Yang satu punya banyak problematik, yang satunya lagi bocah bebas semaunya. Lalu mereka dipertemukan semesta dengan cara tak terduga.
Untuk tetap bertahan di dunia yang tidak terlalu ramah bagi mereka, Indy dan Rio beriringan melengkapi satu sama lain. Sampai ada hari dimana Rio tidak mau lagi dianggap sebagai adik.
Mampukah mereka menyatukan perasaan yang entah kenapa lebih sulit dilakukan ketimbang menyingkirkan prahara yang ada?
Yuk kita simak selengkapnya kisah Indy si wanita karir yang memiliki ibu tiri sahabatnya sendiri. Serta Rio anak SMA yang harus ditanggung jawabkan oleh Indy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Dengan mengandalkan ingatan Rio, isi surat Handi sudah terbaca penuh oleh putri satu-satunya. Ada tiga point serta satu pembuka yang dijabarkan mengenai isi surat. Meskipun tidak sama persis detail sastra yang tersampaikan, namun inti dari surat itu dengan yang jabarkan Rio kepada Indy tetap sama tanpa ada kurang maupun lebih.
"Jadi sebenarnya Papah sudah tahu tentang niat sebenarnya Juni tapi sudah terlambat. Huh, menyedihkan."
"Benar kak. Pak Handi juga bilang ingin berkomunikasi dengan kakak memakai bahasa membenci. Jika beliau bilang A, maka kakak harus berfikir apa maksud dari perkataan tersebut. Kakak harus berfikir kebalikan dari kalimat yang keluar."
"Begitu rupanya. Lalu apa tiga point penting yang ingin Papah sampaikan?"
"Pertama, Pak Handi sudah kalap memindahkan aset atas nama pelakor. Saat Pak Handi menyadari kelicikan perempuan itu, Pak Handi merasa sangat menyesal dan begitu bersalah kepada kakak."
"Terus?"
"Yang kedua, Pak Handi telah menjalani prosedur operasi vasektomi tanpa sepengetahuan pelakor. Perempuan itu tidak akan hamil. Jika suatu saat dia mengaku hamil kepada publik, maka dia telah berbohong. Pak Handi tidak ingin memiliki anak lagi selain kakak dan mendiang Ryuga. Namun, Pak Handi juga secara tidak langsung menyerang pelakor dengan persoalan anak agar perempuan itu terdesak dan dapat melakukan kesalahan."
"Yang terakhir?"
"Terakhir Pak Handi bilang, beliau ingin melindungi kakak sampai akhir."
Sampai akhir?
Habis mendengarkan Rio berbicara, Indy menjatuhkan tubuh di sofa kamarnya. Kamar milik Indy telah dibersihkan dari segala bentuk kejahatan Juni, jadi aman untuk dipakai berbicara yang tidak-tidak.
"Saya akan mengundang Papah makan malam di rumah ini untuk mengetahui lebih lanjut. Dengan cara bertatapan, saya bisa memastikan kebenarannya. Menurutmu apakah itu ide yang bagus?" tanya Indy kepada Rio.
"Bertatapan dan berkomunikasi langsung dengan isyarat memang bagus dilakukan antara kakak dan Pak Handi. Tetapi jika alasannya mengundang untuk makan malam, rasa-rasanya bisa menimbulkan tanda tanya bagi pelakor. Saran saya kakak memancing Pak Handi datang kesini karena alasan sakit. Saya yang kasih informasinya seakan-akan kakak memang tidak ingin diperhatikan."
"Yasudah kalau begitu."
Untuk sesaat, putri satu-satunya dari pemilik Naga grup tersebut merasa kebingungan. Perasaan meragukan muncul tertuju kepada Papah, Juni, bahkan Rio yang ada di hadapannya. Hidupnya sejak dulu tidak pernah damai akibat nurani yang tidak sinkron dengan pikiran. Dari lubuk hati yang paling dalam, Indy merasakan ketulusan sang ayah. Tetapi pikirannya terus memaksa agar tidak mempercayai perkataan Rio. Anak itu berbicara hanya mengandalkan ingatan. Juga apakah benar Papah telah menulis surat?
Indy terdorong untuk menyelidiki mandiri. Separuh mengandalkan Vena, separuhnya lagi mengandalkan diri sendiri.
...*****...
Kantor Starqueen.
"Ven, apa aku terlihat seperti orang sakit?"
"Tidak Nona. Anda terlihat hebat seperti biasanya."
Indy menarik nafas, mengeluarkan perlahan dan dilakukan secara berulang. Indy menutup semua berkas yang ditandangani, setelahnya wanita itu mengambil tas dan bersiap-siap untuk pulang.
"Apa ada yang mengganggu pikiran Nona?" menjadi asisten tidak sebentar, Vena tahu jika ada yang sedang dipikirkan oleh Indy.
"Aku--kepikiran omongan Rio soal racun yang ada di kamarku Ven. Rio bisa menebak apa yang aku rasakan, bahkan ada hal yang dia sebutkan dimana aku pun belum tahu kebenarannya."
"Memangnya Rio bilang apa Nona?"
"Dia bilang sedikit lebih lama lagi aku tinggal di kamar dengan udara yang belum dibersihkan, aku akan batuk darah. Awalnya aku sempat menyangka Rio hanya omong kosong, tetapi setelah melihat dia memeriksa keadaanku, juga dia menebak kalau ada beberapa ruam tak kentara di beberapa titik dan aku sudah memeriksanya ternyata benar, aku mulai mempertimbangkan omongannya."
Dia juga bilang tentang permasalahan aku dan ayah. Yang terakhir ini hanya tertahan di tenggorokan. Tidak semuanya ia bercerita kepada orang lain.
"Kalau begitu sebaiknya konsultasikan kondisi ini kepada dokter Nona, agar lebih jelas. Kalau Nona bersedia, saya akan atur jadwalnya."
"Lakukanlah, aku juga penasaran."
...*****...
Di markas rahasia milik Rio dan Dimas.
Rio menumbuk bahan yang dia bebankan pada Dimas untuk mencarinya. Dengan beberapa campuran, racikan senjata Rio sedikit lagi mencapai finish. Dia mempergunakannya untuk memberi pelajaran kepada Juni di suatu kesempatan.
Tanpa Dimas, Rio kerepotan mencari bahan-bahan racikan. Dimas tanpa Rio pun juga kerepotan soal keamanan. Kedua orang ini saling mengisi dengan kelebihannya masing-masing.
Boleh jadi, tampang Dimas memang polos. Tipikal orang yang rentan dibohongi dan gampang diculik. Tetapi tampang memang bisa menipu. Penampilan boleh saja cupu, namun soal mencari bahan, mencari identitas, dan melakukan malware, Dimas adalah sebaik-baiknya suhu.
"Mau dipake kapan ini Yo?"
"Secepatnya."
"Oh iya, gue belom selesai laporan tentang identitas kak Indy, lo udah main tutup telepon aja waktu itu. Jadi kak Indy itu anak dari--"
"Gue udah tahu semuanya. Makasih informasinya."
"Tahu darimana?"
"Panjang ceritanya."
"Okelah kalau begitu."
"Oh iya Dim, gue mau cerita. Benar, ternyata selama ini gue dianggap seperti adiknya. Dia trauma tentang kejadian waktu adiknya kecelakaan. Yang waktu lo ngomong 'ditabrak' terus kak Indy jawabnya nada tinggi, itu memang karena belum bisa lepas dari mimpi buruk itu."
"Ya ampun, kasihan banget Yo. Salah banget dong mulut gue waktu itu."
"Ya... nggak ada yang salah sih. Kan lo gak tahu apa yang dia alami. Intinya gue pengen dia bisa bangkit dan gak terus-terusan ngerasa panik. Dan yang lebih penting gue gak mau dia menganggap gue sebagai adiknya. Karena malah semakin bikin dia gak bisa move on."
"Hm, kalau begitu coba lo ganti panggilan ke dia. Coba lo jangan panggil dia pakai sebutan kakak."
"Ngaco lo. Gue panggil Indy doang gitu?"
"Ya kan lo bisa panggil Nona, anjrit!"
.
.
.
Bersambung.
Heh, jd keinget gaya helikopter nya Gea sm Babang Satria🤣