Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Hari ini Andrian memutuskan untuk bertemu dengan seorang klien penting di sebuah kafe yang cukup terkenal di pusat kota. Klien tersebut adalah Anita, seorang wanita karier yang dikenal cerdas dan ambisius. Namun, ada satu hal yang tidak Andrian ketahui—Anita adalah sahabat dekat Melinda.
Kirana, yang selalu mendampingi Andrian dalam pertemuan itu. Dengan penampilannya yang rapi dan profesional, Kirana selalu mendapatkan perhatian di mana pun ia berada. Begitu mereka masuk ke kafe dan menghampiri meja yang telah ditentukan.
Suasana kafe tersebut memberikan kesempatan yang ideal untuk menjalin komunikasi bisnis yang efektif. Namun, ketika Anita tiba, suasana mendadak berubah. Kirana merasakan sedikit ketegangan, Kirana seperti familiar dengan perempuan itu.
Anita yang tidak mengetahui hubungan dekat antara Andrian dan Kirana, merasa nyaman untuk berbagi cerita tentang Melinda dan kehidupan pernikahannya. Di sisi lain, Andrian dan Kirana tidak mencurigai bahwa Anita adalah orang yang dekat dengan Melinda. Melalui obrolan santai, Kirana terpesona dengan cara Anita berbicara tentang Melinda, kembali membawa kepercayaan dirinya.
Namun, di tengah perbincangan hangat itu, Anita, selaku sahabat Melinda, tidak bisa menekan rasa curiganya. Dia selalu mengamati hubungan antara Andrian dan Kirana, dan kehadiran Kirana yang dekat dengan Andrian kerap kali membangkitkan spirali pertanyaan di hatinya. Hanya dengan melihat keduanya, Anita merasa ada yang tidak beres. Kenapa mereka terlihat begitu akrab? Apakah hanya sekadar pekerjaan atau ada sesuatu yang lebih di baliknya?
Anita memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam. Dia mulai mengamati setiap interaksi antara Andrian dan Kirana, mengumpulkan bukti-bukti yang bisa menguatkan kecurigaannya. Dalam pikirannya, ada resiko besar jika memang terdapat hubungan yang lebih dalam antara mereka. Dia tidak ingin sahabatnya, Melinda, dilukai oleh kebohongan yang mungkin ada di balik hubungan kerja ini.
"Selamat datang, Anita," kata Andrian dengan senyum hangat, berusaha memecah keheningan. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengan saya hari ini."
"Terima kasih juga, Pak Andrian. Saya sudah menunggu kesempatan ini," jawab Anita sambil mengulurkan tangan untuk berjabat erat. Kirana hanya bisa menyaksikan mereka dari samping, merasakan aura kerja sama yang kuat antara atasan dan kliennya.
Sementara obrolan bisnis dimulai, Kirana merasa ada sesuatu yang aneh. Ia memperhatikan bagaimana Anita sesekali meliriknya, seolah mencoba mengingat sesuatu atau mungkin mengenalinya. Kirana berusaha untuk tidak terbawa suasana dan tetap fokus pada pekerjaan.
Namun, hatinya berdebar-debar setiap kali Anita menatapnya dengan intens, tanpa ia ketahui bahwa sahabat Melinda itu tenggelam dalam pikiran yang lebih dalam.
Setiap detail dalam percakapan mereka, baik yang bersifat profesional maupun pribadi, semakin membuat Kirana merasa janggal. Di satu sisi, ia mengagumi kemampuan Andrian untuk bernegosiasi dan menjalin hubungan dengan klien, tetapi di sisi lain, ia merasakan ketegangan yang tidak biasa, seolah ada sesuatu yang lebih besar yang tersembunyi di balik pertemuan ini.
Ketika obrolan mulai menghangat dan sesi tanya jawab mulai berlangsung, Kirana menemukan momen untuk menyela. "Maaf, tetapi apakah Anda sudah mempertimbangkan proposal yang kami ajukan sebelumnya, Anita?" tanya Kirana dengan percaya diri.
Anita menoleh dan memandang Kirana, kemudian tersenyum. "Oh, saya sudah membaca proposal itu. Di luar harapan, sangat menarik. Tapi kalau boleh tahu, siapa yang menyusun materi tersebut?"
Andrian menjawab dengan yakin, "Itu semua ada di tim saya. Kirana adalah otak di balik banyak presentasi yang kami buat."
Kirana memancarkan senyuman bangga, namun dalam hati ia merasa ada tekanan. Apakah Anita menyadari siapa dirinya? Atau lebih penting lagi, apakah Melinda akan mengetahui jika Andrian dan Kirana terlibat dalam situasi yang tidak biasa ini?
Setelah pertemuan berlanjut, Kirana melihat semacam kilatan pengenalan di mata Anita, dan detak jantungnya semakin cepat. Dia mulai menggali lebih dalam apa yang terjadi, bahkan merasa perlu untuk menegaskan garis batas antara keingin tahu yang tak terucapkan.
Ketika pertemuan mendekati akhir, Kirana tanpa sengaja melihat ponsel Anita bergetar, menampilkan notifikasi dari Melinda. Ternyata, istri Andrian itu sedang mencari sahabatnya. Kirana menatap curiga kearah Anita, merasakan bahwa sesuatu yang signifikan mungkin akan terungkap.
Setelah menyelesaikan pembicaraan, mereka berpisah dan kembali ke mobil. Kirana tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Andrian, ada yang ingin aku bicarakan tentang klien kita tadi."
Andrian menoleh dan tersenyum, namun Kirana bisa melihat ada beban di wajahnya. "Apa itu?" tanyanya, tidak menyadari bahwa jawaban yang akan keluar dari mulut Kirana bisa mengubah segalanya.
Kirana menarik napas dalam-dalam dan berkata, "aku pikir Anita mungkin mengenal Bu Melinda. Ada sesuatu yang membuat aku merasa tidak nyaman."
Andrian mengernyit, bingung. "Apa maksudmu?"
Dalam momen itu, kedua mereka tidak menyadari bahwa pertemuan ini bisa menuntun mereka pada situasi yang lebih rumit.
Sementara itu, Andrian dan Kirana, terjebak dalam kompleksitas situasi ini, terpaksa berhadapan dengan tantangan moral dan emosional. Apakah mereka akan menyadari bahwa kedekatan mereka dapat menimbulkan masalah lebih besar di kemudian hari? Atau adakah jalan lain yang bisa mereka ambil untuk menjaga batasan profesional di tengah godaan dan ketertarikan yang muncul?
Akhir bab ini meninggalkan pembaca pada titik ketegangan yang tinggi, menantikan pengembangan cerita selanjutnya. Bagaimana Andrian akan menangani situasi ini? Apa yang akan terjadi ketika Melinda mengetahui pertemuan ini? Semua itu akan terjawab di bab-bab berikutnya dalam perjalanan penuh intrik dan dilema moral ini.
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta