Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertandingan 3
Babak berikutnya di turnamen Kota Bulan Perak berlangsung dalam suasana tegang. Setelah pertarungan sengit antara Lei Kang dan Lei Wei, penonton masih bergelora dengan campuran ketakutan dan kekaguman.
Akhirnya keadaan tenang kembali dan pertandingan terus berlanjut sampai pada akhirnya penentuan terakhir sebelum memasuki pertandingan 10 besar yang dimana ini merupakan yang di tunggu para penonton.
"Baiklah sekarang merupakan pertandingan terakhir sebelum pertandingan 10 besar silahkan maju nomor 29 dan 30."ucap pembawa acara.
Dari kerumunan peserta dengan pakaian putih dengan pedang di tanganya maju pria dengan wajah tampan dan mata tajam memasuki arena.
"Woah...., ayo tuan muda Feng Tian kalahkan dia."ucap para penonton.
Pertandingan ini di tunggu karena banyak penonton yang bertaruh atas kemenangan Feng Tian, karena itu para penonton sangat bersemangat saat Feng Tian maju untuk bertanding.
Feng Tian dengan langkah mantap memasuki arena, kilauan mata tajamnya memperhatikan setiap gerakan lawannya. Di hadapannya, pria berwajah suram dan pakaian compang-camping berdiri dengan postur tegak, menggenggam pedang yang tampak sudah lusuh.
Meski penampilannya kurang meyakinkan, ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Feng Tian waspada.
Penonton berbisik-bisik, sebagian besar masih memasang taruhan dan berharap pada kemenangan Feng Tian. Ketenangan di arena seolah mengalirkan energi tegang yang memuncak, menunggu detik-detik pertama dari pertarungan yang akan segera dimulai.
"Pertandingan ini sangat penting, siapa yang menang akan melaju ke 10 besar!" teriak pembawa acara, mencoba memanaskan semangat penonton yang sudah berkobar.
Tiba-tiba, tanpa aba-aba lebih lanjut, pria compang-camping itu melesat dengan kecepatan mengejutkan.
Feng Tian, yang sudah siap dengan segala kemungkinan, menangkis serangan pertama dengan anggun, menggeser tubuhnya sedikit ke samping untuk menghindari bentrokan langsung. Dentingan logam terdengar ketika kedua pedang mereka bertemu, memercikkan bunga api yang terang di tengah arena.
"Hmph, ternyata kau tidak selemah penampilanmu," gumam Feng Tian sambil tersenyum tipis, matanya menyipit penuh perhitungan.
"Dan kau, tidak semudah yang dikira," balas lawannya dengan suara rendah namun tegas, memperlihatkan taringnya yang tersembunyi di balik penampilan lusuh itu.
Pertarungan berlangsung sengit. Kedua petarung saling mengukur kekuatan dan kecepatan lawan. Setiap serangan, setiap tebasan, disambut dengan balasan yang tak kalah tangguh. Penonton terpaku, hampir tak berani berkedip, takut melewatkan momen penting dari pertarungan yang menegangkan ini.
Feng Tian melancarkan serangan beruntun, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan luar biasa, menciptakan kilatan cahaya yang mengelilingi lawannya.
Namun, pria compang-camping itu tidak kalah gesit. Ia mengelak dan menangkis dengan gerakan yang seolah sudah diprediksi sebelumnya, menunjukkan bahwa ia bukan lawan yang mudah ditaklukkan.
Waktu seolah berjalan lambat ketika dua sosok di arena terus beradu kekuatan dan strategi. Peluh mulai mengalir di wajah Feng Tian, namun tekadnya tidak goyah. Sementara itu, lawannya juga menunjukkan tanda-tanda kelelahan, meski masih mempertahankan posisi bertahan yang kuat.
Tiba-tiba, Feng Tian melihat celah. Dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, ia melompat dan mengayunkan pedangnya ke arah lawan. Dalam sekejap, pria compang-camping itu mencoba menghindar, namun serangan Feng Tian terlalu cepat. Pedangnya mengenai bahu lawan, membuat pria itu terhuyung ke belakang.
Penonton bersorak, namun pertandingan belum usai. Lawan Feng Tian, meski terluka, tidak menyerah. Dengan sisa tenaga, ia melancarkan serangan terakhir, mengerahkan seluruh kekuatannya dalam satu tebasan yang mematikan.
Feng Tian menyadari ancaman itu, dan dengan refleks cepat, ia menangkis serangan tersebut. Dentingan keras terdengar, dan akhirnya pedang lawan Feng Tian terpental. lawan Feng Tian akhirnya keluar arena, dengan napas terengah-engah.
"Akhirnya, kita lihat siapa yang masih berdiri," gumam Feng Tian sambil tersenyum puas, menyadari bahwa ia telah memberikan yang terbaik dalam pertarungan ini.
"Baiklah penrtandingan ini di menangkan oleh tuan muda Feng Tian."ucap pembawa acara.
Segera sorakan penonton mengelegar karena pertarungan barusan sangat mengagumkan dan akhirnya suasana tenang kembali.
Dan setelah pertandingan akhirnya di adakan istrirahat selama satu jam sebelum di adakan kembali pertandinganya.
"Baiklah, tak menunggu lama pertandingan 10 besar peserta akan di adakan, dan nanti saat lima pemenang sudah di pilih akan ada bola keberuntungan dan siapapun yang mendapatkanya akan langsung masuk final."ucap pembawa acara.
Segera para penonton bersorak, mereka tidak tahu harus senang atau heran mengenai pertandingan kali ini.
"Baiklah mari kita mulai pertandinganya!"teriak pembawa acara.
Sorak penonton kembali terdengar memeriahkan acara di sana, dan dari kerumunan peserta berjalan seorang gadis dan pria ke atas arena.
Benar gadis itu Yi Hua dan lawanya adalah pria besar yang pertama kali bertanding, dirinya berhasil melewati beberapa babak dan sampai di sepuluh besar.
"Pertandingan di mulai!"teriak pembawa acara.
Dengan cepat pria itu mengayunkan pedangnya dan muncul siluet beruang raksasa yang langsung mengarah Yi Hua.
Yi Hua dengan langkah tenang menghadapi serangan itu. Mata dinginnya tak berpaling dari siluet beruang raksasa yang mendekat dengan cepat. Dalam sekejap, ia menggerakkan pedangnya dengan presisi, menciptakan angin tajam yang menyebar ke segala arah. Serangan beruang raksasa itu terhenti di udara, terpotong oleh kekuatan tebasan Yi Hua.
Penonton terperangah, beberapa dari mereka menahan napas. Kekuatan yang ditunjukkan oleh Yi Hua sungguh mengagumkan, mengingat lawannya adalah seorang pria besar yang terkenal dengan kekuatan mentahnya.
Pria besar itu tidak menyerah. Dengan suara geram, ia melancarkan serangan berikutnya, menggunakan kekuatan penuh untuk mengayunkan pedangnya.
Angin kencang yang dihasilkan serangannya menggetarkan arena, namun Yi Hua tetap berdiri tegak, tidak tergoyahkan oleh kekuatan lawannya.
Dengan gerakan lincah, Yi Hua melompat ke udara, menghindari serangan brutal itu. Dari ketinggian, ia melancarkan serangan balasan, mengarahkan pedangnya tepat ke arah pria besar itu. Pedang Yi Hua bersinar terang, meninggalkan jejak cahaya yang memukau di belakangnya.
Pria besar itu mencoba menangkis, namun gerakan Yi Hua terlalu cepat. Pedang Yi Hua mengenai lengan pria itu, membuatnya terhuyung ke belakang. Darah mengalir dari luka di lengannya, namun matanya masih menunjukkan tekad yang kuat.
"Hebat sekali! Nona Yi Hua menunjukkan keterampilan yang luar biasa!" seru pembawa acara, suaranya penuh kekaguman.
Penonton bersorak, semangat mereka semakin membara. Yi Hua turun dari udara dengan anggun, kembali berdiri di hadapan lawannya. Wajahnya tetap dingin, matanya tetap fokus. Ia tahu bahwa pertarungan ini belum selesai.
Pria besar itu menggeram, menggenggam pedangnya lebih erat. Dengan satu teriakan keras, ia melancarkan serangan terakhirnya, menggunakan seluruh kekuatannya dalam satu ayunan. Angin yang dihasilkan serangannya membuat debu dan kerikil beterbangan di sekitar arena.
Namun, Yi Hua tidak tergoyahkan. Dengan ketenangan yang luar biasa, ia menunggu hingga serangan itu mendekat. Ketika pedang pria itu hampir menyentuhnya, Yi Hua bergerak dengan kecepatan kilat, mengelak ke samping dan melancarkan serangan balasan yang mematikan.
Pedang Yi Hua menembus pertahanan pria besar itu, mengenai perutnya dengan presisi. Pria besar itu terdiam sejenak, matanya melebar sebelum akhirnya jatuh berlutut, kekuatannya habis.
"Pertandingan ini dimenangkan oleh nona Yi Hua!" teriak pembawa acara, mengumumkan kemenangan dengan suara yang menggema di seluruh arena.
Penonton bersorak, mengapresiasi keterampilan luar biasa yang ditunjukkan oleh Yi Hua. Gadis itu berdiri tegak, pandangannya tetap dingin, seolah kemenangan ini hanyalah langkah kecil menuju tujuannya yang lebih besar.