerumitan saat Nabil bertemu dengan Resa dan Nadya...
Ritha, Cinta pertama Nabil yang jauh disana karena harus melanjutkan pendidikan di pesantren.
Kemudian Nabil Bertemu Resa yang satu sekolah dengannya, Resa juga adalah anak dari sahabat ayahnya dan kedua orangtuanya berharap mereka berjodoh.
Dan Juga kehadiran Nadya wanita cantik yang sangat berjasa dalam perjalanan karir Nabil. Nabil ingin selalu ada untuk Nadya yang selalu kesepian karena kurang perhatian semenjak kedua orangtuanya berpisah..
Siapakah yang akan Nabil pilih di akhir kisah cintanya?, Perjuangan Nabil tidak mudah karena harus menjaga hati ketiga perempuan yang dia cintai..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecupan Nadya di Pipiku
Pagi ini pun seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Aku agak telat, soalnya motorku rada susah dinyalakan dan sempat dibantu oleh bapak. Sepertinya busi nya harus diganti, ngga papa lah nanti aja pulang sekolah aku mampir ke bengkel.
Entah kenapa rasanya aku ingin sekali bertemu Resa, setelah semalam asik chat dengannya.
Sesampainya ditempat parkiran sekolah, 5 menit lagi kayanya bel pun bunyi.
Aku melihat Resa duduk dibangku taman sekolah sendirian, seperti sedang menunggu seseorang. Aku pun menghampirinya.
"Hei ngapain di sini sendirian, ayo masuk Sa!"
"Eh Nabil, Akhirnya Hmmm."
"Kenapa Sa?"
Aku yang sedikit heran.
"Em sebenernya aku sengaja nungguin kamu, kirain aku kamu nggak masuk, tadi sih sempet khawatir takut kamu kenapa-kenapa, takutnya sakit atau apa gitu."
"Idih lagian kalo aku nggak masuk kenapa sih, kan sama aja Sa?"
"Hehe gapapa ko. Udah ah lupain."
"Ih ga jelas ya ini anak."
"Em nggak tau ah, ayo masuk lupain aja."
"Kalo kangen bilang aja kali nggak usah nggak tau melulu jawabnya?"
"Ih apaan sih, kegeeran wleee."
Sambil menjulurkan lidahnya.
"Hayooo! bener sih kayanya kangen. Tuh liat aja tuh mukanya jadi merah gitu, malu ya ketauan, cie."
Sambil menunjuk ke arah wajahnya.
"Ih Nabil Awas yaaa!"
Di sini aku langsung lari sambil tertawa, soalnya dia mau memukulku dengan buku yang sedang dia pegang.
Aku pun duduk dikelas. Dan sambil melihat ke arah Resa yang kayanya masih kesal.
Padahal sebenernya sih aku juga seneng ketemu dia, entahlah apa yang ku rasakan saat ini.
Ku sempatkan membuka HP sebentar, ternyata banyak chat dari Resa yang tak sempat aku buka, kayanya pas aku dijalan tadi, dia nanyain aku lagi dimana beberapa kali.
Kayanya emang khawatir sih dia. Aku jailin aja aku balas chatnya.
"Aku baik-baik aja ko Sa, ini ada dibelakang kamu, sini dong biasanya juga nengok mulu ke belakang."
Ku lihat dia pun memang sedang mainin hpnya. Karena guru pelajaran juga belum ada, tak lama dari itu, dia langsung menengok ke arahku dan mengacungkan jari tengah dengan lidah menjulur.
Lucu banget dia kalo dijailin kaya gitu. Sekarang kalo nggak jailin dia kayanya ada yang kurang gitu.
Pada waktu istirahat, aku dan Dendra seperti biasa nongkrong di kantin, kami juga bertemu dengan teman-temanm band, sekalian ngobrol-ngobrol gitu, tapi Resa gatau kemana, sejak jam istirahat dia langsung pergi sama temen sebangkunya.
Hmmm nggak papa lah, tapi sebenarnya aku merasa ada yang kurang sih kalo dia ga ada, nggak tahu kenapa semakin aneh yang aku rasakan saat ini, Mungkin dia juga masih malu sama kejadian tadi.
Sepulang sekolah, aku pun berjalan menuju parkiran bersama Dendra, sedangkan Resa yang biasanya nyamperin dan membuka sedikit obrolan bawelnya , hari ini dia hanya pamitan, dan hanya sedikit bicara, seperti ada yang aneh juga dengan sikapnya siang ini.
"Bil, aku duluan ya, bapak sudah nunggu di depan soalnya, kalian hati-hati ya pulangnya. Dah Assalamu'alaikum."
"Iya Sa, waalaikumsalam."
Jawabku dan Dendra
"Tumben tuh anak, biasanya nempel dulu Bil sama kamu sebelum pulang."
Dendra berbicara dengan sedikit kebingungan.
"Ah apaan sih Dend, giliran dia jauh diomongin deket apalagi, maunya apa sih kamu ini. Hmmmmm."
Apa aku sudah kelewatan kali ya, tadi bercandin dia. Ya mudah-mudahan enggak sih.Nanti deh malem aku chat dia biar jelas.
Ucapku di dalam hati.
"Bil, kamu kan nanti malem jadwal nyanyi ya, aku ikut boleh nggak? sekalian nemenin kamu gitu, bete aku dirumah."
"Boleh aja sih aku seneng kalo ada temen, aku coba telfon Nadya dulu deh ya, biar enak kan."
"Iya Bil, bilang aja sekarang."
Aku pun langsung menelpon Nadya, tak lama langsung diangkat.
"Iya hallo Bil, Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam Nad, aku mau ngomong nih."
"Iya iya Bil sok kalo mau ngomong ada apa nih?"
"Gini, aku nanti kesana sama temenku nggak papa kan? biar aku pulang ada temennya jadi nggak nginep."
"Ohh kirain ada apa, Silahkan aja Bil nggak papa, bagus malah kamu jadi ada temennya di jalan."
"Em cuma itu aja kok Nad, makasih ya, yaudah sampai ketemu disana aja ya nanti malam."
"Iya Bil, kalo bisa datengnya agak sorean ya, biar bisa ngobrol dulu."
"Iya Nad, nanti aku berangkat sorean deh. Udah dulu ya Nad aku mau pulang soalnya ini."
"Oh iya Bil, sampe ketemu ya. Hati-hati pulangnya!"
"Iya Nad. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam Bil."
Setelah nelpon, aku pun langsung bilang ke Dendra, bahwa bisa nanti dia ikut kesana.
"Gimana Bil?"
"Bisa katanya, tapi nanti kita pulang aja ya nggak usah nginep, kan kita berdua pulangnya."
"Hmmm. Oke deh, sekarang ke rumahku dulu ya, makan siang aja di rumahku, habis itu ke rumahmu deh bil kita maen PS yuk, udah lama aku ga Maen PS bareng di rumahmu."
"Iya hayu Dend, oh iya nanti anter sebentar ke bengkel ya, mau ganti busi motor dulu."
"Iya siap Bil gampang. Yuk Gas ah!"
Kami pun pulang, kami mampir dulu sebentar di bengkel, yang gak jauh dari rumah Dendra, setelah itu kami sampai di rumah Dendra. Aku pun numpang ikut sholat dan makan siang di sana.
"Bil, kita pake satu motor aja ya, kamu nanti nggak usah bawa motor, biar ga ribet."
"Ok Dend, ayo ah berangkat sekarang, takut ibuku nyariin juga."
"Hayu Bil. Kamu duluan aja gih kedepan tunggu di luar."
Sambil pergi keluar akupun pamitan sama mamanya Dendra sekalian minta Izin.
Singkat cerita aku pun sampai di rumah, ibu sempet nanya aku dari mana, aku jawab aja dari rumah Dendra. Dan bilang kalo Dendra nanti mau ikut aku ke kafe. Jadi pulang ada temennya nggak perlu nginep di sana.
Kami pun langsung masuk ke kamar.
"Dend, sana katanya mau maen PS, nyalain aja, aku mau ganti baju dulu."
"Oke Bil."
Setelah ganti baju, aku mengambil tas yang aku pakai saat ke kafe kemaren, sekalian mau nyiapin buat nanti malam, apa aja yang harus aku bawa.
Aku baru sadar kalau ada amplop yang Nadya kasih kemarin, aku nggak inget sama sekali.
Aku mau membukanya, tapi nggak enak ada Dendra di sini. Aku pun keluar dan menghampiri ibu sambil membawa amplop itu.
"Bu, bu."
"Iya ada apa nak?"
"Ini aku lupa, kemarin aku dapet bayaran pertamaku, ibu yang buka ya, aku sih nggak tahu berapa isinya, nanti ibu simpen aja. terus, kalo ibu perlu pake aja nggak papa."
"Ko ibu sih Bil, ini kan punya kamu, lagian ibu belum perlu ko, kalo pun perlu ibu bisa minta kan ke bapak."
"Hmmm ibu, padahal aku seneng kalau ibu pake dari hasil nyanyi ku. Yaudah deh buka dulu aja bu."
Ibu pun membuka amplop itu, ternyata lumayan besar ada 600 ribu.
"Bil kok banyak sih bukannya 250 ribu ya semalam nya?"
"Nggak tahu bu, mungkin dari saweran sisanya, soalnya waktu itu memang banyak pengunjung dan saweran Bu. Yaudah ibu simpan deh semua, terserah mau ibu apain aku juga belum perlu uang Bu, aku kan nggak biasa pegang uang kaya gitu, uang jajan dari ibu aja ini masih ada."
"Yaudah gini aja, besok ibu bikin tabungan di bank deh khusus buat tabungan kamu. Tapi ini ambil aja dulu 200 buat pegangan, terus traktir tuh temen kamu si Dendra. Dia kan baik, selalu nemenin kamu, terus kalo kamu perlu lagi, kamu minta aja sama ibu ya."
"Iya bu oke deh kalo gitu, tapi ibu juga kalo mau pake, nggak papa pake aja ya."
"Bersyukur banget ibu punya anak baik seperti kamu nak, biasanya seumuran kamu kalo dapat uang pasti cepet habis, apa aja dibeli, tapi kamu beda nak. Semangat terus ya, ibu selalu do'ain semoga apa yang kamu impikan terwujud semuanya."
"Amiiin Bu makasih."
Aku pun kembali ke kamar. Dan lanjut maen PS bersama Dendra.
Di kamarku memang ada PlayStation yang sengaja Bapak belikan waktu ulang tahunku tahun lalu, katanya sih sengaja biar aku gak sering main di luar, Bapak lebih senang teman-temanku main ke rumah dari pada aku yang keluar.
Sore pun tiba, aku dan Dendra siap-siap untuk berangkat, soalnya udah janji juga sama Nadya kalo aku mau berangkat sore.
Pukul 17:00 aku sampai di sana tapi Nadya nggak ada di kafe.
Kafe sih sudah buka tapi masih sepi. Akupun menelfon Nadya.
"Hallo assalamu'alaikum Nad.. Kamu dimana ya? Aku udah sampe kafe."
"Ohh. Aku di rumah Bil, kesini aja dulu istirahat di rumahku. Soalnya aku juga belum mandi sih, jadi pasti masih lama kesitunya."
"Hmmm iya deh yaudah aku kesana sekarang ya."
"Oke Bil. Aku tunggu!"
Aku pun mengajak Dendra ke rumahnya Nadya yang nggak jauh dari kafe.
Sesampainya di sana, kami dipersilahkan duduk sama Nadya, tak lupa juga aku mengenalkan Dendra dengan Nadya.
"Yaudah kalian santai-santai dulu aja ya di sini, nggak ada siapa-siapa ko. Aku mau mandi dulu sekalian ke belakang nyuruh bibi buatin minum buat kalian."
Kami pun istirahat di sini, di teras depan yang lumayan luas dan ada sofa empuk jadi enak buat senderan.
Dendra juga senang soalnya ada gitar juga, dia pun langsung gitar-gitaran disini.
"Ohh jadi Nadya itu yang tadi Bil?"
"Iya Dend, memang kamu kira yang mana lagi?"
"Kok bisa ya secantik itu langsung nyaman sama kamu hanya dalam waktu sehari? Hebat kamu Bil, jadi pengen belajar aku sama kamu."
"Ahh apaan sih, mungkin dia lagi nggak sadar Dend waktu itu. Udah deh nggak usah bahas yang aneh-aneh. Ohh iya katanya toko papamu juga ada ya daerah sini?"
"Iya ada Bil tapi lebih sana lagi sebelum pertigaan, tapi biarin aja ah, lagian papaku juga ga ada di sana."
Papanya Dendra ini punya beberapa toko minimarket yang cabangnya ada di beberapa lokasi di Sukabumi.
"Ohh masih baru ya?"
"Iya makanya pas habis latihan waktu itu, aku buru-buru pulang diajak peresmian gitu."
"Ohh Oke deh Oke iya aku ingat."
Tak terasa sudah pukul 17:45. Nadya pun keluar dengan rambutnya yang masih basah, aromanya pun wangi sekali. aku & Dendra juga sempet bengong, maklum lah laki-laki kalo sama yang cantik pasti bengong.
Dendra yang sedang main gitar langsung dia simpan. Karena mungkin merasa malu.
Nadya : "Kenapa disimpan nggak papa mainin aja!"
Aku : "Maklum dia kalo udah ketemu gitar gatel Nad"
Nadya : "Ah tapi keren kok. Tadi aku denger dari dalam"
Aku : "Oh iya, dia ini gitaris aku Nad di band yang bareng sama Mega. Jadi gitu lah makanya kalo ada gitar gatel tangannya"
Nadya : "Oh pantesan mainnya bagus ternyata gitaris ya hmm"
Dendra : "Udah ah udah jadi malu dong aku. Oh iya Nad aku mau numpang ke toilet dimana ya?"
Nadya : "Oh iya silahkan, masuk aja ke dalam, lurus terus mentok, belok kanan."
Disaat Dendra ke toilet, Nadya memandangku tajam sekali sambil tersenyum. Aku jadi degdegan banget di tatap dia seperti itu.
"Kenapa Nad hei? Ngeliatnya serius amat."
"Hehe maaf, maaf Bil. Maaf ya. Mungkin aku seneng kamu ada disini lagi Bil."
"Hmmm kirain kenapa."
Kami berdua pun jadi canggung, diem dieman, aku juga nggak bisa bilang apa-apa, soalnya aku malah jadi nggak fokus karena memang aku lihat, Nadya sore ini sangat cantik sekali.
Tak lama Dendra pun datang. Aku sedikit tenang karena suasana jadi nggak tegang lagi.
Nadya : "Oh iya abis magrib kalian makan di sini ya, bibi udah masak lumayan banyak, kita makan bareng ya nanti."
Aku : "Iya Nad makasih. Maaf jadi ngerepotin."
Nadya : "Enggak kok, malah aku seneng jadi ada temen buat makan."
Waktu magrib pun tiba, selesai sholat magrib kami bertiga makan bersama di meja makan yang lumayan besar.
Makan malam berlangsung santai dan sambil mengobrol.
Nadya : "Makannya Pada nambah ya jangan malu-malu!"
Aku : "Iya makasih Nad."
Nadya : "Oh iya, aku mau nawarin sesuatu nih sama Dendra."
Dendra : "Oh ya, Apaan tuh?"
Nadya : "Gini Dend, tadi siang aku dapat kabar dari gitaris aku yang biasa ngisi di kafe, dia agak sibuk beberapa bulan kedepan, katanya sih mau mulai ngerjain skripsi, soalnya kan dia kuliah semester akhir. Aku mau nawarin kamu, kira-kira bisa nggak gitu selingan sama dia, tadi aku juga lihat permainanmu Oke ko. Gimana Dend?"
Dendra : "Wah serius nih? boleh tuh, tapi aku pengen jadwalnya sama kaya Nabil ya, biar ada temen kan."
Nadya : "Iya serius Dend. Mungkin pas banget ketemu kamu malam ini, kalo jadwal Bisa aja sih nanti aku bisa atur. Yaudah gini aja, besok aku kabarin kamu lagi deh ya sekalian mastiin kamu mulainya kapan. Gimana?"
Dendra : "Oke deh aku tunggu kabarnya Nad."
Wahh seru banget nih kedepannya, bakal satu panggung sama Dendra sahabatku, gokil sih, makin kesini sepertinya perjalananku semakin di permudah, mungkin karena doa orangtuaku, dan juga Ritha disana.
Ya Allah, aku sampai lupa sama Ritha. Apa dia sudah kasih kabar atau belum, walaupun baru lupa sehari, aku merasa bersalah sekali udah sempat ngelupain dia.
Aku pun mengecek email ditengah-tengah makan, mumpung Nadya Sama Dendra lagi ngobrol juga. tapi memang masih belum ada sih kabar yang aku tunggu-tunggu, apa aku memang aku harus terbiasa lupa sama Ritha, soalnya semakin ku tahan seperti ini, semakin sakit rasanya menahan rindu.
Memang harus terbiasa sepertinya, toh yang penting kan hati aku gak akan kemana-mana. Suatu hari nanti pun pasti ada kabar dari dia.
Nadya : "Bil? Hei ko ngelamun. Ayo makannya abisin!"
Aku : "Eh iya iya maaf Nad."
Aku sampai lupa sama makan gara-gara mikirin Ritha.
Nadya : "Kenapa sih Bil? Lagi Ada masalah ya?"
Dendra : "Ah aku tau Bil kamu lagi mikirin apa."
Aku langsung memberi kode kedipan kepada Dendra sambil menendang kakinya dibawah meja, soalnya dia pasti tau apa yang aku pikirkan.
Nadya : "Apaan emang Dend? Wah kode-kode segala lagi."
Aku : "Nggak ada apa-apa ko Nad, si Dendra mah suka so tau kadang."
Nadya : "Hmmmm. Oke deh nggak papa, tapi awas aja ya kalo ngelamun jorok kamu Bil."
Aku : "Enggak lah Nad, ngawur kamu hmm."
Makan malam pun selesai. Setelah Isya, Kami bertiga berangkat ke kafe jalan kaki. Motor Dendra di simpan di garasi Rumah Nadya biar nanti pas habis acara kami sekalian antar Nadya pulang.
Acara sih Alhamdulillah berlangsung lancar seperti malam minggu kemarin, pengunjung juga ramai gak jauh beda sama malam minggu. tapi bedanya kalo hari biasa hanya sampai jam 22:00.
Setelah acara selesai, aku mengajak Nadya langsung pulang, soalnya takut kemalaman..
Nadya : "Bil temenmu kemana ko gak keliatan?"
Aku : "Iya ya, tadi sih duduk disitu dia, bentar deh aku telfon Nad."
Aku langsung menelfon Dendra, katanya dia ada di seberang sana lagi beli kuota, aku disuruh duluan saja ke rumah Nadya, nanti dia menyusul.
Dan akhirnya aku ke rumah Nadya hanya berdua sambil mengobrol.
"Bil kamu ada instagram?"
"Em ada sih, tapi jarang aku buka Nad, kenapa emang?"
"Kamu lihat deh instagram kafe ku, semenjak kamu tampil di sini, banyak banget komen-komen yang nanyain kamu, apalagi cewek-cewek, pada nanyain instagram kamu Bil."
"Ah masa sih Nad sampe segitunya, mana coba aku lihat?"
"Beneran Bil, kamu liat aja nih!"
Nadya menunjukkan handphonenya kepadaku.
"Tadinya sih aku mau tag kamu Bil, tapi aku kan nggak tahu instagram kamu."
"Yaudah nih instagram aku!"
Kami pun saling follow di instagram. Setelah itu.
"Tapi nggak jadi ah nggak usah di tag lah kamu Bil, males aku, nanti banyak cewek lagi yang DM kamu. Makin banyak dong nanti yang jadi sainganku."
"Hmm. Ini juga banyak Nad Dm yang nggak aku balas, makanya aku jarang buka instagram, lagian aku nggak pernah deket selain sama orang yang aku kenal. Di WhatsApp saja aku hanya balas yang aku kenal, kadang yang aku nggak kenal aku balas seadanya. Nih kalo nggak percaya liat aja di WA banyak nomer gajelas kan?"
Sambil ku tunjukan isi chatku.
"Ohh iya ya, banyak banget itu Bil. Syukur sih kalau kaya gitu, jadi aku nggak punya saingan dong ya, untung aku udah kenal kamu duluan."
"Ye Kamu becanda mulu dari tadi ah."
"Ih org aku serius juga. Hahaha"
"Mana ada serius sambil ketawa gitu hmm"
"Terus harus sambil cemberut gitu? nanti kalo aku cemberut yang ada kamu jadi nggak suka sama aku."
"Iya sih jelek kalo cemberut cantikan senyum."
"Tuh kan. Yaudah nih aku senyum yang banyak buat kamu deh nih emmmm."
Nadya pun tersenyum dan mendekatkannya ke arah mukaku.
"Haha udah ah Nad udah becanda mulu kamu. Btw kita udah sampe nih, aku langsung pamit ya biar Dendra aku jemput aja ke depan, paling ketemu di depan nanti. Soalnya udah malem juga."
"Hmm, padahal masih pengen ngobrol."
"Kapan-kapan lagi aja ya Nad ngobrolnya."
"Hmmm iya deh , Oh iya bil rencananya aku mau bikin channel youtube. Jadi nanti pas live di rekam gitu deh di videoin setiap lagunya, gimana Bil menurut kamu?"
"Hmmm Bagus itu Nad, bisa buat promo kafe kamu juga kan, semoga aja makin rame nantinya."
"Amiiiin. Nanti deh aku nyari kamera yang bagus dulu, biar keliatan profesional gitu kan gambarnya, tapi aku yakin bakal rame sih kalo ada kamu Bil, soalnya liat aja di komenan instagram, kamu tuh katanya bukan live musik tau, tapi malah konser."
"Ahh bisa aja itumah, kamu juga kan bagus Nad. Yaudah aku keluarin motor dulu ya bentar."
"Iya Bil silahkan!"
Aku pun mengeluarkan motor Dendra, soalnya kuncinya juga ada di tasku. Dan kini aku sudah di atas motor dan hendak memakai helm.
"Yaudah Nad kamu masuk aja nggak papa! udah malem, nanti kita sambung lagi ngobrolnya deh ya, aku pulang sekarang nggak papa kan?"
"Hmm yaudah deh, tapi bentar Bil."
"Apa Nad?"
Emmuah
Nadya tiba-tiba mencium pipiku.
"Makasih yaa buat malam ini Bil."
Aku hanya terdiam. Tak kusangka dam juga tak kuduga tiba-tiba saja Nadya mencium pipiku, diapun langsung lari ke dalam sambil menutup gerbang dan hanya bilang.
"Dadah Nabil sampai ketemu lagi nanti ya!"
Aku panik dan kaget, perasaanku campur aduk di situ. Karena Aku baru kali ini di cium perempuan.
Pas aku melihat ke depan Dendra sedang diam berdiri melihatku dari kejauhan. Ternyata dia memang mau menuju kesini.
Aku pun langsung menghampiri Dendra dengan motornya.
"Gokil gokil. Nggak nyangka Bil aku sama kamu, sejauh apa sih hubungan kamu sama Nadya sekarang, nggak usah disembunyikan Bil, aku nggak akan melarangmu ko."
Rupanya Seperti yang kuduga, Dendra melihat kejadian barusan.
"Semuanya nggak seperti yang kamu lihat barusan Dend, aku juga nggak tahu kenapa Nadya melakukan itu kepadaku barusan.
Kamu pasti tahu kan, aku tak segampang itu jatuh hati. Apalagi aku baru kenal Nadya beberapa hari yang lalu."
"Aneh kamu ini, Masa kamu gak faham. Itu artinya kan Dia punya perasaan sama kamu, sekarang aku tanya deh, apa kamu juga suka sama dia?"
"Memang sih dia suka membuka obrolan ke arah situ. Tapi aku nggak pernah nanggepin, aku suka pura-pura nggak tahu. Memang sih aku juga perlahan ada sedikit rasa nyaman Dend sama Nadya, tapi hanya rasa nyaman Dend nggak lebih. Terus juga nggak harus secepat itu juga dong, jujur aku sedikit kecewa tadi sama Nadya."
"Kamu harus tegas dong Bil, jangan bikin orang lain nyaman terus sampe timbul perasaan sama kamu, aku nggak peduli kamu mau kaya gimana, mau deket sama siapa. Tapi inget, masih ada loh di sana hati yang harus kamu jaga, sekalipun dia nggak pernah ngabarin kamu sampe sekarang. Jangan pernah sepelein janji Bil."
"Iya aku juga tahu Dend, tapi aku nggak tau cara nolaknya gimana, kamu pasti paham posisi aku selama ini kaya gimana. Aku tuh ibarat sedang berjalan menuju puncak gunung yang indah, dan diperjalanan ada banyak pemandangan yang indah pula, dan aku gabisa berpaling dari pemandangan itu Dend. Kamu ngerti kan?"
"Iya iya aku ngerti ko. Yaudah yaudah sekarang kita pulang aja, gausah dipikirin dulu, tapi sekali lagi aku ingetin ya Bil, kalo kamu nggak bisa tegas dari sekarang, yang rumit nanti kamu sendiri. Aku cuma kasian nantinya sama kamu. Itu aja dari aku."
"Iya Dend. Nanti aja deh aku pikirin lagi caranya gimana, sekarang pikiranku udah nggak konsen."
"Iya lah mana bisa konsen. Aku juga kalo dicium cewek cantik kaya Nadya pasti nggak bakalan konsen, malah kalo aku kayanya minta nambah sih."
"Ahh si anjir. Ohh iya, nanti mampir dulu ya beli martabak, beli juga buat papa sama mamamu, aku ada sedikit Rezeki ini. Terus besok pas istirahat kita ke kantin ya. Aku mau traktir."
"Wih mantep nih. Gas Bil, jadi semangat gini tiba-tiba."
Singkat cerita kami pun telah sampai dirumah masing-masing.
Sebelum tidur, aku memandang sobekan kertas milik Ritha.
"Tha, kapan kamu kabarin aku, aku nggak sanggup kaya gini terus, kabarin walau sedikit saja. Agar aku bisa yakinin kalau aku masih ingin setia sama kamu."
Semakin aku mengingat momen bersama Nadya tadi, semakin aku takut kehilangan Ritha.
mampir di ceritaku judulnya "Istri Rahasia Tuan Muda" semoga suka❤️