Kebangkitan Sang Pembunuh Bayaran

LUNA masih kaget melihat mobil di depannya, sementara Ryan datang mendekat. “Apa kamu terkejut dengan mobil mewah ini?”

Luna menggeleng. Bukan itu masalahnya! Orang yang berada di depannya bukan orang biasa, dia berhubungan dengan keluarga Vongola. Setelah dua tahun, ia memiliki tanda-tanda untuk membalas dendam. Ryan pasti memiliki suatu informasi. Sebuah senyuman terbit di wajah Luna, ia selangkah lebih depan sekarang.

Ryan melihat senyuman si gadis dan dibuat terpesona baru kali ini dia melihat orang secantik Luna. Lantas Ryan menyuruh segera masuk ke mobil dan mereka pun masuk.

Ternyata mobil itu sangat mewah luas, Luna dan Ryan duduk di kursi belakang. Sementara seorang pria berbadan kekar yang mengendarai mobil.

Luna memaklumi hal tersebut, kenyataan bahwa luka ryan itu sangat parah. bahkan manusia normal membutuhkan satu minggu lebih untuk bergerak dan Ryan bisa bergerak, jika diasumsikan bahwa Ryan bukan orang normal … Luna makin penasaran tentang sosok bernama Ryan ini.

Sepanjang perjalanan, sopir atau bawahan dari Ryan terus memandang gadis SMA di belakang mobil itu. Ia bingung kenapa bosnya bisa bersama gadis SMA dan berada di rumahnya. ia juga memperlihatkan wajah mengejek, seolah mengatakan bahwa gadis kumuh sepertinya tidak cocok bahkan untuk duduk bersama Ryan Alexander.

Tapi karena Ryan paham situasi dan seolah bisa membaca pikiran, ia berdehem. “jangan lancang, Loki. Nona ini penyelamat hidupku! Jadi kuharap kamu jaga sikap dengan nya!”

Loki tertegun, merasakan amarah dari tuannya. Ia pun menganggukan kepala.

*

Mobil hitam mewah melaju dengan sangat cepat, memotong udara dan menyelip di antara banyaknya pengendara lainnya.

Dalam waktu singkat, mobil Tersebut telah sampai di sekolah Luna

Saat pemilik mobil tersebut berhenti menjalankan mesin dan hendak keluar, itu seketika menjadi pusat perhatian para murid.

Mereka bertanya-tanya tentang sosok misterius di balik kemudi mobil yang begitu mencolok ini. Karena mobil mewah itu merupakan edisi mobil terbatas yang bahkan tidak mungkin dimiliki kalangan kelas menengah ke bawah. Sosok yang berada di mobil itu membuat semua orang bingung.

Para murid terheran-heran, apakah pemilik mobil ini memiliki kendaraan yang sangat eksklusif dan rahasia? Mereka tidak pernah melihat mobil seperti itu sebelumnya.

Kebingungan ini memicu kehebohan di seluruh sekolah. Terutama para murid perempuan yang sangat terkesan dengan kemewah ini. Mereka mulai berkumpul dan berbisik-bisik, takjub oleh kemewahan mobil tersebut.

Pemilik Mobil itu keluar, dan begitu terkejutnya mereka saat mengetahui siapa sosok dibalik semua ini.

Para siswa berbisik-bisik, terkejut melihat Luna keluar dari mobil bersama seorang pria tampan dan gagah.

Ryan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Luna, membuatnya seolah-olah seorang putri.

Tina melihat dari kejauhan dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa gadis yang sering mereka bully sekarang mendapat perhatian dari pria kaya dan tampan.

“Hei si cupu itu sama siapa? Jangan bilang dia pacar si cupu dan jelek itu!” Tina berkata bingung.

Tina menggeleng kepala. Ia tak ingat Luna pernah dekat dengan seorang lelaki manapun, lelaki itu adalah orang baru.

Tapi siapa? Tina menggigit bibirnya. Ia makin iri dengan Luna, Bagaimana bisa dia memikat pria setampan itu?

“Kya~ ganteng banget anjir!”

“Ih, siapa sih. Pacar baru Luna ya?”

“Cakep, sih. Tapi bukannya setara apa Luna yang sekarang cantik?”

“Bener sih, mereka bakal jadi pasangan yang bagus.”

Bisik-bisikan mulai terdengar. Membuat Tina makin jengkel. Ia seharusnya yang menjadi pusat perhatian.

Seharusnya semua orang mengaguminya, seharusnya semua orang mengidolakannya. Lantas kenapa semua orang kini melihat Luna dan Luna terus.

Bahkan sekarang mainnya sudah bernai melawan, kini kehidupan si Tina pun berubah drastis. Dari yang dulu sering disegani sekarang menjadi dimusuhi.

Ini semua karena Luna! Karena dia membongkar semua yang dia lakukan. Beruntung orang tua dia penjabat sehingga mereka menutupi kasus agar tak membesar dan dia selamat.

Tapi Tina benar-benar geram. Ia sangat emosi.

“Awas saja kamu Luna!”