"Jadi pacar saya, maka kamu akan wisuda tahun ini. Setelah itu masa depanmu pun saya jamin."
Surat cinta dari Bu Dosen membuat Cakra berlonjak kegirangan. Tanpa pikir panjang dia menerima demi lulus tahun ini dan foto wisuda bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Cakra!
Bangun tidur tubuh terasa sangat berat. Entah apa yang menumpuk di tubuhnya hingga Viola merasa sesak. Perlahan membuka mata hingga dia melihat kaki begitu santai menindih.
"Ya Allah... Pantes berat banget. Ini aku semalam tidur di sofa kok bisa mampir di sini. Apa Cakra yang mindah? Nggak mungkin juga aku jalan sendiri. Ini kaki juga lancar banget lagi nimpa badan aku," keluh Viola lalu menggeser kaki Cakra yang begitu niat. Mungkin dikiranya bantal guling sampai tidak menyadari jika ulahnya membuat badan orang pada sakit.
"Dikira nggak berat apa," gumam Viola lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Paginya tak begitu membuat ia terkejut. Sadar status maka dari itu tidak misuh-misuh saat ada pria yang bertandang mampir di tubuhnya.
Namun memang mereka harus ada jarak mengingat pernikahan yang hanya sementara. Jangan sampai khilaf dan dia yang akan menjadi korban. Terlebih Cakra yang masih suka pacaran. Berharap apa dari pernikahan ini? Toh juga tak ada rasa yang terselip hingga harus bertahan untuk bersama.
Cakra malas-malasan bangun dari tidur nyenyaknya. Malam ini rasanya begitu damai dan hangat. Bagaimana tidak jika ulahnya semalam membuat anak gadis orang agak kesal. Namun dia tersenyum saat tubuhnya merasa segar pagi ini.
"Eh Bu Viola kemana? Masih pagi udah kabur. Segitunya nggak suka sama aku sampai pindah tempat." Namun tak lama Cakra mendengar suara gemericik air membuatnya menoleh ke arah ruangan yang tertutup rapat itu. Baru saja mengatakan demikian dia sudah ingin menjilat ludahnya sendiri.
"Salah aku, orang mandi bukan kabur. Maaf ya Bu udah suudzon." Cakra beranjak setelah pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Viola keluar dengan bathrobe yang terpasang begitu menggoda di tubuhnya. Pagi-pagi dipancing dengan pemandangan indah mempesona. Kedua kaki Viola yang putih terlihat jenjang menawan sampai pertengahan pahha. Demi apa, ini godaan terindah yang pernah ada.
Namun agaknya Viola belum sadar jika makhluk paling sensitif itu sudah bangun. Taunya tadi begitu pulas maka dari itu Viola main keluar saja. Siapa sangka jika Cakra begitu anteng menatapnya penuh minat.
"Cakra! Kamu ngapain lihatin saya?" pekik Viola lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. Wanita itu begitu terkejut dan ingin sekali Viola memukul kepala Cakra yang pagi-pagi sudah ngajak ribut. Tatapannya juga terlihat mesyum. Berani maju apapun melayang ke kepala Cakra saat ini juga.
"Eh kok teriak-teriak. Saya cuma lihat. Masih ngantuk lihat begini ya melotot matanya. Makasih rejeki paginya, Bu. Tapi ini buat saya repot. Ternyata istri Cakra cantik luar dalam. Nggak nyesel nikahin wanita yang lebih dewasa. Ternyata yang tua lebih menantang," jawab Cakra asal lalu melangkah masuk kamar mandi dengan cengengesan sedangkan Viola menganga dibuatnya tetapi begitu geregetan dengan tingkah Cakra yang seenak jidat.
"Astaga mulutnya itu loh. Minta aku lakban atau aku strapless sekalian."
Bukannya adem ayem tapi dibuat kesal begini. Viola bergegas masuk ruang ganti untuk memakai pakaian. Tiap hari begini bisa-bisa dia tidak aman. Namanya laki-laki pasti akan tergoda jika tiap hari disuguhkan dengan hal menarik seperti ini. Jangan ada kedua dan ketiga kalinya Viola keluar dari kamar mandi dengan penampilan menggoda. Bisa-bisa kucing rumah berubah menjadi macan yang bisa menerkamnya kapan saja.
"Bu nggak ada kaos atau apa gitu? Saya mau ganti tapi nggak bawa baju ganti dari rumah."
"Astaghfirullah Cakra! Kenapa cuma pakai handuk saja sich?" pekik Viola. Pagi-pagi sudah membuat orang tantrum. Apa maksudnya Cakra keluar pakai handuk yang melilit pinggangnya saja. Mau mencari perhatian atau mau mencari amukan. Sungguh Viola dibuat sewot saat ini.
"Apa to, Bu? Pagi-pagi teriak-teriak terus. Kalau di dengar tetangga bisa salah paham. Nanti dikiranya saya ngasih serangan fajar. Padahal baru lihat pahha aja udah dikasih teriakan padahal maunya tuh suara manja yang manis menggoda. Nggak ada baju ganti, Bu? Pinjamlah!"
"Kamu mau pakai daster? Lagian siapa suruh malah tidur bukan pulang."
"Lupa atau gimana? Tidur gitu aja apa bikin amnesia. Emang semalam saya pukul kepala Ibu sampai lupa status? Mana ada suami istri tidur pisah. Yang ada nanti orang-orang curiga kalau kita sedang kawin kontrak."
"Emang begitu kebenarannya. Kamu tuh pagi-pagi bikin ribet. Mana ada suami begini. Diam disitu! Aku ambilkan pakaian dulu."
Alhasil Viola pun memberikan kaos yang dulu hendak ia berikan ke Ramon. Ada celana training juga masih baru. Niatnya beli agar bisa digunakan untuk olahraga bareng tapi sudah keburu ada pertengkaran hebat di antara keduanya.
"Nih!"
"Masih baru, Bu?" tanya Cakra karena Viola memberikannya masih terbungkus plastik rapi. Namun dia geregetan sendiri karena Viola sama sekali tidak ingin melihatnya. Ide jail pun keluar begitu saja. Pagi-pagi bikin orang semakin tantrum sepertinya seru.
Cakra mengambil pakaian itu dengan tangan kanan tetapi tangan kirinya meraih tangan Viola yang memegang pakaian tadi hingga tubuh Viola tersentak dan menempel di dada Cakra tetapi hal tak terduga justru membuat Cakra terpekik sendiri.
"Akkkhh!
"Akkkhh tutup matanya!" pekik Cakra memerintah Viola karena tragedi yang di luar rencana. Gimana bisa handuk yang terlilit kencang malah jatuh sia-sia ke lantai. Auto teriak-teriak keduanya. Cakra dengan gesit pun meraih handuknya dan berlari masuk ke kamar mandi. Berniat mengerjai justru dia yang sial. Ini namanya senjata makan tuan.
"Ya Allah apa isi otak Cakra. Benar-benar minta aku pukul gundulnya." Viola mengelus dada setelah mendengar pintu kamar mandi tertutup rapat kembali. Dia bernafas lega karena Cakra sudah hilang dari pandangan. Namun tetap saja malu setelah melihat itu.
"Ya Allah mata aku," keluh Viola. Sebelumnya dia pernah melihat Ramon dan itupun karena menggerebek pria itu di hotel dan pagi ini kembali disuguhkan di depan mata dan nyata. Beruntung sudah halal jadi tidak dosa. Namun tetap saja, Cakra merusak otak dan mata sucinya.
Viola bergegas keluar dari kamarnya. Memilih menghindari Cakra yang nantinya hanya membuat keduanya tambah canggung saja. Dia memilih turun untuk mengambil minum sampai dimana dia bertemu dengan Bibi di dapur.
"Non kok lari-lari kayak dikejar maling. Kenapa to? Haus? Ini Bibi ambilin." Bibi pun menuangkan minum dan membiarkan Viola untuk duduk. Belum ada jawaban tetapi melihat wajah Viola yang memerah membuat Bibi makin penasaran.
"Non..."
"Oh nggak ada apa-apa, Bi. Aman, cuma mata agak kedutan."
"Katanya kalau kedutan matanya tuh mau ketemu sama seseorang, Non. Mungkin iya."
"Ketemu siapa? Justru aku malah ketemu makhluk asing yang nggak jelas bentuknya. Semua gara-gara Cakra!"
.
.
.
Hay man teman semua, semoga kalian terhibur ya dengan kisah Cakra dan Bu Dosen. Oh iya jangan lupa like dan vote ya. Makasih semuanya...Happy reading🤗🤗 Semoga hari ini menyenangkan.
udah lama banget ini.... Thor, jangan lama ngilangnya...
bner tuh si cakra egois 😏