NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14

"Jadi kau sengaja menyuruh supir Evelyn mengatakan bahwa mobilnya sedang dalam perbaikan agar kau bisa mengantar Evelyn setiap pagi?" wajah Kevin dipenuhi senyum ironi setelah mendengar perbuatan Baron pagi ini.

Kevin tidak menyangka akan pendekatan yang Baron buat kepada Evelyn. Saat ia menelpon Baron tadi pagi dan mengetahui sedang bersama Evelyn, Kevin cukup kaget karena pergerakan Baron sangat cepat. Tapi ia lebih tidak menyangka akan cara pria itu.

"Hem. Dari tadi malam aku bingung memulai pendekatan kami karena hubungan kami sebelumnya sangat buruk." Baron tersenyum puas akan reaksi Kevin akan aksinya. "Wajahnya sangat tegang ketika menerima tawaranku tadi pagi. Aku bahkan bisa merasakan gadis itu menolak setengah mati."

"Jadi bagaimana keadaan saat kau mengantarnya, kalian sudah berbaikan?" Kevin sangat antusias akan misi Baron saat ini.

Baron mengangkat bahunya yang mana membuat Kevin kecewa, "Tidak ada. Kami saling diam."

Kevin tidak habis pikir, Baron menjebak gadis itu satu mobil dengannya, tapi yang dia lakukan malah mendiamkan Evelyn.

"Anak itu sangat pendiam, wajahnya selalu datar membuatku bingung membuka pembicaraan. Kau tahu sendiri aku tidak pandai bersosialisasi. Tapi tenang saja, aku akan membuat Evelyn bertekuk lutut padaku." pria itu begitu percaya diri membuat Kevin jengkel.

"Jangan terlalu sombong anak muda. Aku sangat tahu orang seperti Evelyn sangat pemilih dalam hal pasangan. Ia tidak akan memasukkan pria sembarangan dalam hidupnya." Kevin mengingatkan.

Baron menyipitkan matanya, ia merasakan Kevin meremehkan dirinya. "Jadi maksudmu aku adalah orang yang sembarangan dan tidak pantas dengan Evelyn?"

"Aku tidak mengatakannya. Aku harap kau lebih baik memantaskan diri agar setara dengan Evelyn. Evelyn adalah gadis yang baik, ramah, lemah lembut dan penyayang, harusnya pasangannya juga memiliki sifat yang sama sepertinya." Kevin mengalihkan pandangannya dari Baron disertai senyum mengejek, "Bukan pria sepertimu, sombong, kasar dan irit bicara."

"Keluar!" sentak Baron yang mana mengundang gelak tawa Kevin yang berhasil membuat Baron tersulut.

"Tidak mau." balas Kevin yang tak gentar pada Baron.

Kevin menghentikan tawanya, wajahnya menjadi serius dalam waktu singkat. "Tapi Bar, aku ingin menanyakan satu hal. Apakah tujuanmu mendekati Evelyn hanya karena penasaran dan bersenang-senang atau ingin membawanya ke hubungan yang serius?"

Mendapat pertanyaan itu, Baron menyandarkan punggungnya yang semula bertumpu di atas meja kerjanya. "Aku belum memutuskan untuk saat ini. Meski semua orang mengatakan Evelyn adalah gadis yang sempurna, aku tetap harus memastikannya sendiri bahwa dia memang baik untukku. Laura yang selalu baik dan sempurna di depanku ternyata bisa mengkhianatiku, aku tidak ingin gagal kedua kalinya."

Kevin menyetujui hal itu, bagaimana pun ia mengenal Baron dengan baik. Dalam hal pasangan pria itu sangat pemilih. Jika seorang wanita berhasil menaklukkan hatinya, berarti wanita itu begitu sempurna.

"Aku hanya mengantisipasi, jangan sampai kau mempermainkan Evelyn di saat dia memiliki perasaan padamu." balas Kevin.

"Kita lihat saja nanti." ucap Baron.

Evelyn baru saja selesai dari kelas terakhirnya hari ini. Hari ini kelasnya cukup padat dan berakhir di sore hari. Gadis itu berjalan menuju gerbang kampusnya karena hari ini supirnya tidak akan menjemput, ia berencana naik taksi.

Namun, siapa sangka ketika dia berjalan sebuah mobil hitam legam berhenti di depannya. Kaca mobil terbuka sehingga ia bisa melihat Baron di dalam. "Kak Baron?" gumamnya dengan kening berkerut.

"Masuklah." Baron mengukirkan senyum tipis padanya.

Evelyn masuk ke dalam mobil, tepatnya di samping Baron. "Kak Baron seharusnya tidak perlu menjemputku, aku bisa pulang naik taksi." ucap Evelyn saat Baron mulai menjalankan mobilnya.

"Aku kebetulan lewat mau pulang. Kalau kau sampai kenapa-napa saat naik taksi, Paman Charles akan marah." sahut Baron seolah menunjukkan bahwa dia tidak berniat menjemput Evelyn.

Evelyn yang awalnya terlalu percaya diri hanya bergumam pelan sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Cukup lama mereka saling diam tak bersuara, lalu Baron berdehem sesaat kemudian. "Aku minta maaf atas sikapku kepadamu selama ini."

"Hem?" Evelyn memastikan atas kalimat Baron yang tidak disangka-sangka.

"Kau tahu sikapku terlalu kasar kepadamu selama ini. Dan aku baru sadar tidak seharusnya aku bersikap demikian." sambung Baron.

Meski masih tidak menyangka, Evelyn kemudian menganggukkan kepalanya.

"Apa maksudnya? Apakah aku dimaafkan?" pria itu meminta penjelasan.

Dengan mudah Evelyn memberikan senyum tipis dan agak terpaksa, "Aku sudah melupakannya." jawab Evelyn singkat. Ia masih membatasi diri dari pria itu meski Baron telah meminta maaf.

Baron tersenyum lebar kemudian, "Terima kasih. Orang tua kita bersahabat dan selalu akrab. Aku memutuskan untuk melanjutkan persahabatan mereka. Itu artinya aku harus bersahabat denganmu. Akan tetapi untuk sebuah kata 'sahabat' terlalu cepat bagi kita. Jadi akan lebih baik kalau kita melakukan pendekatan lebih dulu."

Evelyn lagi-lagi tidak menyangka mendengar kata-kata itu dari Baron. Baron ingin bersahabat dengannya? Yang benar saja. Gadis itu hampir menertawakan Baron. Sungguh Evelyn kehabisan kata-kata untuk menanggapi pria itu. Jujur sampai sekarang ia masih memiliki ketakutan meski Baron tidak lagi menatapnya dengan tajam, mengkonfrontasinya dengan kata-kata ketus dan mengintimidasinya. Ingatan saat Baron melecehkannya masih membekas di kepalanya. Baron bahkan belum minta maaf akan kejadian itu, atau mungkin ia telah melupakan kejadian tersebut.

"Bagaimana menurutmu, apakah kau bersedia?" tanya Baron karena Evelyn tidak menanggapi.

Gadis itu mengangguk dengan ragu, "Kak Baron benar. Kita bisa berteman mulai sekarang." Evelyn sendiri tidak percaya mengatakan hal itu.

"Teman?" Baron mengangkat alisnya disertai senyum penuh ironi.

"Ya teman. Kita bisa berteman." pria itu mengulangi ucapannya sambil mengangguk.

"Karena kita sudah berteman, itu artinya aku boleh menanyakan beberapa hal kepadamu bukan?" Baron mulai bicara lebih santai. "Tentu saja kau juga bisa melakukan hal yang sama padaku. Kau bisa menanyakan apa saja yang ingin kau ketahui padaku." sambungnya.

Baron terlalu percaya diri, mungkin pria itu sangat penasaran dan ingin mengetahui banyak hal tentang Evelyn, namun Evelyn malah sebaliknya, ia tidak mau tahu apa pun tentang Baron.

Evelyn mengangguk pada akhirnya, "Boleh saja. Selama pertanyaan Kakak masih dalam batasannya, aku akan menjawabnya dengan jujur." jawab Evelyn.

Baron menyeringai tanpa Evelyn sadari, ucapan gadis itu menunjukkan seolah ia masih membatasi dirinya.

Baron mengangguk setuju, ia berdehem sebelum bertanya. "Aku sangat penasaran kenapa kau terlihat sangat sedih sewaktu aku merusak radiomu waktu itu? Saat itu kau seolah kehilangan barang yang sangat berharga sampai kau menangis."

Radio? Itu bukanlah radio. Evelyn kesal mendengarnya. "Maksud Kakak kotak musik itu?" ia mengingatkan nama benda itu pada Baron.

"Oh, jadi itu kotak musik?"

Evelyn mengangguk. "Kotak musik itu peninggalan terakhir Mama sebelum meninggal." pernyataan itu membuat perasaan Baron tidak enak.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!