NovelToon NovelToon
Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Ujian Terakhir

Kazuma berdiri tegak, Kitab Reinkarnasi berdenyut di tangannya seiring dengan jantungnya yang berdetak kencang. Sosok misterius yang mengaku sebagai Penjaga Kebenaran mengamati mereka dengan mata yang bersinar merah, penuh ancaman. Sylvia berdiri di samping Kazuma, pedangnya terangkat, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

“Jika kau menginginkan kekuatan dari Inti Kekuatan ini,” suara Penjaga Kebenaran bergema di seluruh ruangan, “kau harus membuktikan dirimu layak. Tidak hanya kekuatan fisik yang diuji, tetapi juga hatimu. Hanya mereka yang memiliki kemurnian niat dan kejelasan pikiran yang bisa mengendalikan kekuatan besar ini.”

Kazuma menatap Penjaga Kebenaran itu dengan tenang. Dia tahu bahwa pertarungan kali ini bukan hanya tentang kekuatan magis atau teknik bertarung. Ini tentang dirinya—tentang alasan mengapa dia berada di dunia ini dan apa yang dia cari. Semua yang telah dia pelajari hingga saat ini akan diuji.

“Siapkah kau menghadapi ujian terakhir?” Penjaga Kebenaran bertanya, suaranya menggema seperti guruh.

Kazuma mengangguk. “Aku siap.”

Penjaga Kebenaran mengangkat tongkatnya yang memancarkan cahaya merah menyala, dan tiba-tiba, seluruh ruangan berubah. Kazuma dan Sylvia menemukan diri mereka berdiri di padang luas yang asing, dikelilingi oleh langit gelap tanpa bintang. Angin dingin bertiup, membawa suara-suara samar dari masa lalu Kazuma.

“Kau akan diuji dalam tiga tahap,” kata Penjaga Kebenaran, suaranya terdengar dari segala arah. “Setiap tahap akan mengungkapkan kebenaran dalam hatimu. Jika kau gagal... kau akan terperangkap dalam kegelapan ini selamanya.”

Kazuma meneguk ludah, mencoba mengatasi ketakutannya. “Aku tidak akan gagal.”

Seketika, tanah di bawah mereka bergetar, dan bayangan-bayangan besar mulai muncul dari tanah. Sosok-sosok itu tampak familiar bagi Kazuma—sosok musuh-musuh yang pernah dia hadapi dalam hidup sebelumnya. Para pemburu yang pernah menghabisi hidupnya di dunia lama, muncul kembali, dengan tatapan dingin dan senjata terangkat.

“Ini adalah ujian pertamamu,” kata Penjaga Kebenaran. “Kau harus menghadapi masa lalumu.”

Kazuma mengepalkan tinjunya. Dia merasakan amarah dan ketakutan yang pernah dia alami kembali bangkit. Tetapi dia juga tahu bahwa dia bukanlah orang yang sama seperti dulu. Dia telah belajar, bertarung, dan menjadi lebih kuat. Kali ini, dia tidak akan lari.

“Ini hanya bayangan,” Kazuma berkata pada dirinya sendiri. “Mereka tidak bisa menyakitiku lagi.”

Bayangan pertama menyerang, meluncurkan serangan mematikan dengan pisau di tangan mereka. Kazuma menghindar dengan cepat, melompat ke samping, dan melepaskan kekuatan sihir dari Kitab Reinkarnasi. Cahaya biru terang mengalir dari tangannya, menghantam bayangan itu, membuatnya hancur menjadi debu.

Satu demi satu, bayangan-bayangan itu menyerang, tetapi Kazuma menghadapi mereka tanpa rasa takut. Setiap serangan yang mereka lancarkan, dia tangkis dengan sihir atau serangan fisik yang terlatih. Sylvia mengawasi dari belakang, tidak ikut campur, memberi Kazuma ruang untuk menghadapi masa lalunya sendiri.

Setelah beberapa saat, semua bayangan telah hancur. Kazuma berdiri di tengah padang yang sunyi, napasnya terengah-engah tetapi penuh dengan rasa percaya diri yang baru.

“Kau telah melewati ujian pertama,” kata Penjaga Kebenaran. “Kau telah menunjukkan bahwa kau tidak akan lagi dibelenggu oleh masa lalu.”

Kazuma merasa lega, tetapi dia tahu ini baru permulaan. Sebelum dia sempat bersantai, suara Penjaga Kebenaran bergema lagi.

“Ujian kedua,” suara itu berkata, “adalah menghadapi ketakutanmu akan masa depan.”

Tiba-tiba, langit di atas mereka berubah. Kazuma melihat dirinya berdiri di tengah kota yang hancur. Bangunan-bangunan runtuh, api berkobar di mana-mana, dan di kejauhan, dia bisa mendengar teriakan orang-orang yang ketakutan.

Kazuma tertegun. Ini adalah pemandangan yang mengerikan—mimpi buruk yang mungkin terjadi jika dia gagal melawan Penjaga Keseimbangan dan menyelamatkan dunia ini.

Di tengah kota yang hancur, Kazuma melihat sosok dirinya sendiri, tergeletak di tanah, terluka dan tak berdaya. Kitab Reinkarnasi terjatuh di sampingnya, tak berfungsi. Di sekelilingnya, Sylvia dan orang-orang lain yang dia kenal terbaring tanpa nyawa.

“Kau takut gagal,” kata Penjaga Kebenaran. “Kau takut bahwa kau tidak cukup kuat untuk menyelamatkan dunia ini. Ketakutanmu akan kegagalan bisa menghancurkan segalanya.”

Kazuma merasakan ketakutan itu mencengkeram hatinya. Dia selalu tahu bahwa tanggung jawab yang dia emban sangat besar, tetapi melihat kehancuran ini membuatnya meragukan kemampuannya.

“Aku... aku tidak bisa gagal,” gumam Kazuma, menggenggam erat Kitab Reinkarnasi.

Dia tahu bahwa ketakutan ini nyata, tetapi dia juga tahu bahwa ketakutan tidak bisa menghentikannya. Dengan tekad yang bulat, Kazuma berjalan maju menuju sosok dirinya yang tergeletak di tanah. Setiap langkah yang dia ambil, kehancuran di sekelilingnya mulai memudar.

“Aku mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Kazuma, suaranya penuh keyakinan. “Tetapi aku akan terus berjuang. Aku tidak akan membiarkan rasa takut menghentikanku.”

Ketika dia mencapai sosok dirinya yang tergeletak di tanah, bayangan itu menghilang. Kota yang hancur juga mulai memudar, digantikan oleh cahaya terang yang menenangkan.

“Kau telah melewati ujian kedua,” kata Penjaga Kebenaran. “Kau telah menunjukkan bahwa meskipun kau takut akan masa depan, kau tidak akan membiarkan ketakutan itu menghancurkanmu.”

Kazuma merasa kekuatan baru mengalir di dalam dirinya. Dua ujian telah dia lewati, tetapi dia tahu ujian terakhir akan menjadi yang paling sulit.

“Dan sekarang,” suara Penjaga Kebenaran bergema lagi, “ujian terakhir: kau harus menghadapi dirimu sendiri.”

Kazuma terdiam. Ujian ini terasa berbeda dari yang lain. Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, bayangan dirinya muncul di hadapannya—bukan versi yang terluka atau lemah, tetapi dirinya yang kuat, penuh dengan kebencian dan kekuatan yang tidak terkendali.

“Kau adalah ancaman terbesar bagi dirimu sendiri,” kata bayangan itu dengan suara yang sama seperti Kazuma. “Kau bisa menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan dunia, tetapi kau juga bisa menghancurkannya jika kau kehilangan kendali.”

Kazuma merasa ngeri melihat bayangan itu. Dia tahu bahwa kekuatan besar yang dia miliki bisa menjadi pedang bermata dua. Jika dia tidak hati-hati, dia bisa menjadi ancaman yang sama besar dengan Penjaga Keseimbangan.

Bayangan itu menyerang, dan Kazuma bersiap. Pertarungan ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang mengendalikan emosinya. Dia harus menerima bahwa kekuatannya bisa menjadi berbahaya, tetapi juga percaya bahwa dia cukup kuat untuk mengendalikannya.

Dengan setiap serangan yang dia lancarkan, Kazuma merasakan ketegangan di dalam dirinya mereda. Bayangan itu semakin melemah, hingga akhirnya menghilang.

“Kau telah lulus ujian terakhir,” kata Penjaga Kebenaran, suaranya kini lebih lembut. “Kau telah menghadapi dirimu sendiri dan menunjukkan bahwa kau layak menguasai kekuatan besar ini.”

Kazuma terjatuh berlutut, kelelahan namun penuh dengan rasa lega. Ruangan di sekelilingnya kembali normal, dan di depannya, Inti Kekuatan berdenyut dengan cahaya biru terang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!