NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Ketidaksengajaan yang...

Suara adzan maghrib berkumandang tepat setelah mobil memasuki halaman minimarket. Aku mengajak Laras pergi ke mushola, berada tepat di sebelah minimarket. Laras menyuruhku pergi sendiri dia berkata“tamuku belum pulang.”

aku paham dengan maksudnya. Setelah selesai memarkir mobil, akupun berjalan ke arah mushola. Sedang Laras, dia langsung masuk ke dalam minimarket.

Tidak perlu waktu lama untukku kembali dari mushola, Laras juga sudah terlihat duduk di kursi yang berada di teras minimarket, dua kantong plastik berisi belanjaan bersandar pada kaki meja berbentuk bulat. Namun sebelum aku menghampiri Laras, langkahku terhenti karena melihat penjual terang bulan yang ada di pinggir halaman minimarket. Aku membuat pesanan, setelahnya baru menuju ke tempat Laras berada, menenteng jaket yang belum ku pakai lagi.

Aku mengendus aroma favorit, berasal dari meja depan Laras.”kamu suka kopi hitam?”tanyaku padanya. Heran.

Dia mengangguk.”penjernih pikiran mas.”jawabnya, lalu menyeruput kopi yang tersaji pada cup khusus, bibir tipisnya sedikit basah.

“astaga! Begitu kontras dengan bentukmu yang cantik.”ucapku masih heran, apalagi cara dia menikmatinya terlihat seperti pecandu. Unik sekali, melihat wanita cantik dan lembut ini menjadi pecandu kopi hitam. Kembali, aku di buat kagum olehnya.

Laras mengerutkan kening, melirik ke arahku dengan menyipitkan mata.“emang negara melarang wanita ngopi!”gerutunya, namun tetap dengan nada kalem. Menatapku penuh protes.

Aku tertawa melihat ekspresi itu, kami lanjut bercakap sembari menunggu pesanan. Rasa sungkan ataupun canggung sudah hampir sepenuhnya hilang, aku sudah berani merokok di dekatnya. Tentunya dengan ijin terlebih dulu. Laras juga sudah bisa bergurau lepas. Sisi pendiamnya seperti tidak pernah ada.

Tidak sabar menunggu, Aku kembali ke penjual terang bulan yang di kerumuni banyak pelanggan. Tiga personil terlihat kewalahan. Tangan ketiganya tidak henti bergerak, satu sibuk membuat martabak telur dengan wajan khasnya, satu lagi lihai dengan pisaunya ketika memotong presisi terang bulan yang masih bulat sempurna, sedang orang terakhir bertugas membungkus sekaligus bagian penerima uang.

Aku menyela di antara para pengantri, bertanya tentang pesanan ku.

”maaf mas, lupa.”jawabnya, dengan tangan yang tidak menghentikan aksinya.”disegerakan mas, setelah 3 pesanan lagi. Maaf.”lanjutnya bicara merasa bersalah. Aku hanya membuang nafas kasar cukup panjang, lalu kembali menuju Laras, dia memperhatikanku dari tempatnya.

Seperti ada yang salah dengan Laras, beberapa kali jarinya mengusap lengannya sendiri. Setelah aku perhatikan lebih seksama pakaian yang dia gunakan memang tidak begitu tebal.

“kau baik-baik saja?”selidik ku setelah kembali duduk di sampingnya. Tubuh Laras sedikit menggigil, dia hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Aku bercerita tentang pesananku yang molor, dia menggelengkan kepala.”kenapa bisa sampai lupa.”ucapnya. lagi, dia mengusap lengan dengan jarinya.

“pakai ini, sepertinya kau kedinginan, sabar sedikit lagi.”ku tawarkan jaket yang sedari tadi belum aku pakai. Awalnya dia menolak, namun aku sedikit memaksa.

”jaketku gak bau! Tenang saja, kau masih cantik meski dengan jaket seperti ini.”aku sedikit menggodanya sambil mulai membantunya memakai jaket, akhirnya dia setuju meski dengan paksaan.

Aku mengamati sekitar, setelah selesai membantunya menggunakan jaket.“perhatikan empat cowok itu, mereka yang sedang berjalan ke pintu masuk minimarket. Nanti saat mereka melintasi kita, mereka pasti akan mengarahkan pandangannya padamu.”ku senggol bahu Laras dengan sikutku.

“apaan sih. Ngaco!”jawabnya sedikit malu.

Ternyata ucapanku benar. Mereka melirik ke arah Laras. Aku tertawa, sedang Laras menjadi semakin salah tingkah.

***

Kami kembali berada di dalam mobil, Laras menolak dengan niatku mengecilkan AC mobil, meski beberapa kali dia terlihat mengeratkan jaket yang sedang dia pakai. Semakin dekat dengan tujuan, hatiku juga semakin berdegup, iramanya terus naik. Malam ini bukan jadwal sambang, kemungkinan besar Laras juga tidak di ijinkan masuk.

Akhirnya kami sampai. Aku memarkir mobil tepat di sebelah pos samping gerbang pondok yang terbuka setengah.

“sekalian nitip terang bulan untuk Ain. Bisa Kan adikmu?”tanyaku, kami masih di dalam mobil yang baru saja ku matikan mesinnya.

“harusnya bisa mas. Kirain buat siapa, kok pesan banyak sekali.”Laras mantengin layar HP, dia masih menunggu jawaban dari adiknya. Kemudian melihat ke arahku yang mulai memilah terang bulan, dua untuk adiknya Laras, dua untuk Ain, satu untuk vika, dan yang terakhir aku memberikannya pada Laras. Aku menjelaskan itu padanya.

Akhirnya adik Laras menjawab. Dia berkata sedang berjalan ke arah pos, kamipun keluar dengan banyak kantong plastik penuh isi.

Laras melambai, pertanda adiknya sudah terlihat, mereka saling berpeluk, entah apa yang mereka bisikan. Tatapan adik Laras cukup tajam, mungkin dia heran kenapa kakaknya bisa datang bersama denganku. Aku segera berdiri terpisah dari mereka, membuat jarak beberapa meter.

Di waktu yang sama sebuah motor berhenti, tepat di depan gerbang dari arah luar, dia segera mematikan mesin motor lalu berjalan menuju ke arah pos. Dia adalah Ain! Awalnya aku tersenyum dengan ketidaksengajaan ini.

”dek, pas sekali waktunya.”aku menyapa, sembari mengulurkan terang bulan yang masih aku tenteng. Ekspresi Ain datar, tidak menjawab, dia hanya menoleh ke arahku, bahkan lewat begitu saja, mengabaikan ku yang berdiri mematung dengan plastik putih di kedua tangan. Dia berhenti di depan pos, berdiri lalu menulis sesuatu. Setelahnya barulah dia kembali mengarahkan pandangannya padaku dan berjalan mendekat.

Dari arah lain.“mana mas?”Laras menanyakan terang bulan yang masih di tanganku, dia masih bersama adiknya di posisi yang sama. Suaranya membuatku tersadar jika ini bukan ketidaksengajaan yang baik.

Aku datang bersama Laras.

Bersamaan! Mereka berdua, Ain dan Laras menuju ke arahku lalu mereka saling sapa juga berjabat tangan, tepat di depanku. Setelahnya Laras kembali ke tempat adiknya sambil membawa terang bulan. Aku merasa bodoh, terlebih karena Ain menjadi seperti orang lain. Wajah ketusnya semakin jelas.

“ini jatahmu dek.”lagi, aku mengulang perkataanku sambil memandangnya, mata Ain sama sekali tidak mengarah pada wajahku.

”makasih. Aku sedang di tunggu, ada kegiatan.”jawabnya singkat dan langsung pergi tanpa melirik ke arahku, bahkan ketika dia menyalakan motor dan mulai memasuki gerbang, dia tetap tidak melihat ke arahku. Menghilang begitu saja.

Hatiku protes, rasanya seperti terhimpit sesuatu. Sesak!

Laras menyusul adiknya yang sedang berbicara dengan kang satpam, mereka kembali berbincang sebentar. Sebelum akhirnya mengajak pulang, setelah semua urusan dengan adiknya beres.

Saat dalam perjalanan pulang, pikiranku semakin kacau. Karena tersadar jika dari tadi Laras menggunakan jaketku. Melihat itu, Ain pasti semakin berfikir liar, aku menggaruk rambut kepala, menahan resah.

“bodoh kau El!”.batinku.

***

Sekitar sebulan lagi perkiraan toko pak Herman akan siap dengan segala persiapannya. Meski menurutku lebih tepat jika di sebut sebagai toko Laras, karena nyatanya Laras Lah yang sepenuhnya bertanggung jawab.

Maka dari itu, mulai dari sekarang kami sudah order banyak bibir parfum, guna menjaga stabilitas stok. Mengisi satu toko tentunya memerlukan barang yang tidak sedikit. Untungnya Laksa sudah semakin menguasai, bebanku sedikit berkurang.

Lain halnya dengan beban hatiku, Ain semakin dingin dan terkesan menghindar. Benarkah semua berawal karena adanya Laras, tapi kenapa? Apa Ain cemburu? Apa aku terlihat berlebihan saat bersama Laras? Atau, sengaja kah dia menghindar karena sadar jika aku cinta padanya? Aaarhhh!

Waktu, bergeraklah lebih cepat..! setiap kali pikiranku berhenti memikirkan pekerjaan, anganku pasti akan langsung menerka tentang apa yang sedang terjadi antara aku dan Ain.

Hati! Diam Lah!

***

Ada tiga panggilan tak terjawab.”kenapa jam segini ibuk telpon?”aku baru saja dari depan, berbincang sebentar dengan Vika, dia juga masih belum terlihat seperti biasanya. Jam pada layar HP menunjuk di angka 20.48 segera aku menelpon balik ibuk.

“assalamu'alaikum buk.”sapaku, setelah ibuk mengangkat telpon. Belum juga menjawab salam, beliau langsung menyambar dengan suara kerasnya.”le, bisa jemput Ain sekarang!”suara ibuk terdengar panik.

Tentu saja aku kaget, dengan kecemasan yang beliau tunjukan.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!