🏆 Novel Spektakuler 🏆
Kisah Soraya sungguh menyedihkan sekali karena dia harus mengalami kematian yang memilukan akibat kesalahan yang dia perbuat.
Tidak mempercayai cinta Samuel, suaminya yang menyebabkan suami yang sangat mencintainya itu mati karena telah menyelamatkan hidupnya.
Sayangnya, dia turut mati bersama Samuel setelah tragedi ledakan hebat itu terjadi pada mereka berdua.
Soraya terlahir kembali diwaktu sebelum peristiwa naas itu terjadi, dia kembali ke masa dia akan menemui Kevin, teman laki-lakinya yang memanfaatkan dirinya.
Dan dia juga harus berhadapan dengan para gangster lorong kucing yang menyekap Samuel dikelahirannya kembali.
Apakah semua kejadian saling berkaitan yang menyebabkan kematiannya dengan Samuel ?
Bagaimana kisah takdir cinta mereka berdua ?
Dapatkah Soraya menemukan kebenaran ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Malam Yang Panas
Soraya masih terlihat kaku ketika dia harus satu kamar dengan Samuel, dan berdua-duaan didalam kamar yang bukan menjadi kebiasaannya.
Bahkan harus berbagi tempat tidur !
Bayangkan saja, hal yang tidak pernah dia lakukan dengan laki-laki lainnya harus dia kerjakan kini.
Rasanya seperti disambar petir disiang bolong, dan itu tidak mungkin terjadi. Pikir Soraya ketika dia sedang berbaring bersama laki-laki yang menjadi suaminya itu Samuel.
Soraya masih merasa detak jantungnya berdetak cepat bahkan hampir lepas rasanya.
Sejenak seluruh pancaindranya menjadi tegang dan tubuhnya kaku membeku.
Sret... ! Samuel membalik tubuhnya, menghadap ke arah Soraya sambil bertopang dagu serta memperhatikannya.
"Kenapa diam ?" tanyanya seraya memandangi Soraya dari tempatnya berbaring.
Soraya masih terdiam, menatap ke atas tanpa berani bergerak, pikirannya dipenuhi oleh ketakutan yang teramat besar.
Ibaratnya dia belum siap untuk melakukan hal yang lebih berani dalam hubungan ini.
"Soraya...", panggil Samuel seraya mengusap-usap lembut lengan istrinya.
Soraya mengalihkan mukanya ke arah Samuel lalu menatapnya lama.
"Kenapa... ?" tanya Samuel sekali lagi. Namun, tetap Soraya masih enggan bicara dengannya dan memilih diam.
Samuel menarik dirinya mendekat ke arah Soraya lalu mendekap istrinya itu.
"Baiklah, kita tunda malam ini, mungkin kita memang butuh waktu untuk saling dekat", ucapnya.
Samuel mengecup lembut kening Soraya yang ada didekapannya sembari diusapnya punggung istrinya itu.
"Aku tahu kamu masih belum terbiasa dengan ini semua, sebaiknya kita pelan-pelan saja dalam melakukannya", ucap Samuel.
Soraya beringsut pelan lalu masuk ke dalam pelukan Samuel seraya menyandarkan kepalanya didada laki-laki tampan itu.
Dan dia masih terdiam termenung, tanpa bersuara.
"Awalnya memang butuh bagi kita saling mendekatkan diri karena memulai hubungan kembali tidak mudah apalagi kita saling menjauh dulunya", ucap Samuel memecah keheningan diantara mereka berdua.
Samuel menepuk lembut punggung Soraya.
"Kita tidur malam ini, besok kita awali hari kita bersama, kuharap akan ada perubahan yang lebih baik lagi", ucap Samuel.
Soraya masih terdiam dengan pandangan tertunduk tapi wajahnya tidak bisa disembunyikan olehnya dari kecemasan.
Tiba-tiba Samuel menarik lembut ujung dagu Soraya, ditatapnya wajah istrinya itu dengan sorot mata teduh.
"Apa kau cemas ?" tanya Samuel saat memandangi kedua mata istrinya itu.
Soraya tidak menjawabnya, hanya membalas tatapan Samuel yang terarah kepadanya.
"Soraya...", panggilnya dengan berbisik lembut.
Soraya mengerjapkan kedua matanya saat dia menatap kearah suaminya.
"Samuel, aku tidak tahu, harus berbuat apa untuk ini, bagiku ini adalah yang pertama kalinya", sahut Soraya.
Samuel tersenyum tipis lalu berucap lembut.
"Tidak usah dipikirkan, sebaiknya kita segera beristirahat malam ini", ucapnya.
"Apa kau marah ?" tanya Soraya.
"Tidak, tidak ada yang membuatku marah padamu, karena kita memang butuh waktu untuk menjadi terbiasa", sahut Samuel.
Soraya mendekap erat tubuh Samuel lalu bersandar kembali didada suaminya itu.
"Besok, kita jalan-jalan berdua, rencananya aku ingin membeli pakaian baru", ucap Samuel.
"Kau masih libur kerja ?" tanya Soraya.
"Yah, mungkin saja, aku ingin beristirahat dua atau tiga hari dirumah", kata Samuel.
Samuel merebahkan tubuhnya sembari memeluk erat tubuh Soraya.
"Besok, kau akan memasakanku sarapan atau menyerahkannya pada Linda", kata Samuel dengan diiringi derai tawa.
"Kau ingin aku memasak apa, besok, untuk sarapan ?" tanya Soraya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Samuel.
Samuel masih tertawa lalu menatap kembali ke arah Soraya.
"Umm..., terserah padamu saja...", sahut Samuel yang tersenyum tipis seraya mengusap pelan sudut bibir istrinya itu.
"Kau suka apa ?" tanya Soraya.
"Kau... !" sahut Samuel yang menatap sendu ke dalam mata Soraya.
"Aku ? Mana bisa kamu memakanku ?" ucap Soraya lalu tertawa ceria.
"Ya, kenapa tidak bisa ?" kata Samuel yang masih menatap tajam ke dalam kedua mata Soraya.
Kali ini sorot mata Samuel sangat berbeda dari sebelumnya.
Ada getaran lain saat Samuel memandangi Soraya dan hal itu terasa sekali dalam diri Soraya.
Soraya masih terdiam tapi dia tidak menampik kalau dirinya sangat menginginkan Samuel menjadi miliknya seutuhnya.
Namun, dia masih belum siap untuk melakukannya meski dia tahu hal terpenting itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri Samuel.
Samuel menarik pelan kepala Soraya agar bersandar didadanya sewaktu mereka berbaring berdua diatas ranjang tidur.
Perlahan-lahan rasa kantuk menyerang hebat pada Samuel sehingga dia langsung tertidur malam itu sedangkan Soraya masih terdiam disisinya.
Hembusan nafas Samuel terdengar lembut ditelinga Soraya, membuat perempuan itu memalingkan pandangannya ke arah Samuel yang telah terpejam tidur.
Soraya tersenyum tipis saat menyadari Samuel telah tertidur nyenyak.
Diam-diam merasakan hatinya berubah lain ketika melihat Samuel yang terlelap pulas, ada rasa simpati yang tidak bisa dijelaskan dari dalam hatinya ketika melihat suaminya itu.
Wajah polos Samuel menyentuh dalam ke dasar hati Soraya jika melihatnya tertidur pulas seperti itu, rasa haru merebak didalam hatinya ketika menatap ke arah Samuel bahkan dia tidak tega harus membangunkannya.
Soraya memilih segera tidur, ditariknya cepat selimut tebal hingga menutupi tubuhnya.
"Selamat malam, Samuel...", bisiknya pelan.
Soraya kembali tersenyum lembut ketika dia menatap ke arah Samuel, sebelum memutuskan untuk terlelap tidur.
Malam terasa sangat panjang, udara dingin didalam ruangan kamar terasa menggigit, namun, semua itu dapat terhalau cepat karena pelukan hangat Samuel ditubuh Soraya.
Dalam tidurnya Soraya dapat merasakan kehangatan tubuh Samuel ditubuhnya.
Keduanya terlelap nyenyak hingga tak merasakan hawa dingin didalan ruangan kamar tidur yang semakin menusuk tulang.
...***...
Keesokan paginya...
Terlihat Samuel telah bersiap-siap diruangan makan sembari sibuk memasangkan kancing dilengan tangannya.
Soraya telah memasakkan untuknya sepiring omelet panggang dengan saus cream keju yang manis.
"Kuharap rasa omelet ini cocok untukmu", ucap Soraya seraya meletakkan piring berisi omelet keatas meja ke arah depan Samuel.
"Terimakasih...", sahut Samuel seraya tersenyum.
Soraya melirik sekilas ke arah pakaian Samuel yang terlihat sangat rapi, penasaran dengan penampilan suaminya itu, Soraya lalu bertanya.
"Kau akan pergi kemana pagi ini ? Apa kau akan ke kantor ?" tanyanya sembari duduk didepan meja makan.
"Ya, aku hendak menengok ke kantor untuk melihat keadaan disana, sudah hampir sebulan lamanya, aku tidak pergi ke kantor", sahut Samuel.
Samuel meraih garpu serta pisau makannya lalu memotong cepat omelet miliknya.
"Tapi aku ingin kau ikut bersamaku ke kantor", kata Samuel.
"Aku ?" sahut Soraya agak terkejut saat mendengar ucapan Samuel yang memintanya untuk pergi bersamanya ke kantor.
"Ya, aku ingin mengajakmu melihat-lihat kantorku, bukankah selama ini, kamu tidak pernah berkunjung kesana", kata Samuel.
"Emm, iya...", sahut Soraya canggung.
"Kalau begitu segera bersiaplah karena kita akan berangkat setelah sarapan pagi ini", kata Samuel lalu memasukkan potongan omelet buatan Soraya ke dalam mulutnya dengan cepat.
Soraya menatap ke arah Samuel lalu perlahan-lahan menundukkan pandangannya ke arah piring makan miliknya.
Tidak banyak pembicaraan sewaktu mereka berdua sarapan pagi hari ini, hanya ada keheningan diantara keduanya padahal waktu ini adalah waktu terbaik bagi mereka untuk saling mengakrabkan diri.
Soraya masih tenggelam dalam pikirannya dan sibuk dengan omelet buatannya sedangkan Samuel terlihat telah selesai dengan makan paginya.
Tampak Samuel membersihkan sudut bibirnya dengan kain serbet makan seusai dia menghabiskan omeletnya.
"Apa kau sudah selesai sarapan ?'' tanyanya.
"Oh, sudah, aku sudah selesai sarapan", sahut Soraya.
Samuel melirik pelan ke arah piring makan milik Soraya, masih tersisa setengah potongan omelet diatas piring.
"Kenapa kamu tidak menghabiskannya ?" tanya Samuel yang mencoba bersikap perhatian.
"Aku merasa sudah kenyang, tidak terlalu biasa sarapan pagi", sahut Soraya sembari mengusap pelan ke arah perutnya.
"Mulai sekarang, kamu harus terbiasa untuk sarapan pagi karena setiap harinya, kamu harus menemaniku makan pagi dan menyiapkan sarapan untukku", kata Samuel sembari memperhatikan jam yang melingkar erat ditangannya.
Samuel melirik kembali ke arah Soraya seraya memperhatikannya dengan seksama.
"Kuharap kamu mengerti dan tidak merasa keberatan untuk melakukan rutinitas ini, sayang", lanjutnya lalu tersenyum manis.