NovelToon NovelToon
Love Scandal

Love Scandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sia Masya

Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

Jam Enam pagi Aletta bersiap-siap. Sebenarnya ia sudah bangun dari jam Lima pagi karena harus menyiapkan sarapan untuk suaminya. Inilah akibatnya kalau suami hanya bergantung pada istri, apa-apa mesti disiapkan.

"Tinggal Brian panaskan saja entar."

"Sayang, aku jalan dulu ya. Makananmu sudah ku buatkan. Nanti kamu panaskan saja dulu sebelum memakannya oke." Kata Aletta pada suaminya.

"Hmmm." Hanya itulah yang keluar dari mulut Brian. Dia mendengar suara sang istri yang pamit tapi dia masih sangat mengantuk.

Aletta berangkat mengendarai mobilnya sendiri. Jarak dari kota ke desanya memakan waktu lima jam kalau ramai kendaraan di perjalanan. Ia memutuskan mampir di pasar terdekat untuk membeli buah durian yang merupakan kesukaan papanya.

Ia juga memilih buah tangan lain karena dirinya dan sang adik tidak suka dengan buah durian.

"Ini semua sudah cukup. Lagian hanya ini yang bisa aku bawah buat papa. Justru kalau aku pulang papa pasti bilang cukup aku datang berkunjung saja dia sudah sangat senang."

Aletta melanjutkan perjalanan setelah semuanya terpenuhi. Ia ingin cepat sampai karena takut kejebak macet. Karena keadaan belum terlalu ramai dan macet, ia tiba di kampung halamannya 3 jam lebih cepat apalagi jalan ke kampung sudah beraspal.

Saat tiba di depan halaman sang ayah telah menunggunya di depan.

"Pagi pa," sapa Aletta sambil menyalami serta memeluk ayahnya dengan mesra.

"Pagi sayang. Bagaimana kabarmu?"

"Baik pa," jawab Aletta berjalan memutar ke belakang mobil dan membuka bagasi.

Ia mengeluarkan seplastik buah-buahan.

"Wah banyak sekali buah-buahan nya, padahal di rumah hanya kita bertiga."

"Aku sengaja beli yang banyak, kan nanti bisa di simpan di kulkas. Siapa tahu jika kalian lagi kepengen, bisa makan di sela-sela kesibukan kalian. Ini pa durian buat papa, aku beli empat biar papa puas makannya."

"Wah putri papa sangat tahu kesukaan papa." Pak Juan membantu putrinya mengangkat barang bawaan putrinya.

"Apa isi tas ini?" Tanya pak Juan sambil mengangkat tas kecil yang mengembung.

"Itu pakaian gantiku."

"Kamu akan menginap di sini? Bukankah katamu besok sudah masuk kantor?"

"Aku akan berangkat dari sini pa, aku juga membawa pakaian kerjaku kok."

"Oh begitu." Dari ekspresi pak Juan terlihat jelas bahwa ia sangat senang saat tahu putrinya akan menginap.

Setelah selesai mengangkat barang, mereka berdua istirahat sejenak.

"Apa kamu mau mandi dulu?"

"Aku sudah mandi sebelum ke sini pa."

Aletta melihat sekitar mencari sesuatu.

Tidak ada yang berubah dari tempat ini

"Ngomong-ngomong Galang di mana pa?"

"Adekmu sudah berangkat ke sekolah sejak pagi. Mereka masuk jam 8."

"Oh gitu, pulang nya jam berapa?"

"Paling lama sih jam 2 sore."

"Apa dia tahu aku akan datang?"

"Tahu kok, semalam sudah papa bilang ke dia."

"Itu pa, ada salam dari menantumu."

"Iya. Bapak tahu dia pasti sibuk. Lagian akhir tahun kita akan berkumpul bersama." Kata pak Juan sambil tersenyum pada putrinya.

"Pa aku ke kamarku sebentar ya, mau menaruh barangku dulu."

"Baiklah , kebetulan kamarmu sudah papa bersihkan."

Di tempat lain Brian begitu sibuk dengan berkas-berkas nya. Sebenarnya berkas-berkas itu bukan pekerjaannya tetapi ia di minta untuk melakukan nya oleh salah satu pria yang usianya beda setahun lebih tua dari nya dan merupakan kepala divisi yang jabatan nya berada satu tingkat di atasnya.

"Cepat Brian! Sebentar lagi saya mau meeting. Hanya begitu saja lama sih." Teriak pria tersebut.

"Sedikit lagi pak, hampir selesai."

Brian menyerah kan berkas-berkas yang telah di selesaikan nya kepada kepala divisi tersebut.

"Ini pak berkasnya."

"Oh iya, terima kasih. Taruh saja di meja saya!"

"Kamu jangan marah ya kalau saya menyuruh kamu. Lagian kan itu memang tugasmu. Jika ingin naik pangkat harus mulai dari bawah." Pria itu tersenyum sinis padanya. Brian pamit keluar dan tidak begitu sibuk dengan omongan pria tadi. Ia berusaha sabar agar tidak termakan dengan omongan nya. Baginya omongan yang bersifat menjatuhkan itu sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Di sela istirahat nya Brian menelpon sang istri.

"Halo sayang." Terdengar suara lembut sang istri yang menyapa nya dari seberang telepon.

"Juga sayang. Apa kamu tiba dengan selamat?"

"Iya sayang. Ada apa?"

"Apa aku tidak boleh menelpon istriku?"

"Nggak, bukan begitu. Aku kira kamu punya sesuatu untuk dikatakan. Lagian besok juga kita bakal ketemu lagi, tetapi kamu sudah merindukan ku. Ini baru beberapa jam saja, gimana kalau aku perginya lama."

Brian terkekeh mendengar perkataan Aletta.

"Mungkin akan gila," mereka berdua tertawa lepas setelah Brian mengatakan candaannya.

"Itu, gimana kabar papa sama adik?"

"Kabar mereka baik."

"Lalu apa kamu menyampaikan salamku dengan baik ke papa?"

"Sudah diterima kok sayang."

Brian tersenyum senang.

"Kamu sudah makan?"

"Sudah, aku baru saja selesai makan."

"Lalu gimana makanan tadi pagi? Kamu panaskan nggak sebelum di makan?"

"Iya sayang aku sudah panaskan, sebelum ku makan."

Yang sebenarnya Brian berbohong pada istrinya. Setelah ia tidur lagi, ia malah kebablasan tidur nya dan bangun terlambat. Ia tidak terbiasa bangun sendiri karena biasanya Aletta yang akan membangunkan nya dan menyiapkan semua kebutuhan kerjanya. Seharusnya jam 8 ia sudah berangkat, tetapi tadi pagi ia bangun jam 9 lewat dan berangkatnya jam 10 tepat. Karena terburu-buru ia memakan masakan Aletta yang di simpan dalam kulkas tanpa memanaskannya terlebih dahulu. Setelah selesai ia langsung berangkat. Untung saja ia pintar memberi alasan pada bosnya sehingga dirinya tak terkena denda terlambat.

"Syukurlah. Aku sempat khawatir tadi, apalagi biasanya aku yang urus semua kebutuhan mu."

"Tenang saja sayang. Kamu nggak perlu khawatir. Kamu nikmati saja liburan bersama keluarga mu di situ." Brian melihat jam istirahat nya sudah selesai, ia memutuskan untuk pamit pada istrinya melanjutkan pekerjaan.

"Sayang, jam istirahat ku sudah selesai. Aku harus kembali."

"Iya sayang, hati-hati dalam bekerja."

"Iya, aku matikan ya." Brian mematikan panggilan dengan Aletta. Setelah itu ia masuk kembali ke dalam kantor.

Aletta membantu sang ayah menyiapkan sarapan di atas meja setelah selesai masak. Siang ini mereka berdua makan bersama tanpa sang adik karena sekolah mereka pulang nya jam 2 nanti.

"Masakan buatan mu selalu saja enak," puji sang ayah.

"Rasanya papa merasa rugi menikahkan mu, karena suamimu bisa setiap hari memakan masakanmu."

Aletta hanya tersenyum mendengar candaan ayahnya.

"Gimana kesehatan mu?"

"Mulai membaik pa, setelah aku mengikuti saran dokter untuk tidak terlalu stress sudah jarang kambuh."

"Syukurlah kalau begitu. Papa begitu khawatir sama keadaan mu."

"Tenang saja pa, suamiku selalu siaga menjagaku."

"Berarti aku harus berterima kasih pada menantuku itu." Mereka menikmati makanan sampai habis.

"Apakah papa ingin tambah lagi?"

"Papa rasa sudah cukup. Perut papa sudah sangat kenyang."

Aletta membersihkan peralatan makan mereka. Setelah itu membuat kan teh hangat untuk dirinya dan sang ayah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!