Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Wujud Cinta Starla
Semalam Brahma sejujurnya tak ingin membuat Starla semakin letih akibat obat perang_sang yang Ajeng campurkan dalam minumannya. Sebab dari pagi sampai pukul enam sore, acara reuni SMA terbilang padat merayap. Banyak destinasi wisata ternama di Jogja yang sudah mereka kunjungi. Alhasil Starla mengalami kepayahan hingga wajahnya terlihat pucat.
Walaupun begitu, Starla mengatakan pada Brahma bahwa dirinya baik-baik saja. Bahkan sebelum Brahma pergi ke ruang karaoke, Starla sudah mengubah riasan di wajahnya agar terlihat segar dan tak pucat lagi. Tujuannya tentu supaya Brahma tak tahu jika dirinya sedang menahan rasa sakit.
Dikarenakan penyakit jantungnya yang kini tengah kambuh pernah diingatkan oleh sang dokter agar tidak terlalu capek dan harus selalu bergembira suasana hatinya. Starla tak enak menolak jika ia hanya rebahan di kamar hotel sementara Brahma bersama rekan-rekan alumni SMA suaminya harus melakukan acara wisata sampai tuntas.
Starla dengan terpaksa menekan rasa sakit yang ada. Terlebih dirinya tak mau jauh-jauh dari Brahma. Entah seakan merasa takut kehilangan atau rindu ingin selalu memeluk suaminya itu. Starla tetap berangkat wisata bersama Brahma dengan sekuat tenaga yang ia miliki serta akting yang apik di depan semua orang demi menutupi penyakitnya.
Selepas pergi dari ruang karaoke dengan rasa kesal pada Ajeng, Brahma langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Ia berendam di air dingin dalam bathub agar pengaruh obat dari Ajeng segera hilang. Namun kegaduhan yang ia buat di dalam kamar mandi, seketika membuat Starla terbangun dan menyadari sesuatu yang aneh.
Ketika Brahma masuk ke kamar, Starla belum tidur dengan pulas. Ia tahu suaminya itu masuk ke dalam kamar lalu seakan terburu-buru pergi ke kamar mandi. Starla pikir, Brahma tak menyapanya yang tengah rebahan di atas ranjang karena suaminya itu sudah keb3let buang air kecil. Tapi, tak lama Starla mulai curiga karena mendengar guyuran air begitu kencang dari dalam kamar mandi. Sebab, Brahma jarang sekali mandi larut malam. Jam saat ini sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu kamar mandi terdengar di telinga Brahma. Disusul suara feminin dari sang istri memanggilnya.
"Mas, kamu mandi?"
"Iya, La." Brahma menjawabnya singkat karena tak mau istrinya curiga jika ia diam saja.
"Tumben jam segini mandi? Biasanya Mas mandi tengah malam kalau kita habis bercinta. Itu pun juga mandinya mau menjelang pagi,"
"Gerah, jadinya aku mandi."
Suara guyuran kamar mandi masih terdengar di telinga Starla.
"Ya sudah aku tidur dulu ya, Mas. Aku ngantuk," ucap Starla.
"Iya, La. Kamu tidur duluan, nanti aku segera nyusul."
Akhirnya Starla pun berjalan ke saklar lampu dan mematikan lampu utama hingga tersisa redup temaram dari lampu tidur saja. Lalu, ia masuk ke dalam selimutnya.
Satu jam kemudian, Brahma keluar dari kamar mandi dalam kondisi bertelan*jang dada dan berbalut handuk yang hanya menutupi area krusialnya yakni tempat megalodon bersembunyi. Kondisi rambutnya terlihat basah seperti habis keramas. Brahma merutuki sikap Ajeng yang menurutnya kekanak-kanakan hingga membuat dirinya seperti ini.
Efek obat tersebut masih ada dan belum bisa hilang secara sempurna dari dalam tubuhnya. Brahma menahan gejolak yang tengah berperang dalam tubuhnya. Raut wajahnya tampak berubah antara menahan efek obat dan rasa marah berbalut kecewa pada Ajeng.
Tanpa disadari Brahma, Starla sebenarnya belum tidur. Starla terus memperhatikan gerak-gerik Brahma dari celah selimut yang ia tutupi di sebagian wajahnya. Starla melihat apa saja yang dilakukan suaminya itu sejak keluar dari kamar mandi hingga sekarang dan perubahan yang terjadi tampak jelas baginya. Dirinya bukan anak kemarin sore yang tak tahu keanehan yang menimpa diri suaminya itu. Terlebih hal ini pernah ia lihat jelas ketika pertama kali Brahma mengambil kesuciannya dahulu yang ternyata karena obat perang_sang.
"Apa Mas Brahma kena obat lagi? Kali ini siapa pelakunya yang tega sama suamiku?" batin Starla.
Brahma mengira Starla sudah tidur, padahal belum. Mendadak Brahma dikejutkan oleh pelukan hangat dari kedua lengan cantik yang membelit tubuhnya dari arah belakang. Saat itu posisi Brahma tengah berdiri di depan lemari sambil memijat pelipisnya yang sedang pusing.
Grepp...
"La," ucap Brahma secara refleks terkejut.
"Bau Mas harum. Aku jadi pengin," bisik mesra Starla.
"Kok ka_mu belum tidur?" tanya Brahma dengan nada terbata-bata antara terkejut karena Starla ternyata belum tidur sekaligus menahan gejolak efek obat. Terlebih sentuhan Starla yang mengenai kulit tubuhnya seketika membuat hasrat itu semakin berkobar.
"Kangen, jadi enggak bisa bobo." Starla perlahan mulai melepas belitan handuk suaminya itu. Brahma pun semakin terkejut dan dilema.
"Kamu kan lagi gak enak badan tapi gak mau ke dokter, jadinya rebahan dan mager di kamar. Kok malah pengin begituan. Nanti kamu tambah sakit, La." Brahma menggelengkan kepalanya seraya berusaha menahan tangan istrinya yang sudah nakal merayap ke area krusial dalam tubuhnya.
"Ini kan malam Jumat. Cari pahala yuk," goda Starla yang semakin melancarkan serangan bertubi-tubi pada Brahma hingga pertahanan lelaki itu pun runtuh seketika di depan sang istri yang selalu begitu lihai membuat dirinya terbang ke angkasa bersama.
Akhirnya hal yang melenakan itu pun terjadi. Namun kali ini Brahma tidak melakukan secara kasar. Lembut dan berhati-hati karena Starla pun juga memberinya kode agar bermain seperti itu. Brahma menurutinya dengan baik.
Setelah satu jam melakukan peleburan bersama, Brahma begitu lega setelah berhasil menumpahkan isinya ke dalam rahim Starla. Penuh, hangat dan hingga tumpah. Tuntutan yang menyiksa dirinya beberapa saat yang lalu berhasil mendapat pelepasan yang dinginkan.
Peluh membanjiri dirinya dan juga Starla. Seluruh sarafnya yang tegang, berangsur rileks. Deru napasnya juga terdengar mulai normal kembali. Sepasang suami istri tersebut tengah mengatur napasnya.
"Makasih, istriku."
Cup...
Gumaman maskulin penuh kelembutan tanpa sadar Brahma bisikkan pada telinga Starla. Disusul kecupan hangat di kening istrinya tersebut. Lalu, mata Brahma pun terpejam dan tak lama dirinya sudah masuk ke alam mimpi akibat kelelahan yang melenakan barusan. Menyisakan Starla yang tersenyum bahagia usai mendengar semua itu keluar dari bibir suaminya. Ia semakin memeluk erat tubuh Brahma.
"Love you, Suamiku. Aku mencintaimu sampai akhir hayatku tiba. Jika kita tak berjodoh lama di dunia ini, semoga nanti di akhirat aku bisa puas berlama-lama untuk berbakti menjadi istri sekaligus belahan jiwamu. Aamiin..." batin Starla seraya matanya tampak berkaca-kaca menatap wajah Brahma yang sudah terlelap.
Bersambung...
🍁🍁🍁