Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Pria Gila!
HAPPY READING..
***
Masih berada di kediaman Keluarga Adam.
Papa Bima dan istrinya juga masih disana. mereka saling melpar senyum melihat tindakan putranya yang terlalu di dramatisasi.
bagaimana tidak? lihatlah di depan sana. Rehan tengah memeluk Mika dengan erat.
meminta maaf karena perlakuan kasarnya semalam.
Apa putra kita sudah gila? begitu sorot mata Papa Bima bicara.
"Papa juga begitu kalau sedang membujukku..." gumam Mama Reta. mungkin yang dilakukan Rehan kali ini terinspirasi dari Papa nya. buktinya, tanpa banyak bicara Rehan langsung memeluk Mika dan menunjukkan penyesalannya.
Beda lagi dengan tanggapan Adam, selalu ayahnya Mika.
pria itu melongo tak percaya. hendak melepaskan Rehan dan menjauh dari putrinya, tapi nalarnya masih bekerja dengan baik. bagaimana mungkin Ayah Adam mencegah hal itu. sedangkan Rehan punya hak atas Mika. pria itu adalah suami sah putrinya.
"Maafkan aku Mik... maaf karena ucapan kasar ku semalam..." ucap Rehan. benar-benar memeluk Mika dengan erat. bahkan Mika sampai menempelkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"Lepaskan..." gumam Mika berontak.
"Diamlah!" bisk Rehan.
kembali lagi berdrama.
"Aku benar-benar menyesali ucapanku semalam... aku benar-benar kehilangan kontrol semalam... maafkan aku, aku janji tidak akan membentakmu lagi..." ucap Rehan lebih keras lagi. biar didengar oleh semua orang.
"Lepaskan..." bisik Mika. tak peduli dengan permintaan maaf dari Rehan. ia hanya ingin melepaskan diri dari pelukan pria itu. pria gila yang seenaknya saja.
padahal Mika masih ingat dengan ucapan Rehan semalam. dan rasa sakit hatinya masih berlaku sampai sekarang.
"Aku akan benar-benar menciummu kalau kau terus berontak..." bisik Rehan tepat di telinga Mika. dan tersenyum saat menyadari semua orang menatap dirinya.
Mika tak lagi berontak. gadis itu terdiam takut dengan ancaman Rehan barusan.
sekarang ia justru ikut terhanyut dalam drama yang Rehan buat.
tangannya otomatis terangkat. membalas pelukan Rehan dengan erat.
dan tentu saja Rehan semakin tersenyum senang.
"Kita pulang ya... kita kembali ke rumah dan menyelesaikan masalah ini berdua..." bujuk Rehan.
Mama Reta kembali tersenyum sambil bergelayut manja di lengan suaminya.
Rehan benar-benar meniru Papanya...
Pemandangan pelukan itu berakhir setelah Mika mengangguk dan mendapat kecupan singkat di keningnya. rasanya ia ingin segera melayangkan pukulan pada pria gila itu
yang dengan berani melakukan hal itu do depan semua orang. lebih parahnya di depan kedua orang tuanya.
Mika tak bisa melakukan apapun. bahkan saat ini, Rehan terus menggenggam jemari tangannya dengan erat.
Kau ini benar-benar pintar bersandiwara ya... batin Mika.
tapi Rehan hanya tersenyum membalas tatapan dari sang istri.
"Aku rasa masalah Rehan dan Mika telah selesai... hanya kesalahpahaman dan hal itu lumrah terjadi... mereka juga masih muda dan perlu banyak belajar..." Ucap Papa Bima. dan semua orang juga setuju.
"Lain kali jangan pulang sendiri apalagi larut malam hingga membuat Ibumu khawatir... kalau Rehan kembali berubah, telepon saja Mama, biar Papa mu yang datang dan menghajarnya..." ucap Mama Reta pada Mika.
Apa sih Ma.. batin Rehan.
"Maaf Ma, maaf Bu..." sesal Mika.
"Tak apa sayang.. tak perlu meminta maaf, karena kau tidak salah..." tolak Mama Reta. Ibu Widya juga menggelengkan kepala tak keberatan dengan apa yang dilakukan Mika.
"Kalau ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin..." timpal Ayah Adam.
"Iya Yah..." jawab Rehan.
"Baiklah, semuanya sudah selesai... Papa akan kembali pulang..." ucap Papa Bima setelah mengamati jarum jam di pergelangan tangannya.
"Kenapa tidak sekalian makan siang disini Mas?" saran Ayah Adam.
jam makan siang juga akan tiba sebentar lagi. lebih baik mereka makan siang disini sekalian. apalagi ada Mika dan Rehan juga.
"Iya Mas... aku dan Mbak Reta yang menyiapkannya..." ucap Ibu Widya. semua orang juga setuju.
Beda lagi dengan Mika dan Rehan. keduanya pamit untuk ke kamar untuk sementara.
"Lihatlah, mereka sudah kembali akur..." ucap Mama Reta mengamati Mika dan Rehan yang menaiki anak tangga menuju ke kamar.
Di kamar.
Mika menutup pintu kamarnya. berkacak pinggang sambil menunjukkan ekspresi kesalnya pada Rehan. sedangkan pria itu tak merada bersalah sedikitpun. justru memilih untuk merebahkan diri kasur milik Mika.
"Agghh... nyaman sekali..." ucapnya.
"Apa maksudmu?" tanya Mika.
sungguh ia tak habis pikir dengan tingkah pria gila di depannya itu.
datang dan berpura-pura membujuknya di depan kedua orang tua mereka. benar-benar pria yang rendah.
"Apa? memang apa yang salah?" tanya Rehan heran.
"Kau sengajakan biar terlihat paling baik di depan orang tuaku?" tuduh Mika.
padahal pria itu juga yang mengatainya dengan kata-kata buruk semalam. Mika benar-benar sakit hati. mengingatnya saja matanya kembali menggenang.
"Kau sendiri yang mengataiku semalam.. kau yang mengatakan bahwa aku begitu rendah dan munafik... dan-,".
"Sorry..." ucap Rehan. bahkan sebelum Mika menyelesaikan kalimatnya. Rehan benar-benar telah menyesali ucapannya semalam. "Sorry...".
Mika terdiam. Melihat wajah Rehan yang berbeda dari sebelumnya. entah kenapa Mika melihat penyesalan di manik mata pria itu.
Ya walaupun sebenarnya Mika juga herhak meminta maaf juga pada Rehan. karena keduanya juga salah. mereka juga saling melemparkan kata-kata sama buruknya semalam. hanya saja entah kenapa Mika tak bisa seperti pria di depannya itu. yang dengan mudah, merendahkan egonya untuk sekedar mengucapkan kata maaf.dimana Mika tak bisa melakukannya.
"Maaf untuk semalam... dan mungkin kedepannya aku tak akan lagi menggunakan kata-kata itu saat bertengkar denganmu..." ucap Rehan terdengar tulus. entah kata apa yang ia maksud itu, tapi hati Mika merasa rapuh. entah kenapa sesak di dadanya seakan hilang.
"Tapi aku rasa, kita akan bertengkar terus setelah ini..." ucap Rehan sambil tersenyum menjengkelkan. benar-benar telah kembali ke mode yang sesungguhnya. pria gila!
"Oh ya Mik, kamarmu nyaman juga..." puji Rehan. penataan ruangan dan dekorasinya benar-benar sempurna dan membuat suasana menjadi nyaman.
"Tentu saja, aku pintar mendekorasi..." jawab Mika dengan bangganya. sepertinya memang gadis itu terlahir hampir sempurna dalam. berbagai hal. selain pintar dalam pelajaran, Mika juga unggul dalam berbagai hal. termasuk desain.
Rehan membuat ekspresi tak percaya dengan ucapan Mika barusan.
"Tapi ada satu hal yang membuat mataku sakit..." ucap Rehan.
Apa?
"itu...". tunjuknya pada sesuatu yang bersifat privasi berada di gantungan dekat dengan lemari pakaian.
Mika membulatkan kata dan langsung berlari. menyingkirkan benda miliknya dan sedikit mengutuk. entah kenapa Rehan selalu bisa melihat sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia wanita. seperti sekarang ini.
padahal ada hal lain yang bisa dilihat pria itu.
Rehan tersenyum. Apa kau suka yang berenda seperti itu?" godanya.
Sial! umpat Mika.
"Kau itu kenapa sih, selalu melihat yang tidak-tidak..." protes Mika.
"Lah.. kau sendiri yang memperlihatkannya... aku justru heran padamu, apa kau sengaja?" tuduh Rehan.
"Sengaja apa?" tanya Mika tak paham.
hal ini sama sekali tak disengaja.
"Memperlihatkan benda itu pada suamimu sendiri... kau sengaja mengajakku ke sini untuk melihat barang kesukaanmu kan? ayo ngaku?".
"Kau gila". Pipi Mika memerah. sungguh bukan ini yang ia inginkan. benar-benar bukan kesengajaan memperlihatkan barang pribadinya pada Rehan.
"Hahaha... tak apa, aku juga suka dengan seleramu itu... berenda..." ucap Rehan benar-benar teddengar memalukan di telinga Mika. apalagi senyum pria itu yenga terkesan puas mengejek dirinya.
***