NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maniak

Malam harinya Elena kembali ke apartemen tanpa menunggu Adrian. Lantaran masih kesal dengan pria itu, Elena membiarkan Adrian lembur sendirian di kantor.

Ketika pintu apartemen terbuka, Elena sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Meski dia begitu kesal, tapi dia tidak mungkin mengabaikan urusan perut Adrian

Elena berusaha acuh saat Adrian berjalan mendekat ke arahnya. Biar pria itu tau kalau Elena sedang kesal saat ini.

Seperti anak kecil yang sedang merajuk. Elena justru berbalik menuju ke pantry saat Adrian sampai ke meja makan.

Greepp...

Elena tersentak karena sebuah pelukan dari belakang. Tentu saja Elena tau siapa pelakunya makanya dia begitu terkejut.

"Kenapa pulang duluan??" Adrian mengendus tengkuk Elena yang tak terhalang rambut itu. Karena saat ini Elena tengah mencepol rambut sebahunya.

"Marah??" Tanya Adrian lagi karena Elena masih bungkam.

"Tidak!!" Jawab Elena ketus.

"Lalu kenapa??" Adrian si otak paling m*sum itu justru menyusupkan tangannya ke dalam baju Elena. Mencari benda yang begitu pas di tangannya.

"Aku hanya kesal dengan mu. Urusan menemui Kamila itu adalah urusan mu. Kenapa juga harus mengajakku ke sana!!" Ungkap Elena dengan menggebu-gebu. Pastinya itu bukan alasan elena satu-satunya. Yang lainnya adalah, mana sanggup dia menemani Adrian menemui wanita lain sementara dirinya saja sangat mendambakan Adrian.

Adrian terkekeh di belakang punggung Elena karena menerima kekesalan dari Elena. Tadi dia sempat terkejut saat keluar dari ruangannya karena tak menemukan Elena di mejanya. Tapi Adrian sudah menduga kalau wanita seksi itu pasti marah kepadanya.

"Kalau kau tidak ikut, lalu siapa yang akan mengurus keperluanku di sana"

"Ckk..." Elena tak percaya jika Adrian masih minta di urus keperluannya saat pergi sejauh itu.

"Memangnya kau itu anak kecil yang harus di urus segala sesuatunya?? Memangnya aku pengasuh mu??" Elena semakin kesal dengan Adrian saat ini. Berbeda jika Adrian mengatakan jika dia tidak bisa jauh dengan Elena maka dengan senang hati Elena akan mengikutinya ke mana pun.

Adrian juga tidak tau kenapa dia ingin sekali mengajak Elena. Menurutnya jika ada Elena semuanya akan berjalan dengan lancar. Seperti semua pekerjaannya yang selalu berjalan dengan lancar akibat ketelitian Elena dalam bekerja.

"Ayolah El. Jangan menolak, aku juga butuh bantuan mu di sana"

"Aku tidakkaahhhh...." Suara menggelikan itu keluar dari bibir Elena karena Adira sengaja memainkan dua bulatan kecil milik Elena.

"Mau menolak??" Adrian menyusuri pundak Elena dengan bibirnya.

"Iaaannn..." Sungguh Elena sudah tidak bisa mengontrol t*buhnya lagi.

"Ya sayang??" Adrian tersenyum penuh kemenangan di belakang Elena.

Adrian lantas membalik Elena agar menghadap ke arahnya. Wajah Elena yang sudah memerah semakin membuat Adrian tertantang.

Hap...

Adrian mengangkat Elena hingga wanita itu kini duduk di atas meja dapur.

Cup..

Adrian mengecup bibir Elena sekilas karena tak tahan dengan bibir menggemaskan itu.

"Aku ingin melakukannya di sini El" Adrian sudah membenamkan wajahnya di leher Elena.

Jika sudah begini, Elena tidak bisa menolaknya. Apalagi Adrian selalu memimpin permainan dengan begitu lembut. Membuat Elena melayang tinggi bagaikan di atas awan. Elena membenarkan jika hal seperti itu memang surga dunia.

Elena berkali-kali menjambak rambut Adrian untuk menyalurkan sensasi yang begitu meledak-ledak dalam tubuhnya.

"Panggil namaku sayang, jangan di tahan. Aku menyukainya" Bisik Adrian di sela permainannya.

"Akhhh Iaaann" Di sela kesadarannya Elena sadar jika Adrian memanggilnya begitu mesra. Tentu saja itu membuat hati Elena semakin berbunga-bunga. Meski Adrian hanya akan memanggilnya seperti itu saat Elena menyerahkan tubuhnya. Tapi Elena tidak mempermasalahkannya sedikitpun.

Nafas mereka saling beradu di dalam apartemen yang hening itu. Adrian masih menyandarkan kepalanya di bahu Elena setelah mereka mencapai puncak permainan mereka.

Elena kali ini semakin percaya jika Adrian benar-benar maniak s*x. Baru saja dua hari mereka bersama, tapi Adrian sudah beberapa kali mengg***hi Elena.

"Ayo mandi dulu, aku sudah lapar" Ucap Elena masih mengatur nafasnya.

"Kita mandi berdua!!" Dengan sekali hentakan Elena sudah berada di gendongan Adrian. Kaki Elena juga melingkar sempurna di pinggang berotot milik Adrian.

"Jangan bilang kau ingin melakukannya di kamar mandi juga Adrian!!" Elena sadar akan sesuatu yang mungkin saja terjadi setelah ini.

"Itu ide yang bagus. Tapi tidak untuk kali ini. Aku tau kau sudah sangat kelelahan"

Elena bisa bernafas lega karena ucapan Adrian itu. Mungkin Adrian tau jika apa yang mereka lakukan belum bisa di katakan biasa oleh Elena.

Adrian benar-benar menepati ucapannya. Meski tangan Adrian masih begitu aktif mer*ba dan mer*mas sesuatu yang menggemaskan milik Elena. Tapi Adrian tak sampai menggempur Elena lagi.

Adrian menyusul Elena yang sudah duduk di meja makan. Dia hanya diam dan menunggu Elena menyiapkan makanan untuknya. Adrian saat ini sungguh mirip seperti anak kecil yang menunggu ibunya menyiapkan makanan. Bedanya hanya Adrian lebih memilih diam sedangkan anak kecil pasti selalu berisik dengan ocehannya.

"Makanlah" Adrian masih tetap diam menyantap makanan yang selalu pas di lidahnya. Tapi sesekali Adrian melirik ke arah wanita di sebelahnya.

"Kenapa??" Tanya Elena.

"Kamu jadi ikut aku kan??"

Elena mengerlingakan matanya. Tak seharusnya Adrian menanyakan sesuatu yang dia sendiri sudah tau jawabannya.

"Memangnya aku bisa menolak??"

Adrian terkekeh melihat Elena yang masih memasang wajah kesalnya. Tapi meski Elena bersikap seperti itu kepdanya. Elena tak pernah mengabaikan semua keperluannya. Termasuk makan malamnya kali ini.

Sampai saat ini Adriana sendiri masih bingung kenapa dia menerima begitu saja perjanjian yang di ajukan Elena. Bahkan sebenarnya Adrian bisa saja mencari wanita yang lebih segalanya dari Elena. Tapi Adrian yang merasa tertantang dengan keberanian Elena itu akhirnya membuat sendiri pernjanjian itu. Meski dirinya sendiri menyadari ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan itu. Namun Adrian tidak tau apa yang mendorongnya itu.

"Baguslah, kalau begitu kan aku tidak perlu kebingungan kalau aku butuh kehangatan saat ada di sana"

Elena melirik tajam pada Adrian karena hanya itu saja yang ada di dalam pikirannya. Elena heran bagaimana otak encer milik Adrian bisa terkontaminasi hal-hal seperti itu.

"Dasar otak m*sum!!" Cibir Elena tepat di depan wajah Adrian.

"Tapi bisa membuatmu lupa daratan kan El??" Adrian tersenyum miring melihat pipi Elena yang langsung memerah.

"Terserah kau mau bilang apa" Elena mencoba tak peduli dengan Adrian dan memilih menikmati makan malamnya. Setelah ini pun ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya yang serasa tulang-tulangnya ingin terlepas dari tempatnya itu.

"El??"

"Hemm" Elena masih acuh tak acuh karena menebak apa yang akan di katakan Adriana adalah hal yang tidak bermutu.

"Apa kau tidak mempunyai seseorang yang kau cintai??"

Deg...

1
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
banyak salah ketik nya sampai bikin.binhung....
Herawati
Luar biasa
Neng Ati
ceritanya bagus,suka banget👍
Mutiah Siti Musthofa
goblok...duh maaf thor emosi gueh sama Adrian ini
Akbar Razaq
ya ampun ja lang cemburu ama sesama ja lang.

mimpimu terlalu tinggi atau kau mmg tak tahu diri Ele.
Akbar Razaq
Elena masih merasa MIRIP jal ang hahaha....
kau itu jal ang beneran .
Akbar Razaq
sungguh elena jal ang sejati
Akbar Razaq
Aneh skrg sok menderita padahal kan sdh jelas klo lakinya emang sdh py tunangan.
Dan jangan lupa dia sendiribyg betsedia jd simpanan laki berstatus tunangan orang
Akbar Razaq
cinta butanya sampe bikin dia jd jalang begitu ckckck..
ika_okta
Luar biasa
Rezqi Fatimah [🐧²⁴]
maksudnya gmn thor dangdut itu apa? 😂
Rezqi Fatimah [🐧²⁴]
Luar biasa
Rezqi Fatimah [🐧²⁴]
Lumayan
Nikolaus Lewar
Biasa
Mei Saroha
Luar biasa
Nabilah Putri
keren Walaupun ada typonya
Nabilah Putri
authornya Sering typo
TongTji Tea
kalo setting nya di luar negeri ,Harusnya perawan atau Nggak kan g masalah . kenapa Adrian 'nuntut' keperawan Kamila ,Sedangkan dia aja coblos San sini 😅
Asphia fia
palingan yg hamilin kamila papa adrian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!